16:20 wib.
Sebuah lagu pop bertemakan cinta mengalun indah. Membuat suasana di dalam mobil menjadi lebih hidup. Musik tersebut berasal dari head unit kendaraan yang tengah dikemudikan oleh Rey. Sesekali pemuda itu menoleh kearah seseorang yang berada di sebelahnya.
Setelah bel tanda selesai pelajaran sekolah berbunyi. Rey bergegas menghampiri Audy di kelas terakhirnya. Kemudian pemuda itu membawa kekasihnya menuju parkiran. Ia akan mengantar Audy pulang ke rumah.
Pemuda itu melajukan mobil sportnya dengan kecepatan sedang. Kebetulan sore ini jalanan terlihat lengang. Sebelum mengantar kekasihnya pulang, Rey memutuskan untuk membawa Audy ke penthouse miliknya.
"Ehh, ini bukan jalan menuju rumahku." papar Audy karena merasa heran.
"Hmm... bukannya kau ingin membahas sesuatu denganku?" tanya Rey terlihat misterius.
"Ah! Iya." jawab Audy salah tingkah.
Rey tetap fokus mengemudi tanpa berniat mengeluarkan suara lagi. Hal itu membuat rasa penasaran dalam benak Audy bergejolak. Ia ingin tahu kemana pemuda tersebut membawanya. Namun, bibir manisnya enggan berkata- kata.
Sebuah tangan menjulur kearah Audy dan menepuk pelan puncak kepala gadis itu. Perlakuan Rey tersebut hanya ingin menenangkan hati kekasihnya. Sehingga Audy setuju menuruti keinginan Rey tanpa mengeluh lebih jauh. Dengan tenang ia menunggu sambil menikmati pemandangan dari balik kaca kendaraan.
20 menit kemudian, mobil sport berwarna dark blue milik Rey terparkir sempurna di basment sebuah penthouse mewah. Audy telah meningkatkan kewaspadaannya saat kendaraan memasuki area apartemen tersebut. Pemuda itu dapat melihat dengan jelas kepanikan yang kekasihnya rasakan. Ia hanya tersenyum samar menanggapinya.
"Rey, kenapa kita berada di sini?" tanya Audy gugup.
"Karena tempat ini sangat aman dari hama pengganggu." jawab Rey sambil menatap kekasihnya.
"hm... Rey... Aku ingin pulang saja." ucap Audy semakin takut.
"Tadi kau bilang ingin membahas sesuatu denganku? Ayo turun!" ajak Rey sambil membuka pintu mobilnya.
"Ah! Tunggu! Lain kali saja!" tolak Audy cepat, tangan kanannya menjulur ke samping mencoba menahan Rey.
"Kita sudah berada di sini, dan tempat ini adalah rumah keduaku setelah basecamp the prince's." terang Rey dengan jujur.
"Tapi Rey..."
"Tidak perlu takut! Kelak nanti kau akan lebih sering kemari!" ungkap Rey.
Rey segera menuruni kendaraannya. Setelah menutup pintu dekat kemudi, ia berjalan menuju pintu penumpang. Lalu pemuda itu mengulurkan tangannya untuk meraih handle pintu. Ia berniat membukakan pintu untuk kekasihnya.
Kemudian Audy menuruni kendaraan tersebut. Setelah itu Rey langsung merangkul pinggang gadis itu sambil menekan remote alarm dengan tangan kirinya. Ia menarik pelan tubuh langsing kekasihnya. Melangkah beriringan menuju sebuah lift yang berada tidak jauh dari keduanya.
Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut gadis itu. Ia memilih diam mengamati sekelilingnya. Namun, hal itu membuat Rey tersenyum puas. Saat ini, pasangan tersebut memasuki lift. Salah satu tangan pemuda itu menjulur ke depan menekan tombol angka pada dinding besi.
Ting!
Lift berhenti di lantai 40, Rey segera melangkah keluar dari lemari besi tersebut. Ia membawa Audy ke depan pintu penthouse di nomer 3.345. Sesampainya di depan kamar, Rey mengulurkan tangannya untuk menekan pasword yang terdiri dari delapan digit angka. Tidak lama kemudian, kunci pintu penthousenya terbuka.
"Masuklah." ajak Rey sambil membuka pintu lebih lebar agar memudahkan Audy masuk ke dalam ruangan.
Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya pelan sebagai respon. Ia memasuki penthouse Rey dengan ragu- ragu. Kemudian Rey mengikuti Audy untuk masuk ke dalam. Ia meminta kekasihnya duduk di sofa ruang tamu.
