Bel terdengar nyaring ke seluruh penjuru gedung sekolah. Pertanda mata pelajaran telah usai. Seluruh siswa berhamburan keluar kelas, dan berlomba untuk segera mengisi perut mereka di kantin sekolah. Dalam sekejap suasana kelas berubah ramai seperti pasar.
Di sudut ruang kelas, seorang gadis sibuk mengerjakan soal matematika yang diberikan oleh guru sebelum jam istirahat. Tiba- tiba pundaknya ditepuk oleh seseorang, membuat ia merasa terkejut. Sehingga ia menoleh ke arah si pelaku dengan kesal.
"Apaan sih?" decak Audy, yang merasa terganggu oleh perbuatan sahabatnya itu.
"Ke kantin yuk." ajak Wyne.
"Males ahh, kamu aja." tolak Audy.
"Ayo temenin.. Aku laper banget nih, dari tadi pagi belum sempat sarapan." balas Wyne sambil meraih tangan sahabatnya
"Tidak mau! udah sana duluan." sela Audy.
"Aish, jahat banget sih sama teman sendiri." keluh Wyne dengan raut muka sedih.
"Huft! Ok, tapi sebentar aja ya." ucap Audy pada akhirnya mengalah.
Melihat Wyne menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, gadis itu segera membereskan buku dan peralatan lain yang berserakkan di atas meja. Kemudian ia serta sahabatnya melangkah meninggalkan ruangan tersebut.
Sepanjang jalan menuju kantin sekolah, Audy kembali menerima tatapan penasaran dari sekitarnya. Seperti dengungan lebah, sebagian siswi yang melihat atau berpapasan dengannya mulai bergosip dan berasumsi sesuka mereka.
Hal itu membuat Audy merasa kesal sendiri. Di dalam hatinya ia terus memaki saudara kembarnya. Jika bukan karena ulah Aland tadi pagi, ia tidak akan menjadi pusat perhatian.
Tanpa disadari oleh gadis itu, sebenarnya ia sudah cukup terkenal karena prestasi akademiknya. Ditunjang dengan wajah cantik elok rupawan sehingga banyak kaum adam memujanya, serta mereka berusaha mendapatkan cintanya. Sebelumnya, Audy selalu menolak semua pengakuan cinta yang datang kepadanya.
Kini, semua orang beranggapan ia menjalin hubungan dengan salah satu cowok famous di sekolah. Anggota the prince's yang dipuja oleh seluruh kaum hawa di Brunel Internasional School ini.
"Wyn, jalannya cepatan dikit." ujar Audy sambil menarik lengan Wyne.
"Loh, kenapa buru - buru?" tanya Wyne heran, saat ia ditarik paksa oleh sahabatnya.
"Katanya laper, nanti keburu kehabisan." jawab Audy cepat.
"Eh, sejak kapan kantin sekolah kehabisan stok makanan?" tanya Wyne dengan polos, terlihat raut wajahnya yang kebingungan.
"Aish, bawel!" cibir Audy sambil mempercepat langkahnya.
Sesampainya di kantin sekolah yang ramai, Audy melihat barisan siswa berdiri di depan stan makanan. Kemudian ia menghembuskan nafas dengan keras, membuat wyne langsung menoleh ke arahnya.
"Ada apa?" tanya wyne penasaran.
"Tidak ada apa- apa " jawab Audy sekenanya.
"Mau makan apa, Dy?" tanya Wyne lagi.
"Aku masih kenyang! kamu aja! Buruan ngantri sana!" usir Audy sambil mendorong pelan tubuh sahabatnya.
"Serius kamu tidak makan?" sambung Wyne heran.
"Tidak Wyn, nanti saat jam istirahat kedua." jelas Audy sambil tersenyum kecil.
"Ya udah, aku ngantri dulu... tolong cariin tempat kosong buatku." pinta Wyne sambil berjalan ke arah barisan tersebut.
"Iya "
Setelah Wyne mengantri di depan stan makanan, Audy memutuskan mencari meja yang masih kosong. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling penjuru kantin. Akhirnya ia melihat sebuah meja kosong tanpa penghuni.
Letak meja tersebut berada di pojok kantin. Sehingga tidak begitu menarik perhatian orang lain. Audy segera berjalan mendekati meja itu. Setelah sampai di meja kosong, ia duduk dengan nyaman sambil mengamati keadaan sekitar.
