Chereads / Kekasih Brengsekku / Chapter 3 - 3. Menjadi pusat perhatian

Chapter 3 - 3. Menjadi pusat perhatian

Keesokan harinya, mau tak mau Aland mulai menjadi supir dadakan Audy. Kemanapun gadis itu pergi, ia harus mengantar saudari kembarnya. Sampai motor matic yang tidak sengaja dirusak olehnya itu kembali dalam keadaan seperti semula.

Jam dinding menunjukkan pukul 06.45 wib. Membuat seorang gadis yang sedang duduk di ruang tamu menjadi gelisah. Audy tidak pernah sekalipun terlambat ke sekolah, tetapi hari ini sedikit berbeda. Pasalnya sejak tadi Aland belum juga menampakkan batang hidungnya.

"Aland!! Cepat! kita udah terlambat!" teriak Audy sambil mendongakkan wajahnya untuk melihat ke lantai atas.

10 menit kemudian, akhirnya sosok Aland terlihat, pemuda itu berjalan menuruni anak tangga dengan santai seolah ia tidak sedang terlambat. Melihat tingkah ajaib kembarannya, wajah Audy langsung berubah cemberut.

"Lama banget!! Udah tahu telat, masih aja santai!" gerutu Audy emosi.

"Sabar ya cantik! Orang sabar disayang Aland." canda Aland sambil tersenyum.

"Ck! Tidak lucu!" decak Audy melengos.

Gadis itu segera berjalan pergi meninggalkan Aland. Ia tak berminat untuk melayani sifat menyebalkan sang kakak, yang lahir beberapa menit lebih dulu darinya. Audy berjalan menuju halaman rumah. Di sana telah terpakir mobil sport berwarna silver milik Aland.

Berbeda dengan dirinya yang ingin terlihat sederhana. Saudara kembarnya selalu mengikuti trend terbaru dan Aland tidak menutupi sedikitpun identitasnya yang berasal dari kalangan berada. Audy memutar tubuh langsingnya ke belakang, untuk memastikan keberadaan Aland.

"Buka kuncinya!" ucap Audy dengan nada memerintah.

"Ok! My princess" sahut Aland.

"Huft!"

Ia segera mengeluarkan kunci mobil berserta remot central locknya dari dalam saku celana. Dan menekan tombol pada remot tersebut, agar Audy bisa masuk ke dalam mobil kesayangannya. Kemudian mengedipkan salah satu matanya untuk mengoda saudari kembarnya yang terlihat kesal kepadanya.

Audy memutar kedua bola matanya dengan malas sebelum memasuki mobil sport saudaranya. Sedangkan Aland berjalan ke arah pintu kemudi. Pemuda itu memastikan adiknya memakai seat bell. Walaupun ia sering mengoda kembarannya, dan bertingkah menyebalkan. Namun, ia sangat menyayangi dan menjaga Audy.

"Tenang saja, mereka tidak akan memulai sebelum kita datang." ungkap Aland sambil mengusap puncak kepala Audy.

"Pembohong! Cih, sepertinya kamu yakin banget!" cibir Audy.

"Kapan aku pernah berbohong sama kamu?" tanya Aland mengeryitkan dahinya.

"Ya, kali! udah jalan!" ucap Audy sedikit ketus.

Tanpa banyak bicara Aland langsung melajukan kendaraannya. Ia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. 1 jam waktu perjalanan yang di tempuh Aland untuk sampai ke sekolah. Karena padatnya kota Jakarta hingga terjadi kemacetan di beberapa titik.

Mobil sport berwarna silver tersebut, berhenti di depan pagar sekolah yang telah ditutup oleh pak Lukman selaku satpam sekolah. Hal itu tidak mengherankan bagi Audy karena mereka datang sangat terlambat.

"Tinnn!!... Tinn!! "

Akan tetapi, gadis itu melongo tak percaya adalah kelakuan bin ajaib Aland. Dengan percaya diri kembarannya itu menekan klakson mobil. Sehingga menarik perhatian orang yang berada di sekitar. Tidak berapa lama kemudian, pak Lukman tergesa - gesa keluar dari pos jaganya sambil membawa segepok kunci.

Pak Lukman segera membuka gembok kunci yang terpasang di pagar besi itu. Kemudian mendorong pagar sekolah hingga terbuka lebar. Dengan sopan satpam tersebut mempersilakan mobil yang dikemudikan Aland untuk memasuki lingkungan sekolah.

"Terima kasih, Pak!" ucap Aland sambil tersenyum.

"Sama- sama, Nak " balas pak Lukman.

