"Vin!!" Panggil Sheina sambil sibuk membolak balikkan kertas soalnya.
"HEM???" Ucap Vincent dan Ervin bersamaan. Sheina langsung menatap dua orang itu heran.
"Kompak banget kalian berdua. Btw gue panggil Ervin kali, kepedean banget lo." Ucap Sheina ketus yang membuat Ervin tersenyum kecil.
"Makanya kalo manggil itu yang bener."
"Yeh, emang gue salah? Kan nama dia Ervin, jadi gue bisa dong manggil dia Vin. Aneh lo."
"Nama gue Vincent, jadi sering di panggil Vin. Berarti gue ngak ke pedean bege."
"Ohh jadi nama lo Vincent. Makanya kalo punya nama di bilang dong."
"Lah lo ngak pernah nanya."
"Ya gue ngak harus nanya dong, kan lo punya mulut buat kasih tau duluan."
"Lo juga punya mulut buat nanya duluan kan? Dan sekali lagi, lo harus belajar buat ngehargain senior atau orang yang lebih tua dari lo."
"Ye... Emang gue salah apa?" Tanya Sheina bingung
"Lo bego, bodoh atau apa sih? Menurut lo sopan ngak kalo lo ngomong kayak tadi sama gue?"
"Emang tadi gue ngomong apa? Dan emang lo siapa hah?"
"Menurut lo sopan ngak kalo lo ngomong mulut mulutan sama gue sebagai ketua osis sekaligus senior di sekolah ini? Lo pernah belajar sopan santun kan?" Tanya Vincent yang langsung membuat Sheina bungkam.
"Kenapa diem? jawab lah." Tanya Vincent lagi yang membuat Sheina merasa bersalah dan menundukkan kepalanya.
"Ma... Maaf kak. Gu.. Gue ngak sengaja." Ucap Sheina gagap.
Vincent hanya diam dan tidak menjawab ucapan Sheina sama sekali. Vincent hanya memasang wajah datar nya saat Sheina melirik ke arahnya.
"Udah udah. Jadi tadi lo mau nanya apa Shei?" Tanya Ervin berusaha merubah suasana.
"Gu.. Gue mau nanya tentang ini Vin." Ucap Sheina sambil menggeser kertas yang ada di tangannya ke arah Ervin, namun mata Sheina sekali sekali tetap melirik ke arah Vincent, Entah kenapa dia merasa benar benar bersalah setelah mendengar ucapan Vincent tadi.
"Ohhh,,, kalo yang ini sih tinggal kaliin ke sini aja, trus sederhanain deh. Lo udah paham belum Shei?" Tanya Ervin, beberapa detik Ervin menunggu jawaban dari Ervin tapi tidak ada jawaban sama sekali.
"Shei?" Panggil Ervin sekali lagi saat melihat Sheina yang sedang sibuk memperhatikan ke arah Vincent.
"Ehh iya? Kenapa Vin?"
"Lo udah paham belum sama penjelasan gue tadi?"
"hehhehe Sorry Vin, tadi gue kurang fokus. Boleh jelasin sekali lagi ngak?" Ucap Sheina sambil menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.
"hemmm ya udah gue jelasin sekali lagi, tapi lo harus dengerin baik baik ya?" Tanya Ervin sambil mengelus lembut puncak kepala Sheina.
"Heehhhe iya iya." Jawab Sheina sambil menunjuk kan senyum kecil nya.
"Jadi cara ngerjainnya tuh kayak gini...." Ervin kembali menjelas kan kepada Sheina, Sheina berusaha mengalih kan pikiran nya dari rasa bersalah nya kepada Vincent dengan berusaha mengerti penjelasan dari Ervin.
"Lo udah paham belum?" Tanya Ervin kembali.
"Hehehheh iya udah kok. Makasih ya Vin."
"Yo sama sama, santai aja kali." Ucap Ervin lalu menunjuk kan senyum pepsodent nya, sedangkan Vincent tetap fokus sendiri kepada kertas kertas yang ada di hadapan nya seakan akan dia tidak memperdulikan dua orang lagi yang ada di ruangan itu bersama dengan dirinya.
***
kring.... kring... kring...
Sheina bergegas meraih ponsel nya yang ada di nakas samping kasur nya saat mendengar ponselya berdering. Sheina menggerutkan dahinya saat melihat sebuah nomor yang tidak di kenal masuk ke ponselnya.
Sheina memilih untuk menjawab panggilan tersebut. "Halo??" Tanya Sheina.
"Lama banget lo jawab telfon gue beb." Ucap seseorang yang keluar dari dalam ponsel tersebut.
"Beb? Lo siapa?" Tanya Sheina bingung.
"Ya ampun Sheina Inka Prayoga. Lo ngak tau siapa gue?" Tanya orang itu balik.
"Mending lo langsung kasih tau siapa lo, sebelum gue tutup telfon nya." Ancam Sheina.
"Ehh jangan dong." Ucap seseorang itu terdengar khawatir.
"Jadi sebenarnya lo siapa sih anjir? bacot banget dari tadi."
"Ampun deh. Gue Ervin, lo masa ngak kenal suara gue sih?"
"Ohhh Ervin? Makanya kalo lo nelfon langsung kasih tau nama nya. Lo malah buat gue bad mood."
"Heheheh sorry Sheina sayang. Gu..."
"Sayang sayang pala lo. Gak usah lebai lo ya." Potong Sheina sebelum Ervin menyelesai kan ucapan nya.
"Ya ampun sayang. Kamu kok galak banget sih sama aku."
"Ervin. Sekali lagi lo lebai kayak gini, gue ngak akan segan segan buat nge blok nomor lo ya." Ancam Sheina yang sudah mulai emosi melihat tingkah Ervin.
"Iya iya. Gila.. dari tadi perasaan lo marah marah mulu dah."
"Suka suka gue lah."
"Hemm emang suka suka lo kok, yang penting gue suka lo." Ucap Ervin lalu terdengar tawaan dari dalam ponsel tersebut.
"Hemm jadi lo mau ngomong apa?"
"Besok gue jemput lo ya? Lo berangkat ke sekolah nya bareng gue ya Shei?"
"Ngak ah. Ogah gue berangkat bareng lo."
"Yah Shei. Gue serius."
"Ngak Vin. Gue bisa bawa mobil sendiri."
"Ayok lah. Kali ini aja, mau ya Shei? Gue mohon." Ucap Ervin sambil memohon.
"Hemmm ya udah deh. Terserah lo aja. Tapi awas aja lo telat, gue bakal berangkat sendiri kalo lo telat dateng nya."
"Ok queen. Lo tenang aja, gue pastiin lo ngak akan telat kalo berangkat bareng gue." Ucap Ervin penuh semangat.
"Queen, queen pala lo."
"Lo itu ratu di hati gue Shei. Hheheheheh ya udah ya. lo tidur sana, sampai ketemu besok queen nya Ervin. Mimpi indah ya queen." Ervin langsung mematikan panggilan telepon nya sebelum Sheina membalas ucapan nya.
Sheina tertawa kecil melihat tingkah lucu Ervin. Walaupun mereka baru bertemu, namun Sheina sudah bisa melihat bahwa Ervin adalah orang yang baik dan juga tulus.
tok... tok... tok...
"Masuk." Teriak Sheina saat mendengar ada yang sedang mengetuk pintu kamar nya.
"Kak Adit!" Ucap Sheina saat melihat Adit masuk ke dalam kamarnya.
"Adek kakak masih belajar ya? Rajin banget." Ucap Adit sambil mengelus lembut puncak kepala Sheina.
"hEHEHHE, Sheina di tunjuk sebagai perwakilan sekolah buat olimpiade kak. Jadi Sheina harus belajar terus biar hasil nya nanti bagus."
"Wihhh, adek kakak baru aja masuk sekolah udah langsung di tunjuk jadi perwakilan sekolah aja nih." Goda Adit.
"Hehehheh Sheina juga heran sih kak. Sheina juga sempat nolak, tapi guru Sheina maksa terus ya udah lah, Sheina jadi ikut deh."
"Ya udah, yang jelas kalo lo udah sampe di kasih kepercayaan secepat ini sama guru lo, berarti mereka udah yakin sama kemampuan lo dek. Dan satu lagi lo harus jaga kepercayaan mereka dengan baik. Lo harus bisa buktiin sama mereka, kalo emang keputusan mereka buat milih lo itu ngak salah. Lo harus ngeluarin semua kemampuan lo dek. Kakak yakin kok kalo lo pasti bisa." Ucap Adit berusaha memberikan semangat pada adik satu satunya tersebut.
"Makasih ya kak, udah dukung Sheina terus. Sheina sayang banget sama kak Adit." Ucap Sheina lalu memeluk sang kakak.
"Sama sama. Lo kan adek gue, jadi apapun yang lo lakuin, emang udah keputusan gue buat selalu dukung lo."
"Ya udah. Kita makan yuk. Lo belum makan kan dari tadi?" Tanya Adit
"Hhehehhe belum kak." Jawab Sheina sambil menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.
"Ya udah yuk turun dulu. Nanti aja lanjut belajar nya. Lo juga harus merhatiin kesehatan lo sendiri, lo ngak boleh sampe sakit cuman gara gara belajar, oke?"
"Iya kakak sayang." Ucap Sheina yang mengundang tawa kedua kaka beradik itu.