Pemuda itu meninggalkan Audy sendirian. Ia berjalan menuju pantry, untuk mengambil dua buah minuman soda di kulkas. Rey tidak perlu merasa khawatir kulkasnya kosong. Karena setiap harinya akan terisi penuh oleh asisten rumah tangga yang bertugas.
Rey membawa dua buah kaleng soda dan sepiring cheese cake ke hadapan Audy. Ia meminta kekasihnya bersikap santai dan menganggap apartemen itu rumahnya sendiri. Sambil menggulung lengan bajunya, Rey duduk di samping gadis tersebut.
Audy meraih kaleng soda di atas meja. Ia membuka dan meneguknya perlahan. Gadis itu membutuhkan air untuk membasahi tenggorokannya yang kering. Sekaligus menenangkan diri sejenak sebelum ia mengatakan sesuatu yang penting.
"Ada apa? Dari tadi kelihatan tegang terus?" tanya Rey ketika melihat Audy mulai rileks.
"Aku... ingin hubungan kita berakhir." jawab Audy dengan yakin, sambil menoleh kearah kekasihnya.
"Katakan alasannya!" ucap Rey dingin.
"Maaf Rey, aku tidak mencintaimu.. sebaiknya kau cari gadis lain." sahut Audy dengan jujur.
Mendengar perkataan Audy, kedua tangan Rey mengepal erat hingga memutih. Ekspresi pemuda itu tampak menggelap. Rahang tegasnya mengeras sehingga terdengar geraman rendah dari bibir Rey. Aura membunuh menguar dari dalam tubuhnya. Dalam sekejap suhu ruangan menurun drastis.
Tanpa sadar tubuh Audy menggigil menghadapi perubahan pada diri Rey. Pemuda itu berubah menjadi sangat menakutkan. Audy meremas sudut roknya erat untuk mengatasi rasa panik yang tengah dirasakan. Wajahnya berubah pucat seputih kapas pada saat melihat ekspresi gelap kekasihnya.
Brakk!
"Akh!" pekik Audy sambil memejamkan matanya merasa terkejut.
Pemuda itu tidak bisa mengontrol emosinya yang tengah memuncak. Ia menggebrak meja di hadapan dengan keras. Sehingga pekikan keluar dari bibir Audy. Rasa takut membuat tubuh Audy semakin gemetar.
"Bukankah aku sudah mengatakannya bahwa kau tidak memiliki pilihan lain? Aku benci mengulanginya!" seru Rey emosi.
"Rey... aku... aku..."
"Jadi kau memilih untuk menjadi bonekaku? Lebih tepatnya jalangku!" potong Rey dengan angkuh.
"Rey!" ucap Audy lirih, tubuhnya menyusut di atas sofa.
"Bagus, aku tidak keberatan sama sekali." sambung Rey sambil menatap tajam kekasihnya.
Rey langsung membuka kancing atas kemejanya. Ia menatap Audy dengan senyuman sinis. Pemuda itu tidak ingin melepaskan kekasihnya begitu saja. Ia ingin menghukum Audy agar gadis tersebut jera.
Merasakan tanda bahaya, Audy segera bangkit berdiri ingin melarikan diri. Ia berlari menuju pintu. Namun, tindakannya kalah cepat dengan Rey. Pemuda itu berhasil menangkapnya. Kemudian tubuh Audy dibopong oleh Rey layaknya karung beras.
"Rey! Lepas! Lepaskan aku!" teriak Audy sambil meronta keras.
Untuk dapat melepaskan diri dari kekasihnya. Gadis itu berulang kali memukul punggung Rey. Akan tetapi, pemuda tersebut tidak memperdulikan perbuatan Audy terhadap dirinya. Ia bertekad membawa Audy menuju kamar pribadinya.
Setelah memasuki kamar dan berjalan mendekati ranjang miliknya.
Rey langsung melempar tubuh kekasihnya ke atas kasur berukuran king size. Ia membiarkan gadis itu berpikiran buruk tentangnya. Supaya dapat memberi efek jera pada diri Audy. Kedua mata Audy telah berkaca- kaca saat menerima perlakuan buruk Rey.
"Akh!!"
Pada saat tubuh Audy terhempas di atas kasur, ia merasa gelagapan dan berjuang keras untuk turun dari tempat itu. Rasa cemas dan takut bercampur menjadi satu. Ia sangat menyesali perbuatannya karena telah membangunkan iblis yang tertidur dalam diri Rey. Air mata mulai mengalir membasahi pipi mulus Audy.