Chereads / TRIGONOMETRI / Chapter 22 - Part 20

Chapter 22 - Part 20

Suasana pagi yang seperti biasa selalu dirasakan Caramel. Duduk di sebelah kemudi dengan senyuman cerah di temani Vertur yang sedang mencari tempat untuk memarkirkan mobilnya. Parkiran mobil di SMA Bimasakti International High School cukup padat. Banyak mobil-mobil mewah berjejer disana, tak kalah pula dengan motor-motor murid yang harganya selangit. Caramel tetap mempertahankan senyuman cerahnya ketika keluar dari mobil. Vertur yang melihatnya pun mengernyit bingung.

"Lo kenapa kak? Kesambet?" Celetuknya ngeri.

Caramel membalasnya dengan gelengan kepala dan senyuman cerahnya itu. Tidak biasanya, karena jika Vertur mengejeknya Caramel akan langsung marah.

"Bener deh, lo kesambet." Kata Vertur bergidik ngeri.

"Enggak kok. Udah ah, gue mau ke kelas. Belajar yang rajin biar buat gue bangga!" Pamitnya, kemudian berlari meninggalkan Vertur.

Bukan tanpa sebab Caramel berlari. Di ujung koridor sana ia melihat gerombolan Trigonometri yang sedang berjalan beriringan. Caramel tidak ingin melewatkan moment ini. Ia akan memanfaatkan setiap moment yang ada.

"Pagi semuaa!" Sapanya.

"Eh, ada Caramel!" Siapa lagi kalau bukan Cakrawala dengan suara toanya.

"Pagi Galaksi." Sapanya dengan senyuman yang sedari tadi ia tunjukkan.

Galaksi membalasnya dengan anggukan kepala.

"Pagi."

Antariksa mendengus melihat interaksi itu. Pelit sekali! Pikirnya.

"Tadi pagi gue masak nasi goreng pedas pakai udang. Gue yakin lo pasti suka!" Kata Caramel memberitahu dengan penuh semangat.

"Wah, gue suka tuh. Bagi dong!" Pekik Cakrawala tak kalah heboh membuat Galaksi berdecak dibuatnya.

"Buat gue." Katanya mengingatkan Cakrawala.

Cakrawala memayunkan bibirnya. Berlagak menjadi seseorang yang sedang disakiti.

"Jadi gue enggak boleh bagi nih?" Tanyanya pada Caramel.

Caramel tertawa renyah melihat ekspresi wajah Cakrawala, lucu.

"Gue cuman buatin Galaksi. Kalau lo mau next time gue buatin lagi." Katanya.

"Janji ya?" Katanya yang mendapat anggukan kepala dari Caramel.

"Janji."

"Cara--"

"Nanti istirahat ke kantin bareng ya? Kalau sekarang enggak mungkin bisa dimakan, bel masuk udah mau

bunyi." Kata Caramel yang memotong panggilan Antariksa.

Galaksi hanya mengangguk setuju.

"Berduaan nih? Kalau gitu entar gue enggak ke kantin aja deh." Celetuk Cakrawala menggoda keduanya.

"Eh, kok gitu? Boleh bareng-bareng kok." Kata Caramel merasa tak enak.

"Enggak ah. Masa gue jadi nyamuk. Mending ngecengin adik kelas, ya enggak?" Tanyanya pada Antariksa sembari merangkul mesra abangnya itu.

Caramel menoleh pada Antariksa yang sedari tadi tidak bersuara. Biasanya laki-laki itu selalu saja memiliki topik untuk diperdebatkan, tapi pagi ini Antariksa terlihat lebih pendiam. Apa Caramel ada salah padanya?

"Males, lo aja." Tolak Antariksa yang kemudian mengambil jalan ke sebelah kanan, dimana kelasnya berada.

Caramel menatap punggung tegap itu sendu. Ada apa dengan Antariksa?

"Kelas lo disini." Galaksi meraih lengan Caramel dan membawanya berbelok ke arah kiri, dimana kelas mereka berada. Sontak hal itu membuat Caramel tersentak kaget.

"Lihatin siapa?" Tanya Galaksi pada Caramel.

"Ah, itu gue pikir Vertur." Dustanya tak ingin jujur.

Mengapa juga ia harus berbohong?

Galaksi mengangguk mengerti. "Jangan deket sama cowok lain selain gue." Kata Galaksi mengingatkan.

Caramel menatap laki-laki itu heran. Apa yang sedang dipikirkan Galaksi? Mengapa ia bisa menjadi manis begini? Ah, tidak. Bukankah ini yang diinginkan Caramel? Jangan berprasangka buruk.

"Pasti. Kita harus saling sukakan?" Goda Caramel sembari tersenyum.

"Sebulan."

"Dan kita harus saling suka!" Lanjutnya membuat Galaksi tidak tahan untuk tidak mengacak rambut Caramel. Hal itu membuat Caramel membeku.

"Masih pemanasan." Bisiknya, kemudian masuk ke dalam kelas, meninggalkan Caramel di depan pintu kelas.

"Tahan jantung tahan." Gumamnya sembari memegangi dadanya.

***

"Gimana? Enak enggak?" Tanya Caramel ketika Galaksi menyuapkan nasi goreng buatannya.

Pria itu mengunyahnya dengan gerakan lambat, membuat Caramel penasaran.

Galaksi menatap Caramel dengan datar. "Enggak enak ya?" Lirihnya.

"Enak." Jawab Galaksi sembari mengacak puncak kepala Caramel gemas.

"Kalau enak dihabisin!" Katanya dengan sebuah senyuman.

Sendok yang seharusnya digunakan Galaksi untuk makan, kini tiba-tiba melayang tepat di depan mulut Caramel. Caramel menatap Galaksi dengan terkejut.

