Chereads / Kekasih Brengsekku / Chapter 18 - 18. Jacket berwarna merah

Chapter 18 - 18. Jacket berwarna merah

"Kekasih Rey? Jangan bermimpi nona!" cibir wanita itu dengan angkuh dan arogan.

"Aku tidak bermimpi, kau bisa tanyakan langsung kepada pria di sampingmu." balas Audy acuh, sambil menguyah makanannya dengan lahap.

Tidak lupa tatapan meremehkan, ia layangkan pada wanita yang namanya belum Audy ketahui. Mendengar perkataan Audy barusan, emosi wanita itu langsung berkobar. Lalu ia kembali menatap kearah Rey meminta penjelasan dengan wajah sendu. Namun, pemuda itu terlihat seakan tidak peduli.

"Ihhh Rey! Jessie ingin mendengarnya langsung dari bibir Rey" keluh wanita bernama Jessie tersebut.

"Apa yang dikatakannya adalah kenyataan." balas Rey.

"Rey jahat! Kenapa tidak pacaran sama Jessie aja sih?!" protes Jessie dengan nada manja.

"Tidak tertarik!" sahut Rey singkat.

"Rey tega ihh! Padahal Jessie sudah berusaha melakukan apa yang Rey suka!" ungkap Jessie dengan sedih.

"Bukan urusanku! Sejak awal kau sudah mengetahui aturan main yang kutetapkan!" ucap Rey dengan datar.

Air mata menggenang di kedua pelupuk mata Jessie. Membuat siapapun yang melihatnya akan merasa bersimpati. Akan tetapi, cara itu tidak berguna sama sekali terhadap Rey. Dengan acuh tak acuh pemuda tersebut menyantap makanan yang berada dihadapannya.

Di sisi lain, Audy memutar kedua bola matanya dengan malas. Karena ia harus menyaksikan drama yang sangat membosankan untuknya. Rey tersenyum samar melihat tingkah mengemaskan kekasihnya.

Kebencian muncul di dalam hati Jessi. Ia memikirkan bagaimana caranya supaya dapat menyingkirkan Audy. Jessi terosebsi untuk memiliki Rey seutuhnya, setelah melewati malam panjang penuh gairah anak muda. Seakan melupakan perkataan terakhir yang pernah ucapkan Rey kepadanya.

Selama ini Rey hanya akan menyentuh jalangnya satu kali. Pemuda itu tidak sudi melanjutkan hubungan di luar one night stand dengan mereka. Hal itu diketahui oleh seluruh wanita yang ingin bersamanya.

"Rey, aku..."

"Aku sudah selesai." sela Audy cepat.

"Ingin pesan yang lain?" tawar Rey, merespon ucapan Audy.

"Tidak perlu, aku sudah kenyang." tolak Audy sambil menyeka mulutnya dengan selembar tissu yang tergeletak di atas meja.

"Rey, kau memilih mengacuhkanku." gerutu Jessi dengan menampakkan wajah sedih.

"Aku merasa tidak mengingatmu, jadi pergilah dari hadapanku." balas Rey.

"Rey, kau?!"

Kedua tangan Jessi mengepal erat, berusaha menahan emosinya. Namun, ia tidak mampu menutupi kilatan kemarahan yang terlukis pada bola matanya. Tanpa disadari oleh gadis cantik itu, kuku cantik miliknya menancap permukaan telapak tangan. Meninggalkan beberapa luka yang terkelupas. Kemudian ia segera meraih gelas minum di hadapannya dan menuangkan seluruh isinya kearah wajah Audy dengan cepat.

Wushh... Splash..

"Argh!" teriak Audy sambil memejamkan kedua matanya, untuk menghindari air juice masuk ke dalam mata.

Wajah cantik Audy serta sweater yang dikenakan olehnya menjadi basah dan lengket akibat cipratan juice. Rey segera mengeluarkan sapu tangan miliknya dari dalam saku baju. Ia mengulurkan tangan kanan ke depan, berniat membantu membersihkan wajah kekasihnya. Ekspresi wajahnya berubah menjadi menyeramkan.

"Berikan wajahmu!" perintah Rey kepada Audy.

"Aku bisa membersihkannya sendiri di belakang, kau urus saja masalahmu dengannya." tolak Audy secara halus.

Audy segera beranjak berdiri dari kursinya. Tanpa pamit ia memutar tubuh rampingnya dengan anggun. Meninggalkan dua orang tersebut untuk menyelesaikan masalah diantara mereka. Audy berjalan menuju toilet umum yang berada di tempat itu. Sepeninggal Audy, pemuda itu segera mengalihkan pandangannya kearah Jessi.

