Chereads / Kekasih Brengsekku / Chapter 5 - 5. Menjadi kekasih atau boneka mainan

Chapter 5 - 5. Menjadi kekasih atau boneka mainan

Bugh!!

"Aww... Ssshhh!" rintih Audy merasa kesakitan.

Tubuh mungil Audy terpelanting ke belakang. Sehingga ia terjatuh duduk di lantai koridor yang dingin. Lalu gadis itu mengangkat kepalanya perlahan untuk melihat orang yang ada di hadapannya. Mengetahui siapa yang ia tabrak barusan, raut wajahnya berubah menjadi pucat pasi.

"Ahh! Ma... Maaf!" sesal Audy sambil menundukkan kepala.

"Tidak ada gunanya meminta maaf!" tegas Rey.

Audy merasa malu dan bersalah disaat yang bersamaan, ketika mendengar perkataan Rey. Pasalnya dia sudah ketahuan mengintip kegiatan intim pemuda itu. Rey berjalan meninggalkan Audy yang masih tidak bergerak sedikitpun dari lantai. Gadis itu tercengang melihat Rey berlalu dari hadapannya tanpa berkata apapun.

Brakk!! ( Rey menendang pintu gudang dengan keras.)

"Aaaahhh!" pekik seorang gadis dari dalam gudang.

"Keluar!" usir Rey sambil menatap gadis itu dengan tajam.

Ia berdiri tegap di depan pintu gudang, sambil memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya. Aura membunuh menguar keluar dari tubuh Rey, membuat gadis tersebut merasa kedinginan. Bulu kuduk gadis itu meremang, ketika sikap Rey terasa dingin mendominasi area sekitar.

"Tapp... pi Rey... " tolak gadis itu dengan enggan.

"Pergi!!!" seru pemuda itu dengan keras.

Mendengar raungan Rey, gadis tersebut segera bergegas keluar meninggalkan ruangan. Sebelum berlari menjauh dari gudang, gadis itu menatap penuh kebencian ke arah Audy yang masih terduduk di lantai.

"Mau sampai kapan duduk di sana?" tanya Rey dengan nada dingin.

"Ah, ya..."

Audy yang terlihat linglung, mulai tersadar dari lamunannya. Ia segera berdiri perlahan sambil menepuk rok seragamnya. Berusaha menghilangkan debu yang menempel.

"Kemarilah... " pinta Rey.

Audy menoleh ke arah Rey. Lalu berjalan menghampiri pemuda itu dengan perasaan tidak nyaman. Rey terus mengawasi gerak- gerik gadis muda tersebut.

"Sekali lagi maaf, aku tidak sengaja mengintipmu." ucap Audy sambil membungkukkan sedikit badannya.

"Kau telah menghancurkan moodku." ungkap Rey dengan jujur.

"Ah! Maaf " sesal Audy.

Srettt!! Brakk!!

"Ahh!"

Rey meraih salah satu lengan Audy. Kemudian menariknya dengan satu sentakan keras, hingga tubuh gadis itu membentur pintu gudang. Kedua tangan pemuda itu mengurung tubuh mungil Audy di tembok. Sehingga gadis itu tidak dapat bergerak secara bebas.

"Tidak semudah itu aku melepaskanmu!" bisik Rey di telinga Audy.

"Aa... pa??" tanya Audy merasa bingung.

"Kau telah membuat mangsaku kabur." ungkap Rey dengan tidak tahu malu.

"Bukan aku yang mengusirnya." balas Audy cepat.

"Memang bukan dirimu, tetapi aku ingin kamu yang bertanggung jawab!" tandas pemuda itu.

"Bagaimana mungkin?!" protes gadis itu dengan cemas.

"Mulai detik ini, kau menjadi kekasihku!" putus Rey tegas.

"Aku tidak mau!" tolak Audy cepat.

"Tidak ada bantahan! Semua keputusan di tanganku!" desis Rey sambil menatap Audy tajam.

"Aku ti..."

Rey langsung melumat bibir mungil gadis tersebut. Ia tidak ingin memberi kesempatan kepada Audy untuk membantah perkataannya. Rey dapat merasakan manisnya bibir Audy.

Tangan kanannya meraih tengkuk Audy dengan lembut. Agar wanita itu tidak memiliki ruang gerak untuk menghindar darinya. Tangan kiri Rey melingkar erat di pinggang ramping milik Audy.

Rey tidak membuang kesempatan itu, sejak awal ia sangat menginginkan Audy menjadi miliknya. Ia menyadari reaksi penolakan dari gadis itu. Mata Audy terbuka lebar merasa terkejut atas perbuatan Rey. Kedua tangan gadis itu terus memukul dengan keras dada bidang Rey.

