Sementara itu, di tempat lain...
Waktu telah menunjukan pukul 18.30 wib, seorang pemuda tengah berjalan memasuki sebuah toko jam tangan. Ia bermaksud membeli jam branded keluaran terbaru edisi terbatas. Semua terlihat aman terkendali ketika ia masuk ke dalam toko. Namun, ia tidak menyadari sedikitpun bahwa dirinya diawasi oleh sekelompok orang.
Akhirnya Aland berhasil mendapatkan barang yang diinginkan. Semua itu berasal dari hasil jerih payahnya sendiri. Tanpa diketahui oleh keluarganya, ia diam - diam membangun usahanya sendiri. Berkat kepandaiannya menciptakan game terbaru.
Game tersebut berhasil memasuki pasar. Menduduki posisi teratas karena menjadi incaran para gamers sejati. Banyak perusahaan ternama memiliki minat terhadap dirinya dan berusaha mengajak pemuda itu untuk kerja sama. Namun, Aland hanya tertarik memasarkan produknya dengan menggunakan nama perusahaannya sendiri.
Ia dan beberapa teman terbaiknya mampu bertahan hingga saat ini. Mereka semua tidak ada hubungannya dengan the prince. Murni bersahabat karena memiliki hobby yang sama. Kemudian pemuda itu berjalan keluar toko sambil menenteng sebuah paper bag kecil.
Akan tetapi, sesampainya di parkiran, langkah kakinya terhenti. Pemuda itu melihat banyak orang hingga membentuk kerumunan. Rasa tidak nyaman mulai memenuhi hatinya. Sehingga Aland mencoba dengan paksa memasuki kerumunan tersebut. Ia memastikan apa yang sedang terjadi.
"Oh,shitt! Bagaimana mungkin?!" pekik Aland dengan wajah shock.
Kedua matanya terbuka lebar. Ia merasa terkejut menyaksikan pemandangan mengenaskan yang ada di hadapannya. Dengan gontai Aland melangkah mengitari kendaraan tersebut. Ekspresi tidak percaya terlukis jelas pada parasnya yang rupawan.
Melihat mobil sport kesayangannya hancur lebur. Lambat laun emosinya mulai terkumpul. Kedua telapak tangannya mengepal erat hingga memutih. Lalu rahang kokohnya mengeras membuat suara gemeletuk gigi terdengar nyaring.
Pandangan matanya menggelap dan tajam seakan dapat membunuh pelakunya bagaikan pedang. Serpihan kaca yang berserakan disekitar bangkai mobil. Menjadi pemandangan mengenaskan. Banyak bagian kendaraan tersebut terlepas dari tempatnya.
Body mobil sport itu tidak lagi semulus seperti sebelumnya. Terdapat ratusan goresan dan penyok di semua sisi. Pelakunya tidak sungkan untuk menghancurkan kendaraan milik Aland hingga tak berbentuk.
"Katakan! Siapa pelakunya?? Mengakulah jika kalian memiliki nyali!!" seru Aland dengan keras pada kerumunan disekitarnya.
Tidak ada satupun jawaban terlontar dari arah kerumunan yang menonton. Suasana berubah hening sesaat. Mereka semua mulai penasaran dengan motif si pelaku. Kemudian pandangan mata Aland terhenti pada bangku penumpang. Ia pun berjalan menghampiri sesuatu yang menarik perhatiannya.
Tangan kanannya menjulur ke depan untuk meraih benda yang terasa tidak asing lagi bagi Aland. Koin tersebut memiliki desain khusus dan unik. Sebab hanya segelintir orang yang dapat mengenali benda tersebut. Memiliki dua sisi dengan ukiran gambar yang berbeda.
"Damn!! Ternyata kau!!!" desis Aland setelah memeriksa keaslian koin tersebut.
Ia menggengam erat koin itu, berusaha menyalurkan amarahnya. Tidak lama kemudian sebuah lagu mengalun berasal dari ponsel miliknya. Aland segera merogoh saku jacket yang dikenakannya. Sebuah nama tertera di layar ponsel membuat pemuda itu bersemangat mengangkat panggilan telepon tersebut.
"Brengsek kau, Rey!" maki Aland emosi.
"Semua itu hanya peringatan pertama dariku, kuharap kau tidak mengulanginya!" ucap Rey dengan nada dingin dari seberang panggilan.
Tuttt... Tuttt.... tuttt... ( panggilan telepon terputus.)
"Shitt!! Bastard!!Arghhh!!!!" teriak Aland dengan keras.
Entah berapa kali Aland mengacak rambutnya karena merasa frustasi. Namun, hal tersebut membuatnya terlihat seksi. Sehingga setiap kaum hawa yang melihat kelakuannya menjadi terpesona. Setelah puas memaki dan merutuk, ia memilih untuk menghubungi seseorang.
