Chereads / L'AMORE NON ESISTE (Tidak Ada Cinta) / Chapter 6 - Adel dan Dimas

Chapter 6 - Adel dan Dimas

Genap sudah satu minggu Sheina menjadi murid baru di sekolah ini, itu artinya sudah satu minggu Sheina menjadi anak SMA.

Hari ini hari Selasa, dan itu adalah hari yang paling Sheina suka pasal nya mata pelajaran di hari Selasa adalah mata pelajaran yang semua nya Sheina suka yaitu Matematika dan juga olahraga.

Perlu kalian tau, Sheina ini sangat ahli dalam ilmu matematika, bahkan saat dia di Italia, dia sudah sering ikut Olimpiade, dan setiap Olimpiade yang dia ikuti dia sama sekali tidak pernah kalah, sama sekali tidak pernah camkan itu.

Dan setelah dia masuk ke sekolah ini, dia sudah langsung di panggil oleh guru matematika dan menyuruh nya agar masuk ekstrakurikuler matematika, dan tentu saja Sheina langsung mengiyakan nya.

Selain itu, Sheina juga ahli dalam beberapa bidang olahraga misal nya basket dan juga voli. Walaupun sikap nya pelawan ternyata Sheina ada manfaat nya juga ya, hehhehe.

"Ehh Shei, kantin yuk, tadi gue ngak semoat sarapan. Masih ada waktu sepuluh menit lagi sebelum pelajaran pertama." Ajak Adel yang baru saja memasuki kelas

"Ya udah, gue juga tadi ngak sempat sarapan."

"Yuk buruan, ntar keburu bell." Ucap Adel sambil menarik tangan Sheina agar segera berdiri dari tempat duduk nya.

"Sabar woi, gue mau ambil hp dulu." Adel langsung menarik tangan Sheina setelah Sheina berhasil mendapat kan ponsel nya.

Setelah sampai di kantin, Adel langsung memesan makanan untuk mereka berdua. "Lo mau makan apa Shei?"

"Gue nasi goreng aja."

"Mba, pesan nasi goreng nya 2 ya, yang pedas ya mbak." Ucap Adel kepada salah satu penjaga kantin sekolah.

"Baik non, tunggu sebentar ya. Nanti akan saya antar kan."

"Cepet dikit ya buk, ntar keburu bell lagi. " Ucap Adel sambil menujjuk kan senyum nya.

"Baik non."

Setelah kurang dari lima menit, akhir nya nasi goreng pesanan Adel dan Sheina akhir nya datang.

"Gila... akhir nya datang juga ni makanan, gue udah laper banget."

"Biasa aja, ngak usah lebai."

"Ih sewot mulu lo." Ucap Adel yang tak terima dengan ucapan Sheina yang mengatai nya lebai.

Tidak membutuh kan waktu lama, untuk Adel dan Sheina menghabis kan makanan mereka. Setelah Adel membayar makanan, mereka bergegas masuk ke dalam kelas, karena kurang dari satu menit lagi kelas akan segera di mulai.

Dan untung saja saat Adel dan Sheina sudah masuk ke dalam kelas, guru yang akan mengajar mereka juga menyusul tepat di belakang mereka.

Tidak terasa tiga les mata pelajaran matematika sudah berakhir, bell tanda istirahat baru saja berbunyi, dan sebagian anak anak di kelas langsung bersorak bahagia terutama para kaum laki laki.

"Sheina?" Panggil pak Yuda- guru matematika yang ternyata masih ada di kelas.

"Iya saya pak?" Jawab Sheina sopan.

"Nanti setelah pulang sekolah bisa datang ke ruangan saya sebentar? Saya ingin membahas mengenai jadwal ekstrakurikuler sekaligus mengenal kan kepada kamu siswa yang akan menjadi partner kamu untuk olimpiade mewakili sekolah kita." Ucap pak Yuda.

"Oh iya baik pak. Nanti saya akan datang."

"Terimakasih, dan selamat siang semuanya, jangan lupa kerjakan tugas yang tadi sudah saya berikan." Ucap pak Yuda sambi berjalan meninggal kan ruang kelas nya.

"Ehh lo ikut tim olimpiade Shei?" Tanya Adel antusias setelah mendengar ucapan pak Yuda tadi.

"Hemm bisa di bilang seperti itu." Jawab Sheina santai.

"Wahh gila sih, padahal lo baru masuk ke sekolah ini, tapi udah di kasih kepercayaan buat ikut Olimpiade. Grande (Hebat)."

"Andai aja gue juga di kasih kepercayaan buat ikut tim Olimpiade kayak lo ya." Ucap Adel dengan mimik wajah yang terlihat seperti ingin di kasihani.

