Sebuah lagu mengalun lembut berasal dari ponsel berlogo buah apel separo yang telah digigit. Sejak tadi benda tersebut terus berbunyi hingga suaranya menggema memenuhi ruangan. Layar berukuran 6.8 inch itu tak kenal lelah berkedap- kedip menarik perhatian. Namun, kenyataannya memang sengaja diabaikan oleh pemiliknya.
Di sudut ruangan nampak seorang gadis sedang menelengkupkan kepalanya di atas sepasang tangan. Tangan terlipat itu bertumpu pada kedua lutut kaki yang menekuk. Kemudian dibiarkan surai indah miliknya bergoyang kesana kemari karena tersapu oleh angin. Angin malam berhasil masuk dari sela - sela jendela kamar.
Setelah usai mengirimkan pesan kepada seseorang. Ia memilih bersembunyi di sudut ruang kamar. Berharap hal itu dapat menghilangkan kegelisahan yang tengah dirasakannya. Tubuh mungilnya mengigil karena emosinya yang tidak stabil.
Ia sedih telah mengecewakan saudara kembarnya. Hatinya juga ikut merasakan sakit hati yang dialami oleh Aland. Namun, sebagian dari dirinya menolak untuk melepaskan Rey. Pemuda yang berhasil meruntuhkan pertahanannya.
Tanpa memiliki niat untuk melirik pada layar ponsel yang tergeletak di sampingnya. Gadis itu telah mengetahui siapa yang berulang kali mencoba menghubunginya saat ini. Namun, Audy berusaha keras bertahan pada pendiriannya. Tubuhnya diam tak bergeming sedikitpun.
"Maaf... maafkan aku... maaf..." gumam Audy berulang dengan keadaan tidak stabil.
Kemudian ketukan suara pintu terdengar. Akan tetapi, Audy tidak menghiraukannya. Karena saat ini ia tengah tersesat dalam dunianya sendiri. Entah kapan ia akan tersadar kembali.
Sementara itu di tempat lain...
Pemuda berparas tampan rupawan itu mengeraskan rahangnya. Kedua iris matanya menggelap hingga kilatan kemarahan terlukis jelas. Berulang kali ia menghubungi kekasihnya. Akan tetapi, gadis itu tidak mengangkat panggilan teleponnya.
Salah satu tangannya menggenggam erat ponsel tersebut seakan ingin menghancurkannya. Sesekali terdengar geraman rendah berasal dari pemuda itu. Setelah membaca pesan masuk pada layar ponsel miliknya. Aura suram langsung menguar dari tubuhnya.
Ia bersikeras menghubungi Audy tanpa henti. Sikap yang ditunjukkan oleh kekasihnya tersebut, telah membangunkan sisi terliar dari dalam diri Rey. Pemuda itu semakin berambisi untuk menghancurkan hidup Aland.
Tidak mendapatkan respon sedikitpun dari sang kekasih. Rey segera berjalan menuju meja nakas. Ia meraih kunci mobil sport kesayangannya. Kemudian ia bergegas melangkah meninggalkan penthouse miliknya. Tujuannya ialah ingin segera menemui Audy di kediamannya.
Dengan langkah cepat ia berjalan memasuki lift. lalu ia menekan tombol angka yang terpasang di dekat pintu lemari besi tersebut. Kemudian lift bergerak menurun menuju lantai yang dituju oleh Rey. Salah satu tangannya terus mengetik pesan yang akan ia kirimkan kepada Audy.
Ting!
Lemari besi tersebut berhenti di lantai basement. Lalu Rey segera keluar dari lift dan bergegas menuju dimana mobil sportnya terparkir sempurna. Ia menekan remote alarm yang berada di tangan kirinya. Kemudian Rey langsung menaiki mobil sport miliknya.
Lalu pemuda itu mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan sedang. Ia menuju salah satu perumahan termewah yang berada di daerah Jakarta Barat. Malam semakin larut, tetapi jalanan ibu kota masih terlihat hiruk pikuk dengan sejuta kesibukan mereka masing- masing. Ribuan kendaraan berlomba memenuhi jalan raya.
Entah berapa lama waktu yang ditempuh oleh Rey untuk sampai di depan sebuah rumah mewah. Pemuda itu hanya berpikir untuk segera menemukan keberadaan kekasihnya. Kemudian ia langsung turun dari mobil sportnya.