15 menit kemudian, Wyne datang menghampiri Audy sambil membawa nampan berisi sepiring nasi goreng seafood dan dua gelas orange jus. Kemudian Ia meletakkan segelas orange jus di hadapan sahabatnya.
"Diminum ya." pinta Wyne sambil tersenyum.
"Thank's " ucap Audy sambil menyeruput segelas orange jus yang berada di depannya.
"Kamu beneran belum laper?" tanya Wyne, ia mulai menikmati nasi goreng kesukaannya itu.
"Belum, Wyn... abis ini temenin aku, ya?" balas Audy.
"Kemana?"
"Perpus, Bu Indah kemarin bilang kalau hari ini bakal datang buku - buku baru." jawab Audy dengan mata berbinar.
"Aduh! Kok mendadak mules?" kata Wyne mencari alasan dengan wajah masam.
"Jangan bohong!" celetuk Audy sambil cemberut.
Ia sangat menghapal kebiasaan sahabatnya. Wyne sangat anti berada di ruangan penuh tumpukan buku. Gadis itu selalu mencari seribu alasan untuk menghindar, jika diajak ke perpustakaan oleh Audy.
"Iya, tapi sebentar aja." sela Wyne dengan pasrah.
"Nah, gitu dong."
Setelah Wyne menghabiskan makanannya, kedua gadis itu berjalan meninggalkan kantin. Mereka melangkah menuju ke perpustakaan sekolah. Dalam perjalananan, Audy terus mendengar semua keluhan sahabatnya dengan sabar.
Mereka berjalan di sepanjang koridor sekolah. Namun, saat kedua gadis itu berbelok ke arah kiri, sayup- sayup terdengar suara seseorang dari sebuah ruangan. Suara itu berasal dari ruangan yang berada di pertigaan koridor.
Kedua gadis itu saling memandang. Perasaan takut dan cemas mulai hinggap di benak mereka. Suasana sekitar terlihat sepi, membuat bulu kuduk mereka meremang seketika.
"Ayo, kita periksa." ajak Audy sambil berbisik.
"Tidak mau! Kita kembali saja." tolak Wyne dengan wajah ngeri.
"Tanggung Wyn, di depan sana sudah ruang perpus." tunjuk Audy tidak mau menyerah.
"Lagian kenapa harus lewat sini sih? Kan bisa lewat jalan satunya?" keluh Wyne.
"Ini jalan tercepat menuju perpus, kalau dari kantin." sahut Audy sedikit gemas dengan sikap sahabatnya.
"Ihh! Takut ah! Ngapain kita periksa gudang? Langsung ke perpus aja!" tolak Wyne sambil menggelengkan kepala.
"Cepetan! Keburu bel masuk!" bisik Audy.
Gadis itu menarik tangan sahabatnya untuk terus melangkah maju. Raut wajah Wyne langsung berubah pucat. Semakin mendekat ke arah ruangan tersebut, suara aneh tersebut mulai terdengar semakin jelas. Keduanya mengeratkan genggaman tangan mereka.
"Sepertinya ada dua orang, Dy." ucap Wyne pelan, rasa penasaran di hatinya mulai timbul mengalahkan rasa takutnya.
Kedua gadis tersebut memutuskan mengintip dari celah pintu gudang yang tidak tertutup rapat. Kemudian Audy dan Wyne terkejut mengetahui apa yang terjadi di dalam ruangan. Kedua matanya terbuka lebar dan bulir keringat mulai terbentuk di dahi Audy. Sedangkan Wyne menutup erat mulutnya dengan telapak tangan agar ia tidak berteriak.
"Ayo... Kita pergi... " bisik Audy di telinga sahabatnya.
"Ya "
Keduanya mundur perlahan, berniat meninggalkan ruangan itu. Tidak ada keinginan untuk mengganggu pasangan yang berada di dalam gudang tersebut. Akan tetapi, kaki Audy tidak sengaja menabrak tempat sampah yang berada tidak jauh darinya.
Hal itu membuat seluruh isi tempat sampah tumpah berserakkan di lantai. Suara yang dihasilkan benda tersebut cukup keras. Sehingga membuat orang yang berada di dalam gudang menghentikan aktivitasnya.
"Siapa di sana??" teriak seseorang dari dalam gudang.
"Lari!" perintah Audy kepada sahabatnya dengan nyaring.
Wyne segera berlari kencang setelah mendengar perkataan Audy. Keduanya berlari secara terpisah, karena merasa panik dan takut. Namun, seseorang melompat keluar dari jendela mencoba menghentikan Audy melarikan diri.