"Kak!!!" Panggil Sheina saat Vincent sudah selesai memakai baju nya. Vincent melirik Sheina tanpa mengeluar kan suara.
"Gue laper. Lo ngak ada niatan buat nawarin gue makan gitu?" Ucap Sheina sambil mengelus elus perut nya. Sheina memasang wajah memelas saat melihat ke arah Vincent.
"Turun." Ucap Vincent lalu berjalan keluar dari dalam kamar nya di ikuti oleh Sheina.
Vincent duduk di meja makan saat mereka sudah berada di lantai bawah. "Makan!!! Abis itu lo bisa pulang pulang." Ucap Vincent sambil menyendok kan nasi ke piring yang ada di hadapan nya.
"Maksud nya gue pulang sendiri? Gue masih sakit, jadi ngak bisa bawa mobil sendiri. Kalo nanti gue celaka gimana?" Ucap Sheina sambil melahap makanan di hadapan nya.
"Orang sakit tuh ngak selera makan, lo malah pengen makan terus. Lagian di sekolah kan tadi lo udah makan, masa udah laper aja sekarang." Sheina menghentikan acara makan nya dan menatap Vincent dengan wajah cemberut.
"Tadi di sekolah kan gue makan nya cuman dikit, makanya bisa laper lagi dan satu lagi Emang orang sakit ngak bisa makan banyak? "
"Gue ngak bilang ngak bisa makan, tapi ngak selera. Beda sama lo."
"Emang gue selalu beda dari yang lain." Ucap Sheina lalu kembali melanjut kan makan nya.
"Kalo lo beda, berarti lo bisa bawa mobil sendiri walau pun lo sakit."
"Kak, lo kok ngak punya hati banget sih sama cewek. Gue masih pusing kak, gue takut kalo nyetir sendiri." Ucap Sheina serius. Vincent tidak menjawab ucapan Sheina.
"Hemmm terserah lo deh kak. Lo yang bawa gue ke sini tapi lo sendiri yang ngak bisa tanggung jawab buat nganter gue balik." Vincent menatap Sheina sejenak.
"Yang nyuruh lo tidur siapa? Gue ngak tau rumah lo ya udah gue bawa ke sini. Masih syukur tadi gue ngak buang lo di jalan ."
"Kenapa lo ngak bangunin gue coba? Bilang aja ini cuman akal akalan lo supaya bisa deket deket sama gue kan?"
"Gue ogah kali deket deket sama cewek bawel kayak lo." Ucap Vincent kecil namun masih bisa di dengar oleh Sheina. Sheina manatap Vincent dengan penuh kekesalan.
"Apa lo bilang? Gue bawel?"
"Lo mau makan atau mau ngomel?" Tanya Vincent sambil melirik makanan yang ada di hadapan Sheina. Sheina menatap Vincent sambil menggigit giginya, Sheina ingin sekali menggigit Vincent saat ini.
***
"Gue pulang dulu ya kak." Ucap Sheina saat mereka sudah berada di parkiran apartement milik Vincent. Vincent menatap lekat ke arah Sheina.
"Tunggu gue di sini." Ucap Vincent yang membuat Sheina bingung.
"Lo mau ngapain?"
"Tunggu aja, lo jangan kemana mana sebelum gue balik." Ucap Vincent lalu kembali masuk ke dalam gedung apartement nya. Sheina menuruti permintaan Vincent dan menunggu nya di dalam mobil miliknya.
Selang sepuluh menit, akhir nya Vincent kembali dan langsung membuka pintu mobil dimana Sheina duduk.
"Lo mau ngapain sih kak?"
"Lo turun. Gue aja yang nyetir." Ucap Vincent yang langsung membuat wajah Sheina berbinar.
"Serius? straordinario . Tapi lo beneran serius kan kak?" Sheina kembali bertanya yang membuat Vincent menatap nya datar tanpa mengeluar kan suara.
"Lo pindah atau gue berubah pikiran buat anterin lo." Ucap Vincent yang membuat Sheina langsung melompat ke kursi sebelahnya. Vincent langsung kaget saat melihat aksi Sheina. Setelah Sheina berhasil duduk di kursi sebelahnya Vincent langsung masuk.
"Dasar monyet." Ucap Vincent sambil menyalakan mesin mobil nya dan melajukan nya keluar dari parkiran.
"Heh.. Apa lo bilang? monyet? Maksud lo apa hah?"