"Makan." Katanya dengan suara rendah.

"Eh, enggak usah. Gue buat khusus buat lo." Tolak Caramel.

Galaksi menggeleng pelan dan menempelkan sendok itu di bibir Caramel.

"Gue suapin, dimakan." Katanya lagi.

Caramel pun melahapnya. Ia tidak ingin membuat Galaksi kesal.

"Enak." Gumamnya sembari tersenyum malu.

Galaksi tersenyum simpul melihat Caramel salah tingkah. "Makan." Kata Galaksi yang kembali menyodorkan sesendok nasi goreng buatan Caramel.

"Tapi--" Caramel menghentikan ucapannya ketika Galaksi tiba-tiba menarik pinggangnya, sehingga mereka duduk berhimpitan.

Hal ini tentu saja membuat degup jantung Caramel tak karuan.

"Gue enggak suka dibantah." Tekan Galaksi, Caramel pun menurut.

"Nanti malam gue jemput." Kata Galaksi membuat Caramel terbatuk. Ia tersedak nasi goreng yang sedang dikunyahnya.

"Mau ngapain?" Tanyanya cepat setelah meredakan batuknya dengan meminum segelas air mineral.

"Ngapelin lo." Jawabnya tanpa dosa.

Caramel pun kembali terbatuk dibuatnya.

"Segitu kagetnya ya?" Goda Galaksi.

"Se...seriusan mau ke rumah?" Tanya Caramel meyakinkan.

Caramel tidak salah dengarkan?

Tanpa perlu repot menjawab Galaksi hanya menganggukkan kepalanya.

"Emangnya kita mau kemana?"

Galaksi mendekatkan wajahnya mendekat pada telinga Caramel. "Lihat aja nanti. Pakai atasan warna biru." Katanya memberitahu.

"Kenapa biru?"

"Karena gue juga pakai warna biru." Jawabnya membuat Caramel menatap Galaksi tak berkedip.

Ada apa dengan Galaksi? Mengapa laki-laki itu bisa menjadi manis seperti ini?

"Galaksi?"

"Hem?"

Caramel menatap Galaksi dalam, begitu juga dengan Galaksi.

"Gue harus ngapain?" Tanyanya. Galaksi menautkan alisnya bingung. Tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Caramel.

"Jantung gue cenat-cenut." Lanjut Caramel dengan polosnya.

Galaksi pun tertawa tanpa bisa dicegah. Ekspresi polos nan lugu Caramel benar-benar menghiburmya. Caramel yang melihat Galaksi tertawa langsung terpesona, tampan.

"Gue suka lihat lo ketawa gini, makin ganteng." Kata Caramel yang membuat Galaksi langsung menghentikan aksinya itu, wajahnya berubah menjadi datar.

"Nanti malam jangan lupa." Katanya, kemudian beranjak pergi.

Galaksi tidak ingin bertindak semakin jauh lagi. Ia takut semuanya menjadi rumit, Galaksi harus melakukannya dengan zona aman. Jangan sampai mereka berdua sama-sama terjerumus.

Caramel menatap kepergian Galaksi dengan wajah berseri-seri. "Kalau gini caranya gue harus siapin dua

jantung." Gumam Caramel.

"Gue siap jadi jantung kedua lo." Sebuah suara yang tiba-tiba terdengar mengejutkan Caramel.

"Antariksa, gue kaget!" Kesalnya sembari memukul pundak Antariksa kesal.

Antariksa terkekeh pelan. "Habisnya lo ngaur. Gimana caranya manusia punya dua jantung."

"Ya namanya juga lagi falling in love. Lo juga bakal ngerasain kok kalau jadi gue." Katanya.

"Ogah banget gue jadi lo."

"Itu cuman perumpamaan Anta!"

Antariksa mengedikkan bahunya acuh, kemudian mengambil kotak makan yang belum habis dimakan dan ia memakannya dengan santai.

"Eh, kok dimakan. Itu bukan buat lo!" Pekik Caramel ketika Antariksa memakan nasi goreng yang seharusnya untuk Galaksi.

"Ghue lhaper." Katanya yang menyantap nasi goreng itu dengan lahap.

Caramel menghelakan napasnya. "Nanti malam gue mau jalan sama Galaksi." Kata Caramel yang langsung membuat Antariksa berhenti mengunyah.

"Seriusan?!" Tanyanya tak percaya.

Caramel menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Dia nyuruh gue pake atasan biru, tapi gue enggak ada atasan biru. Lo mau temanin gue enggak?"

"Shopping?"

"Enggak, berenang!" Cetusnya kesal.

"Boleh, tapi gue yang harus milih modelnya." Kata Antariksa.

"Enggak! Lo enggak tahu selera gue. Nanti lo milihnya ngasal." Tolak Caramel tak setuju.

"Gini-gini gue fashionable ya."

"Pokoknya enggak. Lo cuman temani gue aja!" Tegas Caramel.

"Yaudah kalau gitu gue enggak mau temani elo. Minta Vertur aja sana." Kata Antariksa berpura-pura ngambek.

Caramel menatap Antariksa kesal. Laki-laki itu sengaja mengancamnya seperti itu, karena ia tidak mungkin meminta Vertur menemaninya. Bisa-bisa terjadi perang dunia ketiga. Tidak ada pilihan lain, Caramel harus setuju dengan penawaran yang diberikan Antariksa.

"Oke, deal!"

Antariksa tersenyum puas.

"Gue tunggu di parkiran pulang sekolah." Katanya, kemudian pergi setelah menghabiskan bekal Caramel.

"Dasar cowok ribet!"

***