Kyra tersenyum bahagia sambil memperhatikan hasil USG yang ada di tangannya. Anaknya terlihat begitu imut dan ia sudah tidak sabar menanti hari kelahirannya. Tinggal dua bulan lagi maka ia akan segera dapat bertemu dengan buah hati pertamanya.
Saat sampai di dalam taksi, Kyra tiba-tiba saja ingin kembali ke rumahnya. Ia bukannya ingin membatalkan rencana liburannya tapi ia ingin meletakkan hasil USG itu di kamarnya agar Tristan dapat melihatnya saat suaminya itu pulang kerja.
"Pasti dia senang kalau aku melakukan itu," ucap Kyra senang. Setelah menyuruh supir taksi untuk kembali ke rumahnya, Kyra kemudian duduk bersandar sambil mengelus perut buncitnya.
Ia memejamkan matanya sejenak karena merasakan pergerakan anaknya di dalam rahimnya. Bibirnya terus tersenyum manis mencoba menerka-nerka bagaimana rupa anaknya. Ah! Pasti anaknya akan sangat mirip dengan Tristan. Anaknya pasti juga menjadi gadis yang cantik.
Mungkin karena sejak tadi Kyra mengkhayalkan masa depan keluarga kecilnya hingga membuat ia tidak sadar kalau ia sudah sampai di depan rumahnya. "Tunggu sebentar ya, Pak, saya cuma sebentar," ucap Kyra kepada sopir taksi sebelum dia keluar dari taksi yang ia tumpangi sejak pagi.
Begitu masuk ke dalam pekarangannya, dahi Kyra mengkerut saat melihat mobil Tristan berada di rumah. "Apa ada barang yang tertinggal ya?" tanyanya pada dirinya sendiri pasalnya terkadang Tristan memang pulang ke rumah untuk mencari berkas yang lupa ia bawa.
Wanita yang sejak setahun lalu sudah bermarga Wijaya itu kemudian masuk ke dalam. Awalnya ia ingin segera meletakkan foto USG di kamarnya tapi akhirnya ia pergi ke ruang kerja suaminya. Mungkin saja Tristan ada di sana.
"Tristan?" panggil Kyra sambil melongokkan kepalanya ke dalam. "Tidak ada. Apa jangan-jangan di kamar ya?" tanyanya pada dirinya sendiri lagi.
Kyra tersenyum ceria karena ia akan memberikan kejutan kepada Tristan saat ini. Rasanya mendebarkan saat kakinya menaiki satu per satu anak tangga. Begitu sampai di depan pintu kamarnya, Kyra dengan sengaja memutar kenop pintu dengan perlahan agar Tristan tidak mendengarnya masuk.
DEG!
Tapi bukannya melihat Tristan yang sedang mencari berkas. Kyra malah melihat adegan yang paling tidak ingin dilihatnya di dunia ini. Tubuhnya membeku di tempat, bibirnya juga kelu tidak dapat berbicara, matanya menatap nanar adegan dua orang yang sedang asyik bercumbuan di atas tempat tidurnya.
"Tr-Tris..." bisik Kyra pelan. Tubuhnya masih tetap membeku. Matanya tak mampu ia alihkan ke tempat lain. Dengan mata kepalanya sendiri ia melihat tubuh suaminya yang sedang terlentang di atas tempat tidur dengan seorang wanita yang duduk di atasnya, wanita itu terlihat sedang asyik menggenjot kejantanan Tristan.
"Ahhn... Hnnn... Tristan, aku mau ahhnn..." desahan panjang itu membuat tubuh Kyra gemetar. Matanya memanas, siap menumpahkan air mata.
"Gh! Freya!" kali ini suaminya juga ikut mendesah mengikuti sang wanita.
Di depannya, Kyra dapat melihat wanita berambut hitam panjang itu sedang menikmati sisa orgasmenya sedangkan suaminya sendiri masih terus berejakulasi di dalam tubuh wanita itu.
Foto USG yang sejak tadi dipegang Kyra akhirnya terlepas dari genggaman tangannya. Isakkannya akhirnya keluar dengan air mata yang terus meluncur. Dengan kasar diusapnya kedua matanya tapi air mata itu tidak mau berhenti.
"Tristan, apa yang kau lakukan?" akhirnya Kyra berhasil menemukan kembali suaranya.
Kedua sejoli yang sejak tadi tidak menyadari kehadirannya itu akhirnya tersadar bahwa kegiatan erotis mereka ditonton oleh seseorang. "Kyra?" ucap Tristan dalam. "Kenapa kau di sini?"
Mata Kyra membesar saat mendengar nada suara Tristan yang tidak menyiratkan penyesalan sedikit pun. "Seharusnya aku yang bertanya!" pekiknya. "Siapa wanita jalang ini, hah?!" teriak Kyra tidak mau kalah.
Tristan seakan tidak peduli dengan tangisan Kyra. Lagipula pada akhirnya Kyra memang harus tahu mengenai hubungannya dengan Freya. Melihat situasi yang tidak menyenangkan ini, Freya memilih diam sambil mengenakan pakaiannya satu per satu. Sedangkan Tristan menghela napas sambil mengenakkan celana panjangnya.
"Jangan berteriak, Kyra," balas Tristan sambil mendekati Kyra.
Melihat Tristan mendekatinya dengan tampang tak berdosa, Kyra merasa geram.
PLAK!
Tangannya dengan cepat menampar wajah suaminya itu. "Kau jahat! Berani-beraninya kau berselingkuh di depanku, Tristan! Apa kau sudah tidak mencintaiku lagi, hah?!" teriak Kyra membabi buta.
Wajah Tristan mengeras saat menerima tamparan dan teriakan dari wanita yang masih berstatus istrinya itu. "Iya, benar, aku memang sudah tidak mencintaimu lagi. Puas? Kau puas sekarang, hah?!" balas Tristan tak mau kalah.
Ini pertama kalinya Tristan meneriakinya seperti itu selama mereka menikah. Air mata Kyra sudah tidak bisa dibendung lagi, ia ingin pergi dari tempat terkutuk ini secepat yang ia bisa.
"Kau jahat!" geram Kyra sebelum berlari ke anak tangga dengan tergesa-gesa.
Tristan menghela napas lelah sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Tch! Dasar wanita sial!" umpatnya kemudian berbalik ke arah Freya.
"Kau tidak apa-apa?" tanyanya lembut.
Freya menggangguk sambil tersenyum manis.
"Bagus, kalau begitu kau diam di sini. Aku mau mengurus Kyra dulu."
"Iya, aku mengerti, Tristan."
Tristan tersenyum kecil kemudian mengecup bibir Freya sekilas selanjutnya ia segera mengejar Kyra. Begitu sampai di puncak tangga, tubuh Tristan membeku sejenak saat melihat tubuh Kyra meringkuk di anak tangga terbawah.
"Akh! Sa-sakit... to-tolong..." rintih wanita itu sambil memegang perutnya.
Apa lagi yang terjadi sekarang? Geram Tristan dalam hati.
Tristan kemudian segera turun. Saat ia semakin mendekati Kyra yang meringkuk itu barulah ia sadar ada darah yang merembes dari bagian bawah wanita itu. Sedangkan Kyra mulai kehilangan kesadarannya karena tidak tahan dengan rasa sakit di perutnya.
.
.
.
Kyra perlahan-lahan membuka matanya yang terasa sangat berat. Bau antiseptik langsung masuk ke indra penciumannya. Rasanya tadi ