Chereads / Just show me Your Love / Chapter 6 - Tersadar

Chapter 6 - Tersadar

Hari terakhir di semester pertama para siswa mulai membicaraka  acara apa yang akan mereka lakukan di liburan semester pertama ada yang menjawab di rumah saja ada yang sudah memplaning kalau mereka akan bepergian ada juga yang akan mengadakan makan-makan

"Kita ngeliwet di rumah aku yuk"Gea mengajak makan-makan di rumahnya sebelum liburan tiba

"iya kalo udah liburan pasti pada sibuk mending sekarang aja iya ngeliwet" Tiara yang waktu ujian pendiam sekarang sudah kembali cerewet

"iya bener ayuk ngeliewet" jawab Azis tiba-tiba padahal dia nggak di ajak

"emang kamu nggak ada rapat?"tanya Nesya sambil menyenggol tangan Azis

"nggak kayaknya jadi sebelum ada pengumuman rapat kita kabur aja "jawab Azis semangat

"iya udah ajak yang lain "jawab Gea sambil menunjuk Bayu,Eric dan Rizal yang lagi ngerumpi soal keberhasilan mereka masuk 10 besar di kelas apalagi Bayu dan Tiara juara umum di sekolah bukan hanya juara 1 dan 2 di kelas tapi juara umum di sekolah.

"aku nggak ikut iya"jawabku

"kenapa ihh harus ikut dong"Gea tampak khawatir aku tidak ikut

"iya nanti aku pulangnya gimana? lagian aku mau pulang ke rumah orang tua aku" jawabku

"iya tinggal di anterin aja sama aku"Bayu tiba-tiba aja menjawab padahal tadi dia lagi ngobrol dengan teman-temannya,setelah melalui banyak percekcokan akhirnya aku harus tetap ikut dengan berbagai paksaan dari teman-temanku. Sebenarnya aku khawatir bagaimana kalau sampai pulang malam sekarang memang masih siang tapikan kalau sudah ngumpul waktu jadi tidak terasa belum lagi drama sebelum pulang pasti ada saja yang bikin gagal pulang. Dan perkiraanku benar ketika akan pulang susahnya bukan main tapi akhirnya kami bubar juga walau waktu masih sore,aku di antar pulang Bayu seperti yang di janjikan,di tengah perjalanan turun hujan lebat memang sedari tadi sudah mendung tapi perkiraan kami hujan akan turun begitu kami sampai ke rumah ,akhirnya aku dan Bayu berteduh di depan mini market tapi Rizal yang di bonceng oleh Eric dan juga  Azis yang membawa motornya sendiri mereka memilih menerjang hujan mungkin karena jarak kerumah mereka sudah dekat . Aku merasa tidak enak pada Bayu padahal bila melewati gang depan minimarket ini Bayu segera sampai kerumahnya tapi karena membawaku yang akan pulang ke rumah orangtua ku dia jadi harus menunggu hujan reda bersamaku disini

"Hujannya makin deres kamu pulang aja deh,aku pulangnya naik ojeg aja "aku memecahkan keheningan di antara aku dan Bayu

"kamu ingin cepet-cepet pulang ?pake jas hujan aku aja"jawabnya

"tapi kan jas hujannya cuman satu"jawabku

"iya kamu aja yang pake,aku nggak apa-apa"terlihat Bayu akan beranjak mengambil jas hujannya yang berada di bagasi motor,aku segera menarik tangannya

"terus kamu kehujanan gitu,udah deh kamu pake jas hujannya terus pulang bukan di kasih ke aku" kesal rasanya melihat Bayu yang keras kepala ingin mengantarkanku pulang padahal rumahnya sudah dekat aku kan merasa tidak enak padanya lagi pula sekarangkan banyak tukang ojek pikirku

" aku kan udah janji nganterin kamu pulang kalo kamu nggak mau pake jas hujannya iya udah nunggu reda aja"jawabnya kembali melihat rintik hujan yang belum juga reda

"Bay sekarang kan masih siang tukang ojek banyak begitu hujannya reda aku tinggal nyebrang naik ojeg kan bisa"jawabku 

"tapi kan nanti kamu sendirian disini terus nanti kamu pulangnya sendirian terus kalo aku pulang nanti aku kangen,kamu kan pulang ke rumah orang tua kamu Putt aku nggak bisa ngeliat kamu untuk beberapa hari kedepan" jawabannya tanpa ragu membuatku merasa kesal dengan perkataannya yang gombal pasti dia sering mengatakan hal seperti itu pada gadis lain buktinya dia bicara seperti itu dengan lancar pikirku jadi aku berusaha agar tidak terbawa suasana mungkin saja dia bicara begitu karena dia jadi tidak ada teman main kan besok sudah mulai libur sekolah Rizal dan yang lainnya pasti sudah punya acara soalnya mereka dari tadi ngeributin soal jalan-jalan ke luar kota hanya Bayu yang tidak banyak bicara soal liburan ke luar kota

"ohh kamu bakal nggak ada temen mainkan itu si Rizal,Azis sama Eric dari tadi ngeributin soal liburan

"Aku juga ikut kok kita tuh mau camping emang kamu nggak denger dari tadi di ajakin sama si Rizal,aku diem iya karena persiapan aku udah lengkap tinggal berangkat aja. Kamu beneran nggak mau ikut ?" Bayu bertanya padaku dengan serius terlihat di matanya menginginkanku untuk ikut bersama mereka

"Enggak ahh lagian aku nggak punya peralatan camping belum lagi ongkos dan lain-lainnya pasti mahal kamu kan tahu aku harus ngirit duit"jawabku sambil membuka bungkus permen yang ada di saku bajuku Bayu yang mendengar jawabanku terlihat berpikir

"Ya udah ....." kata-katanya terhenti sepertinya dia ragu untuk mengatakan hal yang ada di pikirannya kemudian dia tersenyum dan berkata

"Mana minta,makan permen sendiri aja " Bayu meminta permen yang masih tersisa satu di saku bajuku,ku berikan satu padanya aku tahu yang ingin dia katakan sebenarnya dia ingin aku ikut bersamanya tanpa memikirkan biaya apapun tapi mungkin dia merasa itu akan membuatku merasa di kasihani,aku tahu tapi aku berpura-pura tidak tahu karena memang bila sampai Bayu mengatakan hal itu aku memang merasa di kasihani terlebih di sekolah saja dia banyak berbuat baik padaku kalau dia sampai membatuku dalam hal keuangan aku merasa seperti parasit yang menempel padanya. Setelah pembicaraan itu kami hanya terdiam memperhatikan rintik hujan dan beranjak pergi setelah hujan reda seperti yang Bayu janjikan dia mengantarku pulang kami tak mengatakan apapun sepenjang perjalanan setelah sampai depan rumah ku pun dia hanya tersenyum saat aku mengatakan terima kasih karena sudah mengantarku pulang dan pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun setelah melihatanya pergi ku buka gerbang bambu depan rumahku dan berjalan ke rumah yang harusnya menjadi tempat yang nyaman aku tinggali karena itu adalah rumah orangtuaku tapi baru juga aku memegang gagang pintu terdengar suara orangtuaku sedang bertengkar ku putuskan untuk duduk di teras depan rumah sampai mereka selesai adu argumen,rumah ku cukup besar halaman rumah pun luas di penuhi oleh berbagai macam sayur yang kami gunakan untuk makanan sehari-hari. Bapakku dulu seorang pengusaha yang cukup sukses dia mempunyai beberapa toko baju tapi akhirnya bangkrut karena dia sering pergi dengan gadis-gadis dan menghamburkan uangnya aku heran dengan ibuku yang masih mau dengannya walau tahu dia berselingkuh dan mempunyai watak yang keras bila sudah bertengkar Bapakku tidak mau kalah walau dia salah dia tidak mau menjadi yang di salahkan.

Aku tahu cerita perselingkuhan ini saat aku berusia 10 tahun saat itu aku sedang liburan sekolah dan aku belum tahu kalau Bapakku sudah bangkrut aku masih bermain seperti biasa dengan saudara-saudara sepupuku aku di titipkan di rumah tanteku adik ke 2 bapak dia baru saja pindahan entah apa yang tanteku pikirkan dia mengatakan kalau aku gadis yang sangat kasihan karena di awal pernikahan Ibuku sering sekali mendapati Bapak berselingkuh bahkan selingkuhannya di bawa ke rumah di perkenalkan kepada Ibuku dan mengatakan akan meninggalkan Ibuku lalu menikah dengan wanita selingkuhannya tentu saja Ibuku sedih dan memilih pulang ke rumah nenek tapi entah bagaimana Ibuku kembali terkena bujukan dari Bapakku untuk kembali bersamanya kemudian selang beberapa tahun Ibu mengandung aku,saat mengandung Ibuku kembali di selingkuhi dan kembali di ajak selingkuhannya ke rumah dan di perkenalkan kepada Ibuku kata tenteku hampir setiap minggu wanita yang di perkenalkan kepada Ibuku berbeda-beda tapi Ibuku tetap tinggal bersama Bapakku akhirnya aku lahir tapi Ibuku kembali pulang ke rumah nenek mungkin karena waktu itu dia sudah tidak sanggup tapi belum cukup disitu ceritanya tanteku bilang kalau Ibuku mencegat tante saat dia akan berbelanja ke pasar Ibuku menghentikan angkutan umum yang bibiku tumpangi dengan berdiri di tengah jalan sambil merentangkan kedua tangannya Ibuku sangat lusuh wajah cantiknya tak terlihat lebih terlihat dia lebih seperti orang yang depresi Ibuku memberikan aku kepada Tanteku sambil berteriak-teriak menyuruh Tanteku untuk mengurus bayinya tentu saja itu menjadi perbicangan para penumpang angkutan umum yang merasa kasihan pada bayi yang di berikan pada tante saat mendengarnya aku hanya bisa terdiam mungkin karena aku masih kecil tapi rasanya ingin menangis aku tidak percaya pada Tanteku saat itu karena Tanteku orang yang sering melebih-lebihkan. Dan juga saat itu keluarga ku sedang bahagia Bapak tampak tidak seperti orang yang tante bicarakan dan juga Ibu terlihat sangat cantik mana mungkin mereka pernah mengalami itu lagi pula Ibuku masih bersama dengan Bapakku kalau sampai benar yang di katakan tanteku harusnya Ibu berada di rumah orangtuanya sekarang pikirku saat itu tapi seiring berjalannya waktu aku mulai berpikir sepertinya yang di katakan tanteku benar adanya Bapakku sering merendahkan Ibuku bila bertengkar yang aku pikirkan kenapa Ibuku tidak pergi saat dia masih muda apalagi dulu dia wanita karir yang cukup sukses dengan penghasilan yang tinggi di banding hidup tersiska batin karena Bapakku bukankah lebih baik pergi,saat bertengkar ku dengar pembicaraannya Ibu bilang tidak pergi karena memikirkan aku putrinya dan menurutku itu alasan yang konyol karena apa ? Aku bahkan merasa tidak di perdulikan aku hanya di anggap sebagai alat penghasil uang.

Saat Bapakku masih menjadi pengusaha adik-adik Bapakku sangat hormat padanya hampir setiap hari mereka minta uang dan selalu di beri tanpa harus mengerjakan sesuatu Bapak memberi mereka uang secara cuma-cuma,aku di perlakukan dengan baik oleh adik-adik Bapakku walau Ibuku terkadang di perlakukan seperti pembantu saat itu aku belum mengerti kalau Ibu di perlakukan tidak adil. Pernah suatu waktu saat akan ada acara keluarga Ibuku masak dari pagi sampai sore seorang diri padahal beberapa saudara Bapakku ada di sana karena saat itu mereka tinggal seatap denganku tapi tak seorangpun membantu Ibuku, kemudian Ibuku sakit dan kakinya mendadak tidak bisa di gerakan mungkin karena pegal dia tidak bisa berjalan sampai 1 minggu lamanya dan lucu nya mereka tidak ada yang merasa bersalah hanya Bapakku yang menolong sampai dia jarang bekerja demi membantu Ibu. Ku pikir saat itu Bapak sangat sayang pada Ibu karena dia sangat perduli pada Ibu dia merawat Ibu sampai sembuh dan bisa berjalan lagi pekerjaan rumahpun di kerjakan oleh Bapak yang terkadang di bantu oleh saudara-saudaranya yang memang tinggal seatap saat itu. Semua berubah saat Bapakku bangkrut semua keluarga yang biasanya memperlakukan Bapak dengan hormat mulai mengolok-oloknya dan saat itu aku di beritahukan tentang perselingkuhan Bapak oleh Tanteku di rumah barunya yang awalnya tinggal seatap mereka mulai membangun rumah mereka masing-masing termasuk pamanku yang saat ini membiayai sekolahku dan saat itulah aku juga di beritahukan soal Bapakku yang bangkrut. Ibuku sedang mengandung adik perempuanku saat itu.

