Chereads / Kekasih Brengsekku / Chapter 13 - 13. Menarik minat Marco

Chapter 13 - 13. Menarik minat Marco

"Singkirkan tanganmu!" ucap Wyne ketus, ia menatap tajam seorang pemuda yang tengah berdiri disisinya.

"Duduklah! Karena aku tidak akan melepaskanmu dengan mudah!" balas Marco sambil duduk di kursi kosong.

"Tidak mau! Begitu banyak bangku kosong di sini, mengapa aku harus duduk di sebelahmu?!" sembur Wyne merasa kesal.

"Rupanya kau memilih untuk menjadi obat nyamuk." ejek Marco dengan sinis.

"Obat nyamuk? Apa maksudmu? Katakan langsung, jangan berputar- putar tidak jelas!" protes Wyne.

Gadis itu memutar tubuhnya karena ingin pergi ke kursi kosong lain. Namun, belum sempat melangkah Marco lebih dulu menghentikan niatnya. Ia menarik kembali lengan Wyne dan mendudukkan tubuh gadis tersebut di sisinya.

"Kau sangat menyebalkan!" gerutu Wyne, ia memasang wajah cemberut.

"Terima kasih." jawab Marco sambil menatap wajah wyne.

"Aku tidak memujimu!" potong Wyne.

"Semakin mengemaskan, hum?" ungkap Marco.

Mendengar perkataan Marco barusan, membuat gadis tersebut menjadi salah tingkah. Keinginannya untuk berdebat menghilang dalam sekejap. Ia mulai bertanya - tanya dalam hati. Apa tujuan Marco mengusik dirinya. Rasanya tidak mungkin pemuda itu jatuh cinta atau sekedar menyukainya.

"Jangan kau pikir aku terpesona setelah mendengar perkataanmu!" dengus Wyne sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Bagaimana kalau aku berhasil membuatmu terpesona kepadaku?" tanya Marco sambil menyeringai sinis.

"Tidak akan pernah berhasil!" jawab Wyne cepat.

"Kau begitu yakin sekali, kenapa kita tidak mencoba?" tantang Marco sambil tersenyum.

"Aku tidak tertarik menghabiskan waktuku untuk hal yang tidak berguna." tolak Wyne langsung.

Wyne memang mengatakan yang sebenarnya. Ia tidak seperti gadis lainnya, yang memiliki waktu untuk memuja seluruh anggota the prince's. Gadis cantik itu sibuk mengikuti segudang les di luar sekolah. Impian terpendamnya adalah ingin melampaui prestasi sang kakak.

Ia berharap dapat bersinar terang seperti matahari. Ia tidak ingin terus berada dalam bayang- bayang sang kakak. Sejak kecil seluruh orang memandang sebelah mata terhadap gadis tersebut. Kegeniusan sang kakak membawa beban mental tersendiri baginya.

Sekuat tenaga ia berusaha menunjukkan prestasi yang dimilikinya kepada dunia. Agar semua mata tertuju padanya dan mengakui keberadaan gadis itu terutama keluarganya. Wyne merasa terasingkan oleh keluarganya sendiri. Bahkan ketika jatuh sakit ia hanya diurus oleh para pelayan.

Semua menjadi berbeda ketika yang mengalami adalah sang kakak. Seluruh keluarga menjadi cemas dan panik berlebihan. Seolah takut kehilangan bintang keberuntungan mereka. Dalam diam Wyne menonton drama keluarganya. Ternyata gadis periang seperti dirinya menyimpan luka yang ditutup serapat mungkin.

"Tidak tertarik, ya? Akan kubuat kau menjilat ludahmu sendiri!" ucap Marco dengan tatapan sulit diartikan.

"Seterah kau saja! akan kupastikan usahamu tidak pernah berhasil!" tampik Wyne penuh percaya diri.

Keduanya memutuskan tidak melanjutkan perdebatan mereka. Suasana kelas menjadi tenang karena pelajaran bahasa asing telah dimulai. Namun, ekspresi kesal masih terlihat jelas di wajah Wyne. Pandangan gadis itu mengarah ke depan pada guru yang mengajar. Ia mencoba berkosentrasi di bawah tatapan intens Marco.

Pemuda itu tidak memperdulikan penjelasan guru di depan kelas. Kedua matanya terus memperhatikan dengan seksama wajah cantik Wyne. Terdapat kilatan tekad yang terpancar pada kedua bola matanya. Senyum samar tersemat di bibir Marco.

Menambah kadar ketampanan hingga ke level para dewa. Pekikan kaum hawa yang berada disekitar terdengar berdengung. Membuat guru bahasa menghentikan kegiatan mengajarnya dan mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi. Kemudian beliau menghela nafas dengan pelan.

Hal biasa yang sering terjadi, ketika the prince's berada di kelas bahasanya. Keberadaan keempat pemuda itu membuat para murid kehilangan fokus mereka. Namun, sebagai guru, beliau tidak mampu mengajukan protes atau sekedar mengeluh.

Karena pewaris Brunel International School adalah ketua dari the prince's. Ia dapat kehilangan pekerjaannya apabila mengusik pewaris tersebut. Disisi lain, Wyne mengalihkan pandangannya ke segala penjuru ruang kelas. Lalu ia menyadari semua siswa menatap ke arahnya.

Salah, bukan dirinya melainkan seseorang yang berada di samping kanannya. Wyne memejamkan kedua matanya dengan erat. Ia mencoba menenangkan diri agar tidak lepas kontrol. Kemudian gadis itu menoleh perlahan kearah samping. Kedua netra dark brown miliknya bertemu dengan netra hitam pekat milik Marco.

Pandangan kedua orang tersebut terkunci. Seolah hanyut dalam dunia fantasi yang sengaja diciptakan oleh pemilik sepasang mata segelap malam tersebut. Menjerat mangsa, lalu menguncinya di ruang tanpa batas. Butuh waktu beberapa menit bagi Wyne untuk terbebas dari perangkap Marco.

Pemuda itu mampu menutupi kekecewaannya dengan baik. Perangkap yang ia pasang tidak bekerja terhadap diri Wyne. Sehingga Marco semakin bertekad untuk menaklukkan gadis tersebut. Akan tetapi, ketidaktarikan Wyne telah melukai egonya sebagai seorang pria.

"Ck, berhenti menatapku!" decak Wyne merasa jengah.

"Tidak mau!" tolak Marco cepat.

"Tingkah konyolmu menarik perhatian seisi kelas." cibir Wyne sambil kembali mengalihkan perhatiannya ke depan kelas.

"Tidak peduli!" sahut Marco sambil tersenyum samar.

"Jika kau ingin terus mendapat perhatian fansmu, setidaknya tidak perlu membawaku dalam situasi canggung seperti ini." protes Wyne merasa tak terima.

"Aku hanya ingin mendapatkan perhatian darimu saja." sanggah Marco tidak menyerah untuk mengoda gadis tersebut.

"Konyol!" cemooh Wyne sambil melirik dengan sinis pria yang berada di sebelahnya.

"Menarik! Kau berhasil membangkitkan minatku!" bisik Marco dengan nada dingin.

Mendengar perkataan tersebut langsung membuat bulu kuduk Wyne meremang. Tingkat kewaspadaannya dalam mode penuh. Ia mengeser tubuh langsingnya sedikit menjauh. Menciptakan jarak antara ia dengan Marco.

Namun, usaha gadis itu tidak berhasil. Marco malah menjulurkan tangan untuk menepuk pelan puncak kepala Wyne. Sehingga tubuh wyne menegang sampai wajahnya berubah warna menjadi seputih kapas. Pemuda tersebut menyadari reaksi yang terjadi pada Wyne akibat ulahnya.

Marco merubah posisi duduknya hingga ia menghadap kearah gadis itu. Ia dapat melihat dengan jelas kecemasan seorang Wyne. Keringat tipis terbentuk di pelipis gadis tersebut. Kemudian Marco mecondongkan tubuh tegapnya ke depan. Ia sengaja menempelkan bibirnya pada cuping telinga Wyne.

"Tidak perlu takut padaku, aku tidak akan mengigitmu." bisik Marco dengan lembut.

"Sssh.. sisi... siapa yang takut?" elak Wyne dengan gugup.

"Benarkah?" ejek Marco sambil tersenyum menyeringai.

"Bisakah kau sedikit menjauh?" tanya Wyne sangat risih dengan kedekatan mereka.

"Aku tidak bisa menjauh sedikit saja darimu." sahut Marco sambil mengedipkan sebelah matanya untuk mengoda Wyne.

"Jangan menambah masalah dalam hidupku! Kau sangat memuakkan!" desis Wyne dengan nada tegas.

Marco terkejut mendengar ucapan tegas Wyne barusan. Ia tidak menyangka gadis manis seperti Wyne memiliki mulut setajam pisau. Akan tetapi, tekadnya tidak menghilang melainkan semakin ingin membuat gadis tersebut bertekuk lutut di bawah kakinya.

"Kita lihat saja nanti! Apa aku akan selamanya memuakkan bagimu?" sanggah Marco tajam.