Mobil sport milik Aland melaju perlahan memasuki parkiran sekolah yang luas. Ia segera memakirkan kendaraannya di samping mobil teman- temannya. Suasana sekolah terlihat sepi. Semua siswa dan siswi telah berada di dalam kelas mereka, untuk mengikuti pelajaran.

"Kamu kasih apaan ke Pak Lukman?" tanya Audy curiga.

"Tidak ada. " jawab Aland jujur.

"Bohong! Buktinya dia nurut gitu!" celetuk Audy heran.

"Serius! Aku tidak kasih apa- apa! Kapan sih aku pernah bohongin kamu, Audy?!" terang Aland mulai jengah terus ditatap oleh kembarannya.

"Terus... Kenapa Pak Lukman baik banget sama kamu?" tanya Audy lagi.

"Manaku tahu?! mungkin karena Rey!" sahut Aland sambil mengangkat bahunya.

"Rey?? " ulang Audy merasa heran.

"Temanku yang kemarin dikenalin ke kamu! Udah ah! Turun yuk!"  balas Aland sambil mengajak Audy turun dari kendaraannya.

"Tunggu dulu!" sela Audy, ia menahan tangan kembarannya.

"Apa lagi, hm?" tanya Aland dengan sabar.

"Rey itu siapa? Apa hubungannya dia sama Pak Lukman?" cecar Audy penasaran.

"Rey anak pemilik sekolah ini! dia tidak ada hubungan dengan Pak Lukman, dia normal." jawab pemuda itu sekenanya.

"Ihhh... maksudnya bukan itu!" sanggah Audy gemas dengan kelakuan Aland.

"Dengar Dy, pesanku cuma satu... Rey emang sahabatku, tetapi lebih baik kamu jangan dekat- dekat sama dia!" pesan Aland dengan wajah serius.

"Siapa yang mau dekatin dia?" kilah Audy, ia membuang pandangannya ke luar jendela untuk menghindari tatapan Aland.

"Aku tahu sifat kamu dan hapal kelakuan dia, kejadian kemarin bikin aku tidak tenang." terang Aland sambil menepuk puncak kepala Audy dengan lembut.

"Kejadian apa?" tanya Audy penasaran.

"Turun yuk... Mau bolos berapa mata pelajaran?" potong Aland cepat.

"Ehh, ya udah... ayo!"

Setelah itu keduanya turun dari kendaraan. Aland memaksa ingin mengantar Audy ke kelasnya. Barulah ia bisa dengan santai berjalan menuju kelasnya sendiri. Banyak pasang mata yang melihat ke arah Audy melalui jendela kelas. Membuat gadis itu merasa risih diperhatikan oleh seluruh siswa dan siswi dari kelas lain.

Alasan dirinya menjadi pusat perhatian sudah bisa ditebak. Apalagi kalau bukan karena popularitas yang dimiliki sang kakak. Wajah tampan ala boy band korea. Punya segudang prestasi, ditambah berasal dari keluarga berada sehingga banyak kaum hawa memujanya.

Hanya segelintir orang yang mengetahui mereka saudara. Membuat Audy harus menghadapi tatapan iri para wanita tersebut. Dan dengan seenaknya Aland merangkul pundak kembarannya tanpa peduli keadaan sekitar.

"Lepas!"

"Kenapa?" tanya Aland bingung.

"Jangan pura- pura bego deh! Lepas tidak?!" tegur Audy sambil melirik sinis.

"Tidak mau! Emang kenapa sih? Kamu malu punya kembaran ganteng kaya aku?" sela Aland.

"Percaya diri banget kau! sadar tidak sih! Kita itu jadi pusat perhatian seluruh penghuni sekolah!" jelas Audy mulai kesal.

"Ehh, aku kirain kenapa? Udah cuekin aja!" celetuk Aland dengan cuek.

Gadis tersebut hanya menepuk jidatnya pelan. Mendapati tingkah Aland yang benar- benar menguras emosi. Sedangkan pemuda itu tetap bersikap stay cool seolah tidak terjadi apapun.

"Besok kamu tidak perlu anter sampai kelas! Cukup turunin aku di parkiran!" tuntut Audy tidak ingin dibantah.

"Hm"

"Awas aja kalau bohong!"

"Hm "

Ketika sampai di kelas, Audy langsung mengusir Aland dan buru - buru memasuki kelas. Sebelum kembarannya semakin nekad mengantarnya sampai ke tempat duduk.

"Udah sana! Aku masuk sendiri!" usir Audy cepat.

Aland yang melihat tingkah gadis itu hanya tersenyum samar sambil mengelengkan kepala. Perkataan pemuda itu terbukti karena pelajaran di kelas  Audy belum dimulai. Kemudian Aland berjalan meninggalkan kelas saudarinya. Ia melangkah menuju ke arah yang berlawanan dari kelasnya sendiri.