Chereads / ALONE WITHOUT PARENTS / Chapter 3 - Hukuman Untuk Aneska

Chapter 3 - Hukuman Untuk Aneska

Dengan rasa tanpa takut pun Aneska langsung datang menghampiri ruang BK.

Tok... Tol... Tok...

Aneska mengetuk pintu ruang BK terlebih dahulu sebelum masuk. Setelah mendapatkan izin untuk masuk, Aneska baru masuk ke dalam ruangan itu.

"Masuk."

Ternyata benar, di dalam ruangan BK itu sudah ada kakak kelas Aneska yang tadi sudah menghina Aneska di kantin. Dan dia juga adalah orang yang sudah Aneska pukul wajahnya.

"Kurang hajar. Dia emang yang ngaduin semuanya. Dassr cemen banget. Apa-apa langsung ngadu," ucap Aneska di dalam hatinya.

"Kamu lagi kamu lagi," ucap Guru BK itu kepada Aneska.

Aneska itu memang sudah sering keluar masuk ruang BK. Namun bukan karena kekerasan yang sudah di perbuat oleh Aneska. Tetapi biasanya Aneska masuk ke ruang BK hanya karena masalah tidak memakai rok atau tidur di kelas. Baru kali ini Aneska di panggil oleh Guru BK karena kekerasan yang sudah dia lakukan kepada kakak kelasnya sendiri.

"Sekarang kamu ga pakai rok lagi?" tanya Guru BK itu.

"Saya baru aja datang ke sekolah Bu. Tadi saya naik sepeda. Makanya pakai celana," jawab Aneska dengan entengnya.

"Alasan. Kamu itu memang sudah terbiasa pakai celana. Entah itu karena naik sepeda atau yang lainnya. Kamu itu tau ga si peraturan di sekolah apa aja?"

"Peraturan yang mana Bu? Kan peraturan di sekolah ini banyak. Sampai bikin anak muridnya muak."

"Kamu berani berbicara seperti itu di depan saya? Jadi selama ini kamu muak dengan segala peraturan yang ada di sekolah ini?"

"Iya, Bu."

"Kalau gitu kamu keluar saja dari sekolah ini."

"Boleh Bu? Saya boleh keluar nih?"

"Astaga, yaampun."

Guru BK itu benar-benar merasa pusing ketika menghadapi Aneska. Karena hanya Aneska lah yang berani menjawab perkataan Guru BK nya. Sedangkan murid yang lain hanya bisa terdiam ketika sudah bertemu dengan Guru BK yang killer itu.

"Tuh kan, saya salah lagi di mata Ibu."

"Kamu pikir tindakan kamu barusan benar?" bentak Guru BK itu. Kali ini Aneska tidak menjawabnya.

"Saya akan panggil orangtua kamu ke sekolah untuk menyelesaikan masalah ini."

"Jangan Bu. Hukum saya apa aja, asal jangan panggil orangtua saya."

"Kenapa alasannya?"

"Orangtua saya sibuk, Bu. Semuanya kerja."

"Yasudah, kalau gitu wali kamu. Bisa kakak kamu, Om kamu, atau siapapun itu."

"Jangan Bu... Saya mohon."

"Tidak bisa, orangtua kamu harus tau kelakuan kamu selama di sekolah bagaimana."

Setelah Aneska memohon kepada Guru BK tersebut untuk tidak memanggil orangtuanya dan menggantinya dengan melakukan hukuman sia-sia. Guru BK tersebut tetap akan memanggil orangtua Aneska esok hari.

"Baik, Bu. Saya akan usahakan supaya orangtua saya datang ke sekolah."

"Bagus. Sekarang kamu minta maaf sama dia. Kamu kan sudah pukul dia sampai biru seperti itu," perintah Guru BK itu.

"Saya akan terima apapun hukumannya. Asalkan saya ga minta maaf sama dia. Saya ga akan pernah sudi untuk minta maaf sama dia. Makanya Ibu sebagai Guru BK seharusnya mengetahui masalah yang sebenarnya. Jangan hanya mendengarkan cerita dari satu orang saja," jawab Aneska dengan begitu beraninya. Kemudian setelah itu Aneska langusng pergi begitu saja meninggalkan ruang BK.

"Aneska. Aneska," panggil Guru BK itu, tetapi Aneska tidak mempedulikannya dan tetap pergi meninggalkan ruang BK itu.

*****

Aneska langsung pergi ke dalam kelasnya. Di dalam kelasnya sudah ada teman-teman dekatnya Aneska yang menunggu kedatangannya di kelas.

"Gimana Nes, lu di hukum apa?" tanya Ken.

"Ga di hukum apa-apa. Tapi orangtua gua di panggil besok ke sekolah," jawab Aneska.

Setelah itu Aneksa langsung pergi menuju ke tempat duduknya tanpa mempedulikan teman-temannya lagi. Setelah kejadian tadi, sikap Aneska berubah. Wanita itu kini terlihat murung dan tidak bersemangat. Dia terus memikirkan siapakah orang yang akan datang ke sekolahnya esok hari. Kalau yang datang adalah kakaknya, apalagi kakak iparnya, pasti dia akan di marahi habis-habisan.

Aneska terus bersikap dingin dan murung seperti itu sampai dia kembali pulang ke rumahnya. Bahkan Aneska langsung pulang begitu saja tanpa berpamitan terlebih dahulu kepada teman-temannya.

"Aneska kayanya lagi kepikiran banget sama masalahnya kali ini. Kenapa ya? Ga biasanya dia kaya gini. Biasanya dia santai-santai aja kalo setiap ada masalah," ucap Rama.

"Gua juga ga tau kenapa Ram. Mungkin emang dia masih sedih aja kali karena dia kan habis di maki sama nenek lampir tuh. Mana di bawa-bawa juga kan masalah orangtuanya si Aneska," jawab Ken.

"Iya si. Kurang hajar banget emang dia."

Teman-teman dekat Aneska memang tahu jika kedua orangtua Aneska sudah berpisah alias bercerai. Tetapi mereka semua tidak tanu jika Aneska mempunyai masalah yang lebih berat dibandingkan dengan itu semua. Yaitu kejahatan kakak iparnya sendiri. Aneska memang tidak pernah bercerita apapun tentang masalahnya itu kepada teman-temannya. Karena yang Aneska mau, ketika dia berkumpul dengan teman-temannya, dia hanya bersenang-senang. Bukan membahas tentang masalah yang membuatnya sedih.

*****

Sesampainya di rumah.

"Aneska. Sini lu," ucap kakak ipar Aneska yang bernama Vanesa. Aneska pun langsung menghampirinya.

"Lu buat masalah apa lagi di sekolah hah? Sampai-sampai tadi dari pihak sekolah telepon gua katanya besok gua di suruh datang ke sana. Malu-maluin gua aja lu," teriaknya tepat di hadapan Aneska.

"Yaudah ga usah dateng. Ga usah sekolah aja sekalian."

"Enak aja lu. Bersyukur lu masih bisa sekolah, gratis lagi."

"Iya, tapi lu bilang ke Ayah sama Mamah kalo sekolah gua bayaran setiap bulannya. Lu bohongin orangtua gua."

"Ehhh, lu kira lu makan pakai apa kalo bukan pakai duit?"

"Ya lu kerja lah, udah tua masih nyusahin orang lain aja."

"Ngomong apa lu barusan? Hah? Ikut gua sekarang lu!"

"Mau kemana kak?"

"Udah, sini, ikut gua."

Kakak ipar Aneska itu terus menarik tangan Aneska sampai Aneska meringis kesakitan. Aneska tidak tahu apa yang akan di lalukan oleh kakak iparnya itu. Ayah dan kakak kandungnya juga sedang tidak ada di rumah. Di rumah kini hanya ada Aneska, kakak iparnya dan keponakannya atau anak kakak ipranya yang sedang tidur siang.

Ternyata Aneska di bawa ke kamar mandi oleh kakak iparnya. Kakak iparnya membuka keran air dan membiarkan air tersebut mengalir mengisi bak mandi yang berukuran besar.

"Kakak mau ngapain?" tanya Aneska.

"Ini pelajaran buat lu karena udah berani jawabin gua. Sini lu, sini!"

"Ampun kak, ampun."

"Ga ada kata ampun buat lu. Sini!"

Aneska tidak bisa melawan tenaga kakak iparnya itu. Wanita tak berdaya itu tidak bisa melawan dan melakukan apa-apa. Sampai pada akhirnya kakak ipar Aneska itu melakukan aksi kejahatan kepada adik iparnya sendiri.

-TBC-