Alien Antariksa : Pulang sekolah temui gue di kelas
Caramel mengernyitkan keningnya sesudah membaca pesan yang berasal dari Antariksa. Saat Caramel hendak membalasnya, Cindy teman sebangkunya tiba-tiba datang dan memukul bahunya dengan cepat beberapa kali.
"Ada apa?" Tanya Caramel.
"Lo tahu Mona?"
"Mona? Siapa?"
"Itu loh siswi yang nyari ribut sama lo di kantin waktu itu!" Kata Cindy memberitahu dengan tergesa-gesa.
"Oh, namanya Mona?"
"Iya dan sekarang si Mona lagi bikin ribut di taman belakang sekolah yang di dekat gudang." Kata Cindy lagi membuat Caramel mengernyitkan keningnya bingung.
"Apa hubungannya sama gue?" Herannya.
Cindy berdecak cukup kuat. "Gue dengar dia lagi ngebully anak kelas X dan katanya dia enggak akan melepas tuh siswi kalau lo enggak datang!" Cerita Cindy dengan menggebu-gebu.
"Cari masalah dia sama gue!" Kata Caramel yang mulai terbawa emosi.
Caramel pun mulai menggulung lengan kemeja pendeknya dan kemudian ia juga mengikat rambutnya yang sebelumnya ia gerai.
"Lo beneran mau nyamperin dia?" Tanya Cindy was-was.
Caramel menganggukkan kepalanya dengan tegas. "Cewek kayak dia tuh enggak bisa dibiarin." Katanya dengan suara lantang.
Cindy bahkan bergidik ngeri melihat kilatan emosi yang terpancar dari mata Caramel. Gadis manja nan berisik itu kini berubah menjadi seekor serigala.
"Kalau gitu ayo! Gue ikut." Kata Cindy yang ikutan bersemangat.
Caramel mengangguk sekali. "Biar semua orang tahu siapa gue sebenarnya." Katanya dengan penuh wibawa.
"Berangkat!"
Suara sorak-sorai memenuhi indera pendengaran Caramel ketika ai menginjakkan kakinya di taman belakang sekolah. Tepat di sebelah gudang yang tak terpakai, Mona sedang melemparkan telur kepada seorang siswi culun yang memakai kacamata. Seluruh murid disana bergeser memberi jalan pada Caramel. Caramel menatap Mona tajam, ia tidak suka dengan pembullyan. Apalagi itu dilakukan kepada orang yang lemah, seharusnya pembullyan itu dilakukan kepada orang yang kuat, agar mereka merasakan bagaimana rasanya.
"Punya nyali juga lo." Kata Mona sembari tersenyum smirk melihat kehadiran Caramel disana.
"Harusnya gue yang mengatakan itu." Kata Caramel dengan nada tenang.
Mona tertawa sumbang. "Jangan sok berkuasa hanya karena lo dekat dengan Trigonometri. Lo pikir lo sehebat itu? Tanpa mereka lo itu hanya butiran debu!" Katanya dengan nada sombong membuat beberapa teman Mona itu ikut tertawa mengikuti tawaan Mona.
Caramel berdecih mendengarnya. "Hanya karena lo bawa pasukan, lo merasa berkuasa? Hebat?" Caramel tertawa meremehkan, lalu ia maju selangkah mendekati Mona. Diikuti oleh Cindy di belakangnya.
"Lo enggak lebih dari seorang pengecut yang bisanya menindas orang yang lemah. Kalau lo merasa hebat, harusnya lo bisa menindas orang yang lebih kuat dari elo." Kata Caramel dengan tenang.
Walaupun ia sedang emosi saat ini, tapi Caramel bisa menahannya. Sedangkan Mona terlihat begitu marah melihat Caramel yang malah terlihat tenang, tidak terpancing olehnya sama sekali.
"Dia cuman umpan. Seperti yang lo katakan, gue harus nindas orang yang lebih kuatkan?" Kata Mona yang kemudian mengambil tepung dari temannya dan melemparkannya pada Caramel.
Caramel cukup terkejut mendapat perlakuan seperti itu. Ternyata Mona cukup nekad juga, pikirnya. Melihat hal itu, Cindy melangkah untuk mensejajarkan dirinya di sebelah Caramel.
"Cuman segitu?" Kata Cindy yang mendapat keberanian entah darimana.
"Cuman dia pasukan lo?" Sindir Mona yang kembali tertawa.
Cindy ikutan tertawa yang membuat Mona dan teman-temannya berhenti tertawa. "Kita enggak perlu pasukan untuk melawan rakyat jelata kayak lo semua." Katanya dengan suara yang lantang pula.
Caramel tersenyum tipis melihat keberanian temannya itu yang semakin tumbuh saat berada di sisinya.
"Sialan lo!" Bentak Mona yang hendak melempar telur pada Cindy, tapi Cindy lebih dulu melempar sebotol air yang terlihat keruh pada Mona.
Mona bergerak mundur, tapi sialnya air itu sudah lebih dulu mengenainya.
"Ini air apaan anjir!" Pekik Mona marah karena mencium aroma tak sedap dari air itu.
"Air comberan."
"Bangsat!" Teriaknya yang kemudian ingin menampar Cindy, tapi Caramel lebih dulu bergerak, hingga tamparan itu mendarat di pipi mulus Caramel.
PLAK.
Caramel menutup matanya sejenak, merasakan panas yang menjalar di pipinya.
PLAK.
Caramel membalas tamparan Mona tak kalah kuat. Mona menatapnya horor yang kemudian menarik kerah baju Caramel dengan kuat. Bahkan Caramel merasa seperti di cekik saat ini.
"Jangan sampai lo menyesali perbuatan lo ini." Peringat Caramel.
Mona berdecih. "Enggak akan pernah! Lo tahu, seharusnya lo enggak pindah ke sekolah ini. Seharusnya lo enggak merebut kepopularitasan gue. Jadi, kita enggak perlu begini." Katanya membuat Caramel ikutan berdecih.
"Lo takut?"
"Dengar Cara, gue enggak akan ganggu lo kalau lo enggak merebut Galaksi dari gue." Katanya dengan serius.
Jadi ini hanya karena Galaksi?
"Dan gue enggak akan ngusik lo kalau lo enggak ganggu murid yang lemah."
Mona melepaskan cengkramannya dengan kasar. "Kalau begitu jauhi Galaksi." Katanya memperingati.
Caramel tersenyum sinis. "Bersainglah secara sehat." Kata Caramel yang menggores ego Mona.
Itu berarti Caramel sedang menantangnya.
Dengan kesal Mona melemparkan dua telur sekaligus pada Caramel, tapi sialnya telur itu malah meleset mengenai seorang siswa laki-laki yang berdiri tepat di belakang Caramel.
"Vertur!" Pekik Caramel tak menduga.
Mona menatap Vertur tak percaya. Bagaimana bisa laki-laki yang dikabarkan dekat dengan Caramel itu sudah berdiri disana. Mona mengambil langkah mundur, tapi seseorang di belakangnya menahan lengannya. Ia tersentak kaget.
"Lo pikir lo mau kemana?" Kata siswa itu dengan senyuman manisnya, tapi tidak manis bagi Mona.
"Ini peringatan terakhir buat lo. Sekali lagi gue lihat lo begini, kelar hidup lo!" Kata Vertur dengan penuh ancaman.
Mona tertegun melihatnya. Wajah Vertur yang biasanya ia lihat begitu ceria dan jenaka, kini berubah menjadi sangat dingin dan menyeramkan.
"Bawa dia ke ruang kepsek. Gue mau dia diskors selama seminggu." Perintah Vertur pada siswa yang sedang memegang lengan Mona.
"Siap! Habis ini lo traktir guekan Tur?" Tanyanya memastikan.
Vertur menatap siswa itu tajam. "Bereskan apa yang gue suruh Cakra!"
Cakrawala tertawa mendengarnya. "Sebenarnya gue enggak suka diperintah, tapi demi makan gratis semuanya gue lakukan." Katanya yang kemudian menyeret Mona dengan kasar.
Caramel menghelakan napas dengan kasar. Akhirnya masalah ini sudah selesai. Ia menepuk-nepuk baju seragam dan roknya yang terkena tepung. Vertur pun ikutan membantu.
"Lebih baik kita ke UKS." Katanya menyarankan.
Caramel mengangguk menyetujui, ia juga terlalu lelah jika harus kembali ke kelas.
"Vertur?"
"Kenapa?"
"Jangan bilang kejadian ini sama papa dan mama." Kata Caramel dengan suara pelan.
"Mereka berhak tahu kak, supaya sih Mona bisa dikasih pelajaran." Kata Vertur mengingatkan.
"Gue enggak suka mereka khawatir dan melakukan apa pun itu demi gue. Jadi, bisakan lo rahasiakan ini?" Kata Caramel yang akhirnya disetujui Vertur.
"Gue ke kantin dulu beli minuman buat lo. Entar gue nyusul ya, Cara." Kata Cindy yang sudah berlari ke arah kantin.
Vertur merangkul Caramel mesra. "Jangan buat masalah lagi kak, ini yang terakhir. Kalau dia berulah lagi, biar gue yang hadapin." Kata Vertur memberikan peringatan.
Caramel tersenyum penuh. "Duh romantis banget sih adek gue ini." Katanya sambil terkekeh geli.
"Kalau lo buat masalah lagi gue aduin ke papa dan mama!" Ancam Vertur tak main-main.
"Iya-iya enggak."
"Janji?"
Caramel mendesah pelan.
"Janji."
Vertur tersenyum mendengarnya.
"Good girl."
***