Akan tetapi, usahanya sia- sia saja, karena tubuh Rey tidak bergeming sedikitpun. Tidak kehabisan akal, Audy langsung mengigit bibir Rey hingga terluka. Dengan tenang pemuda itu melepas tautannya, membiarkan Audy menghirup udara dengan rakus.

"First kiss, hm?" gumam Rey sambil menyentuh bibirnya yang terluka akibat ulah Audy.

"Brengsek!!" seru Audy dengan geram.

Plak!

Audy menampar pipi pemuda di hadapannya dengan keras. Emosinya langsung melesat ke ubun- ubun karena merasa dilecehkan. Namun, nyalinya berubah ciut saat Rey menatap dirinya dengan tajam. Terdapat kilat kemarahan yang terpancar di kedua bola mata Rey.

Keringat dingin mulai membasahi bagian belakang tubuh Audy. Ia bergidik ngeri melihat aura milik Rey yang mendominasi. Atmosfer di sekitar terasa mencekik dirinya.

"Sepertinya kau ingin di hukum!" ejek Rey.

"App.. pa??" tanya Audy dengan gugup.

Rey langsung mengangkat tubuh Audy dan membawanya masuk ke dalam gudang. Ia melempar tubuh gadis itu ke atas sofa yang terdapat di pojok ruangan. Audy mulai ketakutan di atas sofa, wajahnya kembali berubah menjadi pucat.

Rey membuka beberapa kancing seragamnya. Ia berjalan perlahan mendekati Audy. Ketika gadis itu ingin beranjak dari posisinya, berusaha menghindari Rey. Kakinya langsung ditangkap dan ditarik dengan kasar oleh pemuda itu. Sehingga Audy tidak dapat melarikan diri.

"Tolong lepaskan aku!" pinta Audy dengan nada memohon.

Tubuh Rey menghimpit Audy hingga gadis itu terjepit di sofa. Kedua mata gadis itu mulai berkaca- kaca. Namun, Rey terlihat tidak memperdulikan ketakutan yang dirasakan Audy. Ia membiarkan pikiran gadis itu menjadi liar sesuka hati.

Kepala pemuda itu menyusup ke area leher jenjang milik Audy. Ia menghirup aroma tubuh gadis itu dan memberikan sentuhan ringan dengan lidahnya untuk mengoda. Rey dapat merasakan tubuh gadisnya yang menegang.

Senyum samar tersemat di wajah Rey tanpa sepengetahuan Audy. Tangan kanannya digunakan untuk menopang bobot tubuh besarnya. Tangan kiri Rey mencengkram erat paha gadis itu.

"Baik, Aku setuju." cicit Audy, sambil berusaha mendorong tubuh Rey, agar menjauh darinya.

Gadis itu tidak tahan lagi dilecehkan seperti ini. Ia segera menyetujui keinginan Rey yang ingin menjadikannya kekasih. Audy memikirkan bagaimana caranya terbebas dari belenggu pemuda itu.

"Setuju? Kau memang tidak memiliki pilihan lain, sayang." goda Rey, sambil menyeringai puas.

"Bisakah kau sedikit menjauh? Aku... tidak nyaman!" pinta Audy karena merasa risih.

"Tidak nyaman, hm?!" gumam Rey, sambil menatap Audy dengan tatapan yang sulit diartikan.

Perlahan Rey menyingkir dari atas tubuh Audy. Ia mengubah posisinya menjadi duduk. Terdengar helaan nafas dari mulut kekasihnya, membuat Rey kembali ingin mengodanya.

Rey langsung mengangkat tubuh Audy ke atas pangkuannya. Sekali lagi ia dapat merasakan tubuh gadis itu menegang. Tangan kirinya meremas lembut pinggang kekasihnya. Hingga membuat Audy menjerit karena terkejut.

"Kau adalah kekasihku! Mulai sekarang kau harus terbiasa dengan semua sentuhanku!" tekan Rey.

"Bagaimana jika aku menolak?" ucap Audy pelan.

"Jika menolak ya? Kalau begitu cukup layani aku kapanpun aku menginginkan tubuhmu!" ejek Rey sambil mengerutkan dahi, karena tidak suka mendengar perkataan Audy.

"Kau!!"

"Menjadi kekasihku atau boneka mainanku? Keputusan ada di tanganmu sendiri!" tegas Rey.

Audy terdiam mendengar perkataan Rey barusan. Pemuda itu memberi pilihan yang menguntungkan dirinya sendiri. Audy mengerti bahwa hidupnya tidak akan sama lagi.