Mulai saat itu tidak ada saudara bapak yang berkunjung ke rumah,Bapak mulai bekerja sebagai petani karena saat itu ibu sedang hamil dia tidak membatu bapak di sawah tapi Ibu mulai menjahit pakaian dari konveksian,barang dari konveksian di antar ke rumah Ibu hanya tinggal menjahitnya tapi hasil dari bertani dan menjahit saat itu masih kurang sehingga barang-barang di rumah mulai di jual dari TV,kulkas dan barang-barang yang lain agar bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari Paman dan Tanteku mereka hidup tanpa beban karena Bapak tapi begitu Bapak susah mereka mengabaikannya dan memilih hidup senang sendiri bahkan nenekku pun sama memilih meninggalkan Bapak yang mulai di anggap beban. Bapak sering mengajak aku pergi mengunjungi nenek jujur saja perlakuan mereka berubah 180 derajat yang biasanya ramah mereka mulai memperlakukan ku seperti orang asing mereka merasa malu denganku mereka menawarkan makanan padaku tapi menyuruhku bekerja dan menyebalkannya Bapakku malah menyuruhku untuk meburutinya dan dari hari itu aku tidak lagi di perlakukan sebagai saudara atau keluarga mereka aku hanya seorang pembantu gadis berusia 10 tahun yang harusnya bermain dengan teman sebaya nya berubah menjadi pembantu di rumah keluarganya sendiri aku di bayar layaknya pembantu pada umumnya saat itu aku tidak mengerti tapi seiring berjalannya waktu aku mulai paham,saat aku sedang bermain dengan sepupuku aku sering di panggil untuk mengerjakan tugas rumah seperti mencuci atau apapun itu walau sepupuku sedang diam saja dan aku sedang sibuk dengan tugas rumah mereka tetap memanggilku dan menambah tugas baru sedang para sepupuku hanya menonton tv bila aku diam saja atau melawan aku di marahi habis-habisan bukannya membela tapi Bapakku malah memarahiku juga saat itulah aku tahu kalau aku bukanlah keluarga mereka lagi aku hanyalah seorang pembantu di keluarga Bapakku .

Suasana di dalam rumah sudah tenang ku putuskan menunggu sebentar sebelum masuk ke dalam tapi belum juga aku masuk ke dalam rumah aku melihat adikku baru pulang setelah bermain seharian

"Teteh pulang"dia berteriak dan lari ke arahku

"Iya, Rubby habis main dari mana ?"aku menyambutnya dengan senyuman lalu aku masuk ke rumah Ibu dan Bapak terlihat senang dengan kepulanganku mereka berpura-pura tidak terjadi apa-apa aku pun sama berpura-pura tidak mengetahui apapun,aku kemudian mandi dan mengganti baju karena bermain dengan adikku waktu jadi tidak terasa sudah malam kami pun makan malam walau dengan lauk sederhana kami menikmatinya.Pagi hari di rumah orang tuaku aku tetap bangun jam 4.30 seperti sudah menjadi kebiasaan otomatis aku langsung beranjak dari kasur tapi ibuku sudah berada di dapur mengerjakan pekerjaan rumah karena kami sudah bangun jadi kami mengerjakan pekerjaan rumah bersama-sama karena mengerjakan bersama pekerjaan jadi cepat beres,bila di rumah pamanku hanya aku yang mengerjakan pekerjaan rumah jadi lama mengerjakannya padahal rumah paman dan rumahku lebih besar rumahku tapi karena di kerjakan berdua rumahku yang besar pun terasa kecil dan cepat beres sekarang baru jam 5.30 pagi tapi pekerjaan rumah sudah beres. Karena pekerjaan rumah sudah beres Ibu memutuskan ingin membuat gorengan aku di suruh memetik daun bawang, cabe rawit  dan sawi hijau di depan rumah Ibu ingin membuat bakwan sawi rasanya enak biasanya ibu membuat sambal jadi bakwan sawi di cocol sambal menambah rasa nikmat sarapan di pagi hari,adikku juga sudah bangun tapi aku tak melihat Bapak tapi ternyata sudah pergi ke sawah sedari tadi saat aku beres-beres Ibu bilang. Setelah bakwannya matang kami berniat memakannya tapi tak berapa lama Bapak pulang dan kami pun menyantap sarapan bersama,Bapak membicarakan padi yang di tanamnya sangat bagus dan beberapa hari lagi bisa di panen dan lagi sayuran di kebun dekat sawah juga akan di panen hari ini oleh bandar lalu Bapak memberikan uang hasil menjual sayuran pada Ibu dan berpesan untuk membayar hutang Ibuku mengangguk dan menyimpan uangnya. Kami pun selesai sarapan Ibu kembali ke dapur membereskan piring aku pun turut membantu lalu Ibu menyuruhku untuk mengantarkan kopi pada Bapak,sedari tadi Bapak tampak senang mungkin karena panen kali ini hasilnya bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Lalu aku kembali ke kamar berniat membereskan lemari pakaianku yang berantakan karena sudah lama aku tidak pulang biasanya aku asal saja memasukan pakaian ke lemari dan akhirnya berantakanlah isi lemariku berbeda saat aku di rumah paman aku berusaha menata kamar agar tetap rapi lagi pula aku kan pulang ke rumah hanya sehari saat hari minggu saja jadi aku merasa waktu di rumah terasa kurang. Tak berapa lama aku membereskan baju Ibu masuk ke kamar