"Otak Albert Einstein lo bandingin sama otak udang kayak lo, mikir dong baby." Ucap Dimas, salah satu teman sekelas Sheina dan Adel.

"Heh, kalau ngomong tuh di jaga ya, otak udang pala lo. Asal lo semua pada tahu ya, gue tuh sebenar nya pernah pinter, tapi gue berteman sama orang orang kayak lo, bodoh gue." Ucap Adel yang langsung membuat semua orang yang ada di kelas itu langsung tertawa.

"Udah udah, gue mau ke kamar mandi dulu, kandung kemih gue langsung panas waktu lo ngomong gitu."

"Apa hubungan nya kandung kemih lo sama omongan gue woi. Dasar ya, emang ngak ada yang jelas nih temen sekelas gue. Ya Allah, apa salah hamba sampai di pertemukan dengan teman teman satu kelas yang kayak dajjal semua?" Ucap Adel sambil bersimpuh dengan tangan nya yang kini terletak di dada nya.

"Dramatik bet njir." Ucap Dimas

"Ehh Dimas, gue lagi berusaha akting ya, lo ngapa sih? Perasaan dari tadi lo ganggu ganggu gue mulu dah. Suteka lo sama gue?" Ucap Adel ngegas.

"Ehh cewek udang, lo ngak salah bilang gue suka sama lo? Mikir neng, mikir... ya kali cowok ganteng kayak gue bisa suka sama cewek udang kayak lo." Ucap Dimas sambil menyisir rambut nya dengan tangan.

"Wahhh... emang cari mati ni anak sama gue."

"Udah berapa kali lo nyebut gue cewek udang njir. Sini lo bangke, gue bunuh juga lo sekarang ya." Ucap Adel sambil berlari ke arah Dimas. Dimas yang sudah mengetahui bahwa Adel akan membantai nya langsung berlari ke arah yang lain.

Anak anak yang masih setia melihat pertunjukan dua siswa yang sudah menjadi biang keributan di kelas ini hanya bisa tertawa sambil berteriak menyemangati Adel dan Dimas secara bergantian.

Adel terus mengejar Dimas, dan tak jarang dia juga melempar kan barang barang yang dia lihat ada di sekitar nya.

"Sini lo Dimas, liat aja ya kalo gue udah dapetin lo. Gue cincang cincang tubuh lo buat jadi bakso."

"Aduh abang takut dek. Kok adek Adel galak banget sih, pantes muka nya kayak udang." Ucap Dimas yang membuat anak anak yang lain semakin tertawa puas, sedang kan Adel semakin emosi dan langsung menangis.

Dimas yang sudah melihat Adel menangis, berjalan perlahan, dan mendekat ke arah Adel. Perlahan Dimas menyentuh pundak Adel.

"Ehhh lo nangis beneran? Gue cuman becanda elah. Jangan nangis dong, please. Ih lo mah. Gue minta maaf deh."

"Lo jangan nangis lagi dong." Ucap Dimas beberapa kali berusaha menenang kan Adel.

"Gue tau, muka gue emang jelek, tapi gue juga ngak mau kalo lo terus terus e cewek udang. Gue juga bisa marah Dim." Ucap Adel sesenggukan.

"Iya, iya. Gue minta maaf deh ya. Lo ngak jelek kok, lo cantik. Seriusan deh." Ucap Dimas yang membuat anak anak di kelas langsung berteriak histeris.

Sheina yang baru saja kembali dari kamar mandi, langsung heran dengan apa yang terjadi. Kenapa anak anak pada teriak histeris, seakan akan ada hal yang yang begitu indah terjadi di sini, sedang kan Adel? Kenapa Adel bisa menagis?

"Ini kenapa? Del, lo kenapa? Kok lo nangis sih?" Tanya Sheina penasaran.

"Tadi mereka berdua berantem, si Adel sama si Dimas. Terus si Dimas manggil manggil si Adel cewek udang, jadi lah si Adel nangis kayak gitu. Jadi begitu kronologi nya ibu guru." Ucap Vera, teman sekelas mereka juga yang sejak tadi menonton pertunjukan Adel dan Dimas.

"Udah ya lo jangan nangis lagi, kan gue udah minta maaf. Dan gue juga bakal janji, kalau gue ngak akan panggil lo cewek udang lagi oke?" Ucap Dimas sambil mengelus bahu Adel dengan lembut.

Adel hanya mengangguk, dan perlahan berjalan ke arah kursi nya dan duduk di samping Sheina.

Sedangkan Sheina hanya tertawa melihat sikap teman nya yang satu ini. Kadang kadang dia bisa me njadi sangat menakutkan kadang kadang juga bisa manja seperti ini. Hehehhe aneh, pikir Sheina.