"aku ikut antar kamu kebandara." kata Naura.
"gak usah." kata Dion.
"loh kenapa..." tanya Naura dengan heran.
"aku gak mau kamu kecapean nantinya,malah gak fokus lagi kerjanya. jadi kamu cukup diam di rumah saja,aku pasti kabarin kamu kok kalo udah sampai." ucap Dion dengan lembut.
"gak..., pokoknya aku mau anterin kamu besok. gak ada penolakan Dion." ucap Naura dengan tegas.
Dion menggelengkan kepalanya saat mendengarkan ucapan tegas yang tidak boleh di bantah dari seberang telepon itu.
"ya udah terserah kamu...,tapi jangan maksain diri ya." ucap Dion dengan lembut lagi.
"aku bukan anak kecil..., pokoknya besok aku anterin kamu sampai bandara." ucap Naura lagi.
"iya sayang...,kamu anterin aku kebandara." kata Dion dengan cepat.
"ya udah aku tutup dulu ya teleponnya." kata Naura.
"iya...,good night sayang." kata Dion.
"good night to sayang." jawab Naura.
setelah itu Naura langsung mematikan sambungan telepon mereka. Naura juga langsung mematikan lampu tidurnya, karena dia harus bangun pagi besok jadi dia juga harus tidur lebih awal.
"astaga..., lupa pasang alaramnya." kata Naura.
Naura pun langsung meraih handphonenya lalu memasangkan alaram di handphone dia,agar besok bisa bangun lebih pagi.
di tempat lain Dion tersenyum bahagia,dia sangat merasa beruntung bisa berpacaran dengan Naura wanita yang sudah lama dia cintai.
Dion mencintai Naura saat dia masih duduk di bangku SMA kelas satu. tapi dulu Dion tidak memiliki keberanian untuk menyatakan perasaannya.
"aku sangatlah menyayangi kamu Naura. aku tau kamu wanita gila akan seks dan aku juga tau kamu tidak lagi perawan. tapi aku tidak mencintai kamu karena kelebihan mu,tapi aku mencintaimu karena kekurangan kamu dan aku menerima kamu apa adanya." ucap Dion sambil memandang foto kekasihnya itu.
sebenarnya Dion tidak mau jauh-jauh dari Naura,tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. kerjaan lah yang membuat dia harus jauh dulu dari Naura.
"aku akan segera kembali sayang...,aku janji akan hal itu." ucap Dion.
setelah itu Dion langsung masuk kedalam kamarnya, untuk mengistirahatkan tubuh yang sangatlah lelah itu.
begitu banyak kerjaan yang dia harus selesaikan hari ini tapi masih sempat-sempatnya dia menyenangkan kekasihnya itu.
tak terasa ternyata mata hari sudah terbit sehingga membuat semua penduduk bumi bangun dari tidurnya untuk beraktivitas seperti biasa.
"Bima...,bangun...,Bima..." teriak Sarah dari luar kamar Bima.
Sarah berteriak karena kamarnya Bima di kunci sehingga Sarah tidak bisa membuka kamar itu.
"Bima..., astaghfirullah...,itu anak susah banget sih banguninnya." ucap Sarah yang geram dengan anaknya itu.
"buk..., kenapa teriak-teriak." kata Ardiansyah sehingga membuat Sarah kaget.
"ini yah...,Bima masih belum bangun." kata Sarah sehingga membuat Ardiansyah menggelengkan kepalanya.
"ada kunci duplikat nya gak." tanya Ardiansyah.
"ada yah..." ucap Sarah.
"ya udah tolong ibu ambil ya." ucap Ardiansyah.
"tapi kunci duplikat nya ada di dalam kamar Bima yah..." kata Sarah.
"astaghfirullah...,mau gak mau. kita harus dobrak pintunya." kata Ardiansyah.
"jangan yah...,mungkin Bima kecapean aja makanya susah di bangunin." ucap Sarah.
saat Sarah dan Ardiansyah lagi asik berbicara, tiba-tiba pintu kamar di buka oleh Bima sehingga membuat Sarah dan Ardiansyah diam.
"ada apa buk..,yah..." tanya Bima dengan mengucek-ngucek matanya.
"gak...,ibu cuma mau tanya kamu gak kerja." jawab Sarah sehingga membuat Bima kaget.
"jam berapa sekarang." tanya Bima dengan kaget.
"jam delapan pagi." jawab Ardiansyah.
"astaga...,mati aku." kata Bima.
setelah itu Bima langsung masuk kembali ke dalam kamarnya.
"tuh anak kan buk..." ucapan Ardiansyah langsung di potong oleh Sarah.
"sudah lah yah..., biarkan saja Bima belajar mandiri,jangan di keras-keras terus." ucap Sarah sehingga membuat Ardiansyah bungkam.
setelah itu Sarah dan Ardiansyah langsung turun kebawah, mereka sengaja ingin menunggu Bima di bawah saja.
sedangkan Bima dia lagi bersiap-siap untuk ke kantor, bahkan tidak menggunakan dasi sama sekali karena menurutnya itu akan memakan waktu,jadi Bima memutuskan untuk menggunakan dasi saat dia sudah sampai di kantor.
Bima menemui orang tuanya terlebih dahulu,saat sudah sampai di dekat Sarah dan Ardiansyah Bima langsung mengambil roti yang sudah di siapkan untuk dirinya.
"eh sayang..., makannya duduk jangan berdiri gitu." tegur Sarah sehingga membuat Bima langsung duduk.
selesai menghabiskan rotinya Bima langsung meminum susu dengan tergesa-gesa.
"ayah,ibu. Bima berangkat dulu Assalamualaikum." ucap Bima dan langsung berlari keluar.
"waalaikumussalam..." ucap Ardiansyah dan Sarah bersamaan.
"persis seperti ayah dulu..." kata Sarah.
"hah...,kok ayah sih." heran Ardiansyah.
"ya lah...,ayah dulu juga kayak Bima kalo lagi buru-buru, sampai lupa pakai dasi." kata Sarah dengan wajah kesalnya.
"bukan lupa buk...,tapi sengaja pakaiannya di kantor." bantah Ardiansyah.
"iya...,iya..." kata Sarah dengan malas.
setelah itu mereka kembali melanjutkan sarapan paginya,saat sudah selesai baru Ardiansyah pamit pergi ke restoran.
sedangkan Bima dia menaiki motor meticnya dengan. kecepatan tinggi sehingga membuat orang-orang berhati-hati saat Bima melewati mereka.
bahkan Bima hampir saja menabrak seorang nenek-nenek,untung saja Bima masih bisa mengelak nya sehingga membuat nenek itu berteriak.
"astaghfirullah halazim..." ucap Bima.
Bima pun langsung turun dari motor meticnya,dan langsung menghampiri nenek itu.
"nek...,maafin Bima ya. Bima lagi buru-buru soalnya." kata Bima sehingga membuat nenek itu tersenyum.
"gak papa..." jawab nenek itu.
"ya udah Bima bawa ke puskesmas ya..., Bima takut ada yang luka." kata Bima dengan khawatir.
"gak papa nak...,nenek gak ada yang luka. hanya saja nenek tadi kaget karena kamu hampir tabrak nenek." kata nenek itu dan selalu tersenyum kepada Bima.
"ya udah...,ini uang buat nenek. kalo ada apa-apa ini juga kartu nama Bima,nenek bisa minta tolong orang untuk menghubungi Bima ya." ucap Bima dengan lembut.
"gak perlu pakai kartu nama...,nenek juga gak papa." kata nenek itu lagi.
"kalo begitu nenek harus terima ini uangnya ya." kata Bima.
"baik lah jika kamu memaksa..., terimakasih ya nak...,semoga rezeki kamu semangkin dilancarkan sama allah.' ucap nenek itu dengan tulus.
"aamiin..., makasih do'a nya nek. Bima berangkat dulu assalamualaikum..." kata Bima dan langsung menyalami tangan nenek itu.
"anak yang baik..." kata nenek itu dengan senyum penuh makna.
sedangkan Bima dia sudah sampai di perusahaan Frandika grup dimana hari ini adalah hari pertama dia kerja dan harusnya dia datang cepat bukan terlambat.
"moga aja aku gak di semprot sama CEO gila itu." kata Bima dalam hati.
Bima pun langsung berjalan masuk kedalam kantor besar itu, sangking besarnya kantor itu enak tingkat.
sekarang Bima lagi berada di tingkat paling bawah atau bisa di bilang itu lobi sih.
"selamat pagi pak...,ada yang bisa di bantu." tanya seseorang sehingga membuat Bima kaget.
"astaga..., ngagetin aja." kata Bima dengan kaget.
"ada yang bisa saya bantu." tanya wanita itu.
"saya mau ketemu sama ibu Naura." kata Bima.
"maksudnya ibu Naura yang CEO itu." tanya wanita itu.
"iya..." kata Bima dengan yakin.
"bapak sudah buat janji untuk bertemu dengan ibu Naura." tanya wanita itu.
"gak sih...,saya asisten ibu Naura." kata Bima.
" oh pak Bima...,mari ikut saya. soalnya tadi ibu Naura sudah mencari pak Bima dan ternyata bapak belum sampai." kata wanita itu.
"iya kah..." kaget Bima.
"iya pak..." Jawab wanita itu dengan yakin.
"mampus aku..., bisa-bisa aku di marah habis-habisan sama itu wanita gila."
bersambung....