Audy beranjak dari kasur king size miliknya. Ia melangkah kearah pintu kamar dengan wajah cemberut. Gedoran pintu kamarnya akan terus terdengar sampai ia membuka pintunya.
"Ayo buka pintunya!" teriak Aland dari luar kamar.
Cklek!
"Apa sih?! Berisik banget!" sembur Audy dengan kesal.
"Kamu baik- baik saja? Katakan dimana saja pria brengsek itu menyentuhmu?" tanya Aland sambil memutar tubuh kembarannya untuk memeriksa.
"Aku baik- baik saja." jawab Audy sambil memutar kedua bola matanya dengan malas.
"Kenapa kau tidak menghubungiku? Dan kenapa bisa bersama dengannya?" cecar Aland.
"Aland... aku dan Rey berpacaran." ucap Audy dengan jujur.
Ia tidak berniat menjawab seluruh pertanyaan Aland barusan. Menurutnya terlalu membuang waktu istirahatnya yang berharga. Sehingga ia memilih mengatakan yang sebenarnya, secara langsung tanpa harus berbelit- belit.
"Apa? Kau pasti bercanda?" ujar Aland tidak percaya.
"Tidak, aku mengatakan yang sebenarnya." sanggah Audy.
Ia memutar tubuhnya membelakangi saudara kembarnya. Lalu melangkahkan kaki jenjangnya menuju ranjang. Aland segera memasuki kamar gadis itu, dan ia membuntuti Audy dari belakang. Karena merasa belum puas menginterogasi saudara kembarnya.
"Kau menyukainya?" tanya Aland merasa khawatir.
"Tidak."
"Lalu kenapa kau menjalin hubungan dengan si brengsek itu?" cibir Aland tidak suka.
"Aku terpaksa."
"Kau dipaksa olehnya?" tanya Aland lagi.
" Ya, karena aku ketahuan mengintip, ketika ia sedang melakukan hubungan intim dengan salah satu siswi di sekolah." jawab Audy sambil menghembuskan nafas dengan kasar. Lalu Audy memutuskan untuk duduk di atas kasur king size miliknya.
"Shit! Kenapa kau begitu usil?!" seru Aland kesal.
"Aku tidak sengaja." jawab Audy sambil meringis dengan masam.
"Aku tidak peduli! Aku ingin kau putus dengan Rey!" desis Aland.
"Kalau bisa pasti sudah kulakukan." keluh Audy, ia memasang wajah cemberut.
"Aku harus menemuinya." desis Aland dengan dingin.
"Kembalilah ke kamarmu, aku sangat lelah dan ingin segera beristirahat." usir Audy sambil membaringkan badannya di atas ranjang.
"Ehh, kita belum selesai bicara!" pekik Aland kesal, ketika melihat saudari kembarnya tidur dengan posisi membelakanginya.
Audy tidak menggubris perkataan dari Aland. Ia memilih memejamkan mata dan mengistirahatkan badannya yang terasa lelah. Aland menjadi gemas sendiri melihat tingkah laku gadis itu.
Pemuda tersebut segera berjalan keluar dari kamar Audy. Kemudian ia bergegas menuruni anak tangga. Aland menuju ke tempat kendaraannya terparkir dan melajukan mobil sportnya ke suatu tempat.
Dengan kecepatan sedang, ia mengemudikan mobil kesayangannya menuju base camp the prince's. Seharusnya waktu yang dapat ditempuh oleh Aland sekitar 35 menit untuk sampai ke daerah Menteng.
Namun, pemuda itu terjebak dalam kemacetan hingga ia menghabiskan waktu satu jam di perjalanan. Aland memasuki kawasan perumahan elit yang berada di Menteng. Kendaraannya berhenti di sebuah rumah mewah. Tempat biasa dijadikan base camp oleh para anggota the prince's lainnya.
Kemudian gerbang dibuka oleh security yang sedang berjaga. Aland memasuki halaman rumah dengan perlahan. Setelah memakirkan mobilnya, Aland bergegas masuk ke dalam rumah mewah tersebut.
Seorang kepala pelayan menyambut kedatangannya. Namun, Aland terus berjalan melewati pelayan tersebut. Ia berusaha menenangkan emosinya yang hampir meledak selama perjalanan.
Aland melangkahkan kakinya menuju halaman belakang rumah. Ia melihat ketiga sahabatnya sedang asyik bermain bola basket di sebuah lapangan yang letaknya di samping kolam renang.
Pada saat menemukan sosok yang dicari. Aland segera berjalan mendekati orang tersebut. Ia tidak menutupi kilatan kemarahan yang terlukis di wajah tampannya. Kedua tangannya mengepal erat hingga memutih.