Seorang teman yang dapat membantunya. Untuk membersihkan kekacauan yang Rey ciptakan. Setelah memastikan semuanya akan diurus beberapa kenalannya. Aland segera pergi meninggalkan tempat parkiran tersebut. Sesampainya di jalan raya, ia menyetop sebuah taksi yang melewati toko itu.
45 menit kemudian...
Taksi yang ditumpangi Aland berhenti di sebuah rumah mewah. Aland bergegas turun dari taksi, setelah ia membayar tagihan yang tertera di layar. Pada saat melangkah memasuki halaman rumah, Aland mencoba bertanya kepada seorang securty yang sedang bertugas.
"Pak Didi! Ke sini sebentar!" panggil Aland.
"Ya, Tuan. Apa yang perlu saya bantu?" sahut seorang security berkumis tebal dan berbadan tegap terlihat bergegas mendekati Aland.
"Tidak ada, Aku hanya ingin tahu, Audy sudah pulang atau belum, Pak?" balas Aland kepada pak Didi.
"Belum, Tuan muda." jawab pak Didi dengan sopan.
"Kalau sudah pulang bilang padanya, aku mencarinya." pesan Aland.
"Siap Tuan." ucap pak Didi.
"Tidak perlu terlalu formal kalau sama saya, panggil saja Aland." tandas Aland sebelum melanjutkan langkah kakinya.
"Saya tidak berani, Tuan muda" ungkap pak Didi sambil menggelengkan kepalanya dengan cemas.
Aland terus melangkah tanpa menoleh. Ia segera masuk ke dalam rumah. Setelah salah satu pelayan yang bekerja di sana membukakan pintu. Seperti biasa kondisi rumah terlihat sepi tanpa canda tawa pemiliknya.
Karena kedua orang tua si kembar jarang berada di rumah. Mereka sibuk dengan pekerjaan dan selalu melakukan perjalanan bisnis keluar kota maupun keluar negeri. Sekalinya kembali itu pun hanya beberapa jam saja.
Sebelum memasuki kamar pribadinya, Aland menghentikan langkah kaki. Lalu ia melirik sesaat kearah pintu kamar Audy. Ia berharap saudari kembarnya baik- baik saja saat ini. Kemudian ia menghela nafas dengan gusar dan memutuskan untuk segera berisitirahat.
Saat ini Aland membutuhkan waktu untuk memulihkan tubuhnya yang terasa lelah. Emosinya hari ini menguras energi. Sehingga Aland kembali melangkah untuk masuk ke dalam kamarnya. Ia meletakkan bag paper, ponsel dan dompetnya di atas meja nakas.
Kemudian tanpa mengganti pakaiannya, Aland segera membaringkan tubuhnya yang terasa lelah di atas ranjang. Kedua matanya langsung terpejam. Dalam sekejap ia telah berhasil memasuki dunia mimpi.
45 menit kemudian...
Terdengar suara ponsel berdering nyaring dari atas meja nakas. Kemudian sebuah tangan menjulur meraih ponsel itu. Tanpa memeriksa layar ia menerima panggilan telepon.
"Hm... ?" gumam Aland dengan tidak jelas.
"Bos, kami mengalami sedikit masalah dengan rancangan game yang baru." ungkap seseorang dari panggilan telepon.
"Apa?! Bagaimana hal itu bisa terjadi? Bukankah kemarin baik- baik saja!" seru Aland dengan suara tinggi.
Ketika mendengar ada sesuatu yang salah dengan perusahaan game miliknya. Kedua matanya langsung terbuka lebar. Rasa kantuk menghilang dalam sekejap. Lalu ia merubah posisinya menjadi terduduk di atas ranjang.
"Seseorang meretas jaringan perusahaan dan mengirimkan virus yang tidak terdeteksi." terang pemuda tersebut.
"Shit!! Kau hubungi bagian IT!" perintah Aland dengan emosi.
"Sudah, Bos! Mereka membutuhkan keputusanmu." sahut pemuda dari seberang panggilan.
"Hilangkan segera virus itu dan buat pertahanan berlapis supaya tidak terjadi hal seperti ini lagi! Aku akan segera ke sana!" seru Aland kesal.
Dia mengetahui dengan pasti resiko apa yang akan di derita oleh perusahaan. Hal itu membuat Aland semakin kesal. Ditambah rasa pusing menyerang kepalanya. Ia bersumpah akan mencari pelakunya melalui keahlian yang dimilikinya dalam meretas jaringan.
Aland beranjak berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Ia bermaksud membersihkan diri terlebih dahulu sebelum pergi ke perusahaan. Ia sempat meninggalkan pesan untuk Audy. Supaya menghubunginya setelah gadis itu kembali.