"Sebaiknya kau pergi dari hadapanku! Atau aku tidak akan segan lagi untuk melukaimu!" seru Rey dengan dingin.

"Rey... Akh.. kku..." ucap Jessi gugup,

Wajah gadis itu langsung berubah pucat pasi, setelah mendengar peringatan yang terucap dari bibir Rey. Ia mengetahui dengan baik, bahwa teguran tersebut bukan ucapan kosong belaka. Sehingga membuat tubuh Jessi menggigil kedinginan. Sekeras mungkin ia berusaha memberanikan diri mengangkat tangan kanannya. Mencoba mengapai salah satu lengan milik Rey.

Namun, Jessi harus menelan kekecewaan kembali. Karena Rey langsung menepis dengan kasar tangan gadis itu. Ia tidak membiarkan Jessi menyentuh salah satu bagian anggota tubuhnya. Ketegangan di antara keduanya semakin menarik perhatian orang yang berada disekitar.

Sehingga Jessi memutuskan untuk segera berlari meninggalkan tempat itu sambil terisak. Rey tidak ingin memperdulikan gadis itu. Ia memilih memanggil pelayan untuk melakukan transaksi pembayaran. Nafsu makannya hilang dalam sekejap karena ulah Jessi. Setelah melakukan pembayaran, pemuda tersebut beranjak dari kursinya.

Ia melangkahkan kakinya menuju dimana Audy berada. Rey berniat menunggu kekasihnya di ujung lorong. Jalan satu- satunya yang mengarah ke toilet umum di tempat makan itu. Kemudian ia menyandarkan tubuh tegapnya ke dinding. Salah satu tangannya meraih sebungkus rokok dari dalam saku celananya.

Lalu pemuda itu menyalakan sebatang rokok dan menghisapnya perlahan. Dalam diam ia menanti Audy dengan sabar. Namun, baru beberapa menit berlalu ia memutuskan memeriksa keadaan gadis tersebut.

***

Sementara itu, di dalam toilet seorang gadis sibuk membersihkan diri. Ia berusaha menghilangkan rasa lengket yang menempel pada wajah cantiknya. Tidak ada satu katapun keluhan terlontar dari bibir tipisnya. Ia menyadari bahwa ini adalah permulaan bila dirinya ingin melabuhkan hati kepada pria itu.

Setelah merasa yakin dirinya sudah bersih, Audy memutuskan untuk meninggalkan toilet. Ia tahu noda besar di pakaiannya tidak akan mudah hilang begitu saja. Sambil menghela nafas dengan kasar, Audy melangkah keluar. Ia terkejut mendapati Rey tengah berdiri di depan pintu.

"Ahh! Rey!" pekik Audy.

"Kau baik- baik saja?" tanya Rey sambil menatap Audy dengan intens.

Pemuda itu menjulurkan kedua tangannya ke depan. Ia meraih pundak Audy dan memutar tubuh gadis itu perlahan. Rey memeriksa keadaan kekasihnya dengan teliti. Kemudian segera melepas jacket yang ia kenakan. Kini, jacket berwarna merah milik Rey bertengger manis di pundak Audy.

"Pakai ini!" tandas Rey dengan tegas.

"Tapi..."

"Apa kau ingin semua pria melihat dan menikmati setiap lekukan tubuhmu?" ejek Rey sinis.

Audy langsung menutup mulutnya serapat mungkin. Ia kehabisan kata- kata saat mendengar ejekan terlontar dari mulut Rey. Gadis itu merasa malu menyadari pakaiannya yang basah hingga memperlihatkan bentuk tubuhnya. Semburat rona merah menghiasi kedua pipinya dengan sempurna. Membuat tatapan pemuda di hadapannya melembut.

Tanpa disadari olehnya, ia mendekap erat jacket tersebut hingga tubuhnya tidak merasa kedinginan. Mencoba mencari kehangatan yang tersisa dari si pemilik jacket. Aroma khas pria itu bercampur menjadi satu dengan wangi parfum yang dikenakan oleh Rey. Membuat Audy menjadi salah tingkah.

Audy memilih menundukkan kepalanya lebih dalam agar dapat menyembunyikan wajah tersipunya. Namun, perbuatan gadis itu dengan mudah diketahui oleh Rey, tetapi pemuda itu berperilaku seperti tidak melihat apapun. Kemudian ia menjulurkan salah satu tangannya untuk meraih lengan Audy. Rey menggenggam erat telapak tangan kekasihnya dan mengajak Audy untuk segera meninggalkan tempat makan tersebut.