"Baru datang, Land." sapa Marco.
Ia melihat Aland berjalan menghampiri mereka. Akan tetapi, Marco langsung terkejut melihat sahabatnya datang dengan wajah penuh amarah.
Wussh!
Sebuah kepalan tinju menjulur kedepan, berusaha mengenai wajah seorang pemuda. Akan tetapi, reflek yang dimiliki oleh Rey cukup bagus sehingga ia dapat menghindari pukulan itu. Rey menatap Aland dengan tajam.
Kemudian ia mengangkat sedikit dagunya, sehingga terkesan angkuh dan dominan. Pemuda itu tersenyum menyeringai kepada sahabatnya tersebut. Melihat hal itu membuat emosi Aland semakin mendidih. Lalu ia kembali melangkah maju sambil melayangkan pukulan keras kearah Rey.
"Shit! Bastard!" seru Aland.
Bugh! Bugh! Bugh!
Salah satu tangan Rey mencoba menangkis pukulan yang datang kepadanya. Tangan lainnya mencoba membalas lawannya. Adu pukulan tidak dapat dihindarkan lagi. Tak seorangpun dari mereka yang mau mengalah.
"Berhenti, woy!" teriak Marco ketika melihat kedua sahabatnya bertengkar.
"Kita harus pisahin mereka!" usul Jason cepat.
"Ya."
Kedua pemuda itu segera mendekati Aland maupun Rey berada. Marco menahan tubuh Rey dan menariknya ke belakang. Supaya tercipta jarak diantara dua orang yang bertikai. Disisi lain, Jason mencoba merangkul Aland dengan sekuat tenaga. Agar pria itu menghentikan perkelahian mereka.
"Lepas!" seru Rey sambil melirik tajam kearah Marco.
"Ok! tahan emosi, Rey! Bagaimanapun kita semua sahabat, ingat!" jelas Marco dengan sikap netral.
"Berisik!" timpal Rey.
Kedua tangannya terangkat tanda ia akan menuruti kemauan Rey. Pemuda itu merapikan kemeja yang kusut akibat perkelahian barusan. Lalu ia melangkah pergi meninggalkan lapangan basket tersebut. Kedua telapak tangan di masukkan ke dalam saku celananya. Namun, baru dua langkah ia berhenti.
"Sekeras apapun usahamu untuk memisahkanku dengannya, dia akan tetap menjadi milikku!" tandas Rey tanpa menoleh ke belakang.
"Damn! Brengsek!" teriak Aland sambil melototi sahabatnya tersebut.
Pemuda itu ingin bergegas menghampiri Rey dan kembali memberi pelajaran kepadanya. Walau pada kenyataannya, dia sendirilah yang babak belur akibat pukulan Rey. Rangkulan Jason segera mengetat ketika melihat Aland akan membuat ulah lagi.
Rey terlihat tidak menggubris makian yang terlontarkan dari mulut Aland. Ia melanjutkan langkahnya untuk masuk ke dalam rumah. Sahabatnya itu memang bukan lawan sepadan untuknya. Rey telah berlatih taekwondo sejak kecil sehingga memiliki pertahanan tubuh yang baik.
"Cukup, Land!" bentak Marco, ketika ia melihat Aland tidak ingin menyerah.
"Bagaimana bisa cukup?! dia memaksa Audy untuk menjadi kekasihnya!!" raung Aland dengan nada tinggi.
"Kita bisa bicarakan semuanya baik- baik." usul Jason.
"Tidak! Sebelum mereka putus!" sanggah Aland tegas.
"Sikapmu yang seperti ini terkesan memaksakan kehendakmu sendiri terhadap Rey." balas Marco.
"Aku..."
"Kenyataannya Audy telah menyetujuinya bukan? walau saat itu, ia sedang dalam keadaan terpaksa menerima Rey." sela Marco cepat.
"Argh! Damn!" decak Aland.
Aland mulai kehabisan kata- kata. Ia tidak tahu bagaimana caranya menyangkal semua perkataan Marco. Pemuda itu merasa semua ini tidaklah benar. Karena berpikir Audy adalah pihak yang dirugikan.
"Sebaiknya tenangin dirimu terlebih dahulu." pinta Jason sambil menepuk ringan pundak Aland.
"Kalian berdua tidak akan mengerti, karena Audy bukan saudara perempuan kalian." keluh Aland, sambil mengacak rambutnya frustasi.
"Kau tidak perlu khawatir secara berlebihan, the prince's akan membantumu menjaganya." ucap Marco mencoba meyakinkan sahabatnya.
"Aku setuju." timpal Jason sambil tersenyum.
"Thank's." sahut Aland mulai merasa jauh lebih lega.