Ia berjalan ke arah gerbang besi bercat hitam. Kemudian menghampiri security yang sedang bertugas. Mengatakan keinginannya untuk menemui Audy. Karena telah mengetahui identitas Rey sebagai teman Aland, security mengizinkan pemuda itu memasuki kediaman keluarga Smith.
Setelah Rey berada di ruang tamu, seorang pelayan bergegas melangkah ke lantai atas. Pelayan wanita itu berjalan menuju kamar Audy. Sesampainya di depan pintu kamar, ia mengetuk dan memanggil nona mudanya dengan sopan.
Namun, tidak terdengar balasan dari dalam kamar. Walaupun pelayan tersebut mengetuk pintu kamar berulang kali. Sesekali ia memanggil nama nona mudanya. Berharap mendapatkan jawaban dari Audy.
Tok! Tok! Tok!
"Nona! Tuan muda Rey ingin bertemu dan saat ini ia sedang menunggu anda di ruang tamu!" seru pelayan tersebut untuk terakhir kalinya.
Begitu sunyi dan tidak ada sedikitpun suara yang berasal dari dalam. Membuat pelayan muda itu merasa khawatir dan takut secara bersamaan. Khawatir terjadi sesuatu dengan nona mudanya. Disisi lain, merasa takut mengganggu waktu istirahat nona Audy. Sehingga ia memutuskan kembali ke ruang tamu tempat Rey berada.
Pelayan tersebut mengatakan sejujurnya kepada Rey. Bahwa ia tidak mendengar suara sedikitpun sebagai jawaban dari dalam kamar. Sehingga membuat Rey beranjak dari sofa yang berada di ruang tamu. Lalu meminta pelayan wanita itu mengantarnya ke kamar Audy. Rey memutuskan untuk melihat secara langsung keadaan kekasihnya.
"Bawa aku ke kamar Audy!" perintah Rey dengan tegas.
"Baik, Tuan Rey." jawab pelayan itu kepada sahabat tuan mudanya.
Di dalam ruangan...
Seorang gadis muda terus mengucapkan kata maaf berulang kali. Entah kepada siapa permintaan maaf tersebut ditujukan. Ia mengeratkan kedua tangan yang terlipat. Seolah dapat memeluk tubuh mungilnya.
Tidak ada gelombang suara yang dapat ditangkap oleh daun telinga. Karena gadis itu tengah tenggelam dalam dunianya. Suara ketukan pintu terdengar mendesak, bersamaan dengan suara lagu yang berasal dari ponsel miliknya. Berusaha menyadarkannya agar segera kembali ke dunia nyata.
Akan tetapi, satu nama yang tak disengaja terucap dari bibir pelayan. Mampu menggetarkan sanubari Audy. Hingga ia membuka kedua kelopak matanya perlahan. Keresahan dalam hatinya semakin bertambah. Kala mendengar seseorang yang diinginkan hatinya tengah menantikan dirinya di lantai bawah.
Namun, kekecewaan yang dialami Aland mengurungkan niatnya untuk menemui Rey. Kedua tangannya gadis itu berubah posisi. Kini, tangan Audy mencengkram erat surai hitam legam miliknya. Sebagai pelampiasan rasa frustasi yang tengah melanda dirinya.
"Apa yang harus kulakukan?" bisik Audy dengan suara bergetar.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu kembali terdengar nyaring memenuhi ruangan. Namun, Audy masih merasa enggan untuk beranjak dari tempatnya berada. Semenit kemudian tubuhnya berubah menegang. Wajah cantik Audy menjadi pucat pasi. Ketika ia mendengar suara yang sangat dikenalnya sedang memanggil namanya.
"Audy buka pintunya! Aku tahu kau berada di dalam!" seru Rey dari balik pintu kamar.
Rey terus mengetuk pintu kamar Audy dengan keras. Ia bertekad untuk memaksa masuk ke dalam kamar. Jika gadis itu tidak menghiraukan seruan darinya.
"Buka pintunya sekarang! Atau aku akan mendobrak pintu kamarmu, baby girl!" ancam Rey dengan nada dingin.
Audy langsung tersentak mendengar perkataan Rey barusan. Hatinya merasa sangat cemas dan takut. Gadis itu berharap kekasihnya tidak melakukan apa yang dikatakannya. Tanpa sadar Audy meremas ujung gaunnya dengan gugup.