"Kenapa coba lo lompat kayak gitu. Apa nama nya kalo bukan monyet."
"Kan lo yang suruh gue pindah."
"Emang lo ngak bisa dari pintu, biar keliatan kayak orang normal?" Sheina lansung memelotot kan matanya ke arah Vincent yang sedang menatap fokus ke jalanan di depan nya.
"Maksu lo gue ngak normal cuman karena masalah kayak gitu? Lagian kan gue kayak gitu biar bisa cepet pindah nya. Nanti kalo gue pindah nya dari pintu lo kan makin lama di luar, gue kasian tau." Ucap Sheina lalu memiring kan badan nya menatap Vincent.
Kedua jari telunjuk nya dia pertemukan di depan dadanya. Bibir nya yang sengaja di majukan, pipi kembung dan mata yang sengaja di kedip kedip kan semakin menambah kesan imut pada wajah Sheina.
Vincent melirik ke arah Sheina sejenak, lalu langsung mengalih kan pandangan nya saat jantung nya berdetak semakin kencang. Entah kenapa akhir akhir ini dia merasa ada yang salah dengan jantung nya.
"Kak!!!" Panggil Sheina yang masih tetap memiring kan tubuh nya menghadap Vincent.
"Apa?"
"Judes banget sih jawab nya. Lo bisa ngak sih kak, agak lembutan dikit kek." Vincent menarik nafas dalam sambil menutup matanya sejanak.
"Ada apa Sheina?" Ucap Vincent yang terdengar begitu paksaan. Sheina langsung tertawa keras sedangkan Vincent malah memasang wajah kesal nya.
"Gue mau nanya bisa ngak? Tapi lo jangan marah ya."
"Hemmm."
"Lo pernah pacaran ngak sih kak?" Tanya Sheina yang langsung membuat Vincent kaget dan menginjak rem tiba tiba hingga membuat mobil berhenti tiba tiba.
"Aduhh pelan pelan dong kak. Lo bisa nyetir apa ngak sih?"
"Ngapain lo tanya tanya gue udah pernah pacaran apa belum?" Vincent kembali bertanya. Sheina tersenyum sambil menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal. Dia berpikir sejenak.
"Ya gue cuman pengen tau aja. Gue cuman mau tau siapa cewek yang bisa tahan sama cowok dingin kayak lo."
"Lo ngak perlu tau soal itu."
"Emmm kalo sekarang lo punya pacar ngak kak?" Sheina kembali bertanya yang membuat Vincent mengernyit kan dahi nya.
"Kenapa lo nanya tentang pacaran mulu?"
"Kalo lo punya pacar, gue pasti bakal iri sama mereka." Ucap Sheina sambil tersenyum kecil.
"Maksud lo?"
"Ya gue pasti iri karena mereka bisa dapetin lo, sedangkan gue ngak bisa." Vincent terdiam sejenak sambil menatap ke arah Sheina.
"Terserah lo."
"Gue serius kak. Kalo gue daftar buat jadi kandidat pacar lo bisa ngak?" Tanya Sheina yang membuat Vincent kembali terdiam. Vincent memajukan wajah nya hingga begitu dekat ke wajah Sheina. Sheina menarik nafas dan perlahan menutup mata nya.
Satu..
Dua...
Tiga...
Sheina menghitung dalam hati, dia menunggu namun belum ada apa apa. Perlahan dia kembali membuka mata nya dan mendapat kan wajah Vincent yang tepat berada di hadapan nya. Vincent memiring kan kepala dan mengarah kan mulut nya pada telinga Sheina.
"Jangan jatuh cinta sama gue atau lo bakal sakit hati Sheina." Ucap Vincent lalu menarik diri nya dari Sheina. Sheina terdiam setelah mendengar ucapan Vincent kepada nya tadi. Dia berusaha mencerna ucapan Vincent di dalam otak nya.
"Kita tunggu aja sampai kapan lo bisa bertahan untuk ngak jatuh cinta sama gue kak." Ucap Sheina penuh percaya diri lalu menyilang kan tangan nya di dada.
Vincent hanya diam dan lalu memajukan mobil nya kembali. Setelah percakapan mereka tadi, tidak ada lagi suara yang keluar dari mulut mereka selama perjalanan menuju rumah Sheina. Mereka sama sama membisukan diri, dan fokus pada jalanan yang di penuhi kegelapan itu.