"Maaf iya Put belum bisa bayar hutang ke kamu bekas beli pupuk kemarin kayaknya uangnya cuma cukup buat bayar hutang ke warung" Ibu tampak sedih sepertinya uangnya habis untuk bayar hutang

"Iya nggak apa-apa"jawabku tersenyum sambil tetap melipat pakaian

"Ini emang masih nyisa tapi adekmu juga kan sekolah jadinya uang sisa ini iya buat dia jajan di sekolah" jawab ibuku lirih aku hanya membalasnya dengan senyuman karena memang sudah tahu akan seperti itu uang yang di pinjam orangtuaku jarang dikembalikan. Aku sudah lupa rasanya di beri uang oleh orangtuaku sejak Bapakku bangkrut aku menghasilkan uang sendiri dengan bekerja di rumah saudara Bapakku dan hasilnya akan di ambil juga oleh Bapak untuk membeli rokok dulu pernah kami hanya punya sedikit beras biasanya orangtua mengutamakan anak nya lucu nya Bapakku tidak, dia makan sendiri saat aku kelaparan. Tapi seiring berjalannya waktu Bapak mulai berubah dia mulai perduli pada orang di sekitarnya buktinya saat kemarin bertengkar dengan Ibu,Bapak tidak lagi merendahkan Ibu mungkin seiring berjalannya waktu Bapakku tersadar kalau yang selalu ada untuknya adalah anak dan istrinya bukan saudara-saudara yang meninggalkannya.

Tak terasa aku sudah 5 hari di rumah orangtuaku  disini aku tidak punya beban pekerjaan rumah aku bebas mengerjakan apa saja kalau lelah iya nanti saja di kerjakannnya rasanya seperti terbebas dari sangakar Ibu dan Bapak sudah 3 hari panen padi di sawah karena luas jadi panen nya belum beres meski sudah 3 hari berlalu.

"Triiinggg"terdengar suara ponselku ada 15 pesan dari Bayu menanyakan kabar ku atau sekedar basa basi dia terus mengirimku pesan sejak hari liburan pertama tapi aku jarang membalasnya karena aku takut,aku akan perduli padanya pulang ke rumah orangtuaku membuat aku tersadar kalau perasaanku kepada Bayu tidak boleh berkembang menjadi suka apalagi jayuh cinta aku harus menjaga jarak aku tidak mau jatuh cinta dan menderita seperti Ibuku yang setia menemani Bapak meski tahu Bapak sering berselingkuh dulu aku tahu sekarang Bapak sudah mulai berubah tapi itu karena sekarang kami miskin bagaimana jika suatu hari keuangan kami kembali stabil apa Bapak akan baik seperti sekarang ? Aku meragukannya. Pamanku juga dulu berselingkuh dan istrinya memergokinya tapi yang di salahkan adalah istrinya karena tidak pandai mengurus suami dan lucunya Hanny harus ikut pada Bapaknya padahal dia ingin bersama Ibunya saat itu. Jadi kesimpulanku aku tidak ingin jatuh cinta pada siapapun aku tidak ingin di salahkan secara sepihak aku tidak ingin berkorban untuk hal yang tidak pasti karena jatuh cinta pasti akan ada saat di salahkan atau juga harus berkorban .

**********