Chapter 13 - Sayang

Sheina berusaha bangkit dari ranjang nya namun hampir saja dia jatuh. Andai saja Vincent tidak sigap menahan tubuh Sheina, mungkin saat ini Sheina sudah tersungkur ke lantai.

"Lo mau kemana?" Tanya Vincent sambil membenarkan posisi Sheina kembali.

"Gue mau masuk ke kelas kak. Gue masih ada kelas MTK sekarang." Ucap Sheina sambil terus berusaha untuk turun.

"Lo ngak usah masuk kelas lagi. Tadi petugas UKS suruh lo langsung pulang aja, karena kepala lo pasti masih pusing."

"Gue udah ngak papa kok. Gue masih kuat kok."

"Ya udah terserah lo." Ucap Vincent ketus lalu melipat tangan nya di dada.

"Emmm kak!!!" Panggil Sheina dengan suara yang sengaja di imut imut kan, yang hanya di balas deheman oleh Vincent.

"Tolongin gue turun dari sini dong kak." Ucap Sheina sambil memasang wajah memelas nya. Vincent menarik nafas lelah lalu maju, mendekat ke arah Sheina.

Sheina menurun kan kedua kaki nya, lalu dengan perlahan tangan nya meraih lengan Vincent sebagai tumpuan hingga akhir nya dia berhasil berdiri.

Jujur saja, Sheina masih merasa pusing, namun dia yakin bahwa dia masih kuat. Sheina berusaha melangkah kan kaki nya, namun belum juga satu langkah Sheina langsung oleng dan bugh.... Sheina jatuh ke pelukan Vincent.

Kini Sheina berada di dada bidang Vincent. Ini kedua kali nya Sheina berada di pelukan ini, dan itu berada di tempat yang sama. Perasaan Sheina masih sama seperti yang kemarin, gugup dan jantung nya berpacu lebih cepat dari biasa nya.

Vincent juga merasa kan hal yag sama. Dia benar benar gugup dan jantung nya juga memompa lebih cepat seakan akan ingin keluar dari tempat nya. Vincent langsung memperluas jarak diantara mereka, dia tidak ingin jika Sheina mendengar suara detak jantung nya.

"Udah gue bilang juga, ngeyel banget sih lo jadi cewek."

"Ta.." Vincent langsung membopong tubuh Sheina dan membawa nya keluar dari ruangan itu. Vincent membopong Sheina melewati koridor sekolah yang penuh dengan siswa siswi sekolah ini, apalagi sekarang jam istrihat, otomatis semua orang sedang berada di luar kelas nya masing masing.

Semua orang yang melihat Vincent dan Sheina saling mengeluar kan ucapan nya masing masing hingga membuat Sheina malu sendiri. Banyak orang yang menghujat Sheina dan mengatakan bahwa dia tidak pantas di gendong oleh Vincent. Sheina yakin mereka itu pasti siswi siswi yang suka kepada Vincent, secara Vincent ganteng otomatis dia banyak yang suka. Namun di antara hujatan hujatan itu, Sheina masih bisa mendengar bahwa ada di antara mereka yang mendukung dan mengatakan bahwa mereka pasangan yang serasi, dan entah mengapa Sheina merasa bahagia saat mendengar itu.

"Kalau lo risih denger ucapan mereka, lo bisa sembunyiin muka lo." Ucap Vincent yang membuat Sheina bingung. Vincent langsung mempererat pelukan nya hingga membuat wajah Sheina menempel pada dada Vincent.

Wangi... Itu lah kata yang pertama kali Sheina pikir kan saat wajah nya berada di dada milik Vincent. Kini Vincent dan Sheina sudah berada di parkiran.

"Lo bawa mobil kan?" Tanya Vincent sambil melirik ke sekitar parkir. Sheina yang kaget langsung mengangguk.

"I... iya gue bawa."

"Mobil lo yang mana?"

"Itu di depan." Ucap Sheina sambil menunjuk sebuah mobil sport berwarna hitam di depan mereka.

"Ehhh tunggu dulu. Lo mau nyuruh gue pulang sendirian? Gue masih pusing, kalo nanti gue kenapa napa di jalan gimana?" Ucap Sheina takut.

"Tadi lo bilang lo kuat."

"Ya itu kan tadi."

"Hemm gue bakal anter lo, tapi pake mobil lo. Gue bawa motor, jadi ngak mungkin gue anter lo pulang pake motor gue."

"Terus motor lo gimana?"

"Gampang, nanti gue titipin sama satpam. Jadi mobil lo yang mana ini, tangan gue pegel bege. Lo ngak sadar apa kalo lo berat nya minta ampun." Ucap Vincent yang sontak membuat Sheina naik pitam.

"Heh, gue ngak gendut ya. Gue langsing gini malah lo bilang gendut."

"Langsing pala lo. Udah cepet tunjukin mobil nya."

"Itu sport warna item di depan."

"Terus kunci nya di mana? Kan tas gue masih di kelas." Ucap Sheina. Vincent menurun kan Sheina dari gendongan nya. Lalu menyerah kan tas milik Sheina pada nya.

"Loh, kok tas gue udah ada sama lo sih kak?" Tanya Sheina yang bingung sambil mecari kunci mobil milik nya di dalam tas.

"Tadi gue suruh temen lo buat anter tas lo ke UKS, sekalian suruh dia buat ijin kalo lo harus pulang."

"Wihhh tumben lo pinter kak. Ada manfaat nya juga ya lo." Ucap Sheina yang langsung mendapat pelototan tajam dari Vincent.

"Maksud lo gue selalu bodoh dan gak ada guna nya?"

"Bukan gue lo yang bilang, tapi lo sendiri kan kak. Ehh nih kunci mobil nya. Masuk masuk." Ucap Sheina sambil melempar kan kunci mobil milik nya pada Vincent dan bergegas masuk ke dalam mobil sebelum Vincent mengamuk pada nya.

"Alamat lo dimana?" Tanya Vincent saat mereka berdua sudah ada di dalam mobil.

"Foresta BSD" Ucap Sheina

"Nanti lo tunjukin aja arah nya."

"Ahh elah, trus ngapain lo nanya kalo toh gue yang nunjukin arah nya." Ucap Sheina ketus. Vincent tidak menjawab pertanyaan Sheina. Dia melajukan mobil nya dan meninggal kan area sekolah.

"Emmm kak." Panggil Sheina memulai pembicaraan antara mereka.

"Kenapa?"

"Ehh tumben lo jawab nya ngak cuman pake deheman doang, biasanya kan lo jawab nya kayak nabung duit, irit banget." Ucap Sheina sambil tertawa kecil.

"Kalau lo ngak ada pertanyaan penting, mending lo diem, gue mau fokus nyetir."

"Utututuut sayang... kok ngambekan sih." Ucap Sheina yang sontak membuat kedua nya salah tingkah dan saling tatap satu sama lain. Sheina yang baru sadar akan ucapan nya langsung membekap mulut nya, sedangkan Vincent yang mendengar ucapan Sheina langsung menghentikan mobil nya.

Kedua nya saling tatap menatap untuk waktu yang cukup lama, hingga suara klakson mobil yang berada di belakang mereka berhasil membubar kan mereka berdua.

Kedua sama sama salah tingkah. Sheina merutuki dirinya sendiri, entah kenapa mulut nya itu benar benar tidak bisa di kontrol. Dia yakin bahwa sekarang Vincent menganggap nya sebagai perempuan yang tidak tau malu.

"Emmm kak." Panggil Sheina sekali lagi.

"A... Apa?" Jawab Vincent yang kini menjadi gugup. Dia tidak berani menatap Sheina sehingga dia memilih untuk menatap lurus ke depan.

"Sorry ya soal tadi. Gue cuman bercanda kok, serius deh."

"Soal yang mana?" Vincent pura pura lupa, padahal sebenar nya dia tau maksud ucapan Sheina.

"Ya yang tadi gue bilang ke lo."

"Yang mana? Gue lupa." Ucap Vincent lagi. Dia tersenyum kecil, dia berniat untuk mengerjai Sheina.

"Gue serius kak."

"Ya gue juga serius. Maksud lo yang mana?"

"Ihh bodo amat lah. Gue mau tidur aja capek ngomong sama ka Vincent." Ucap Sheina sambil mengalih kan pandangan nya ke arah samping. Vincent yang melihat tingkah Sheina hanya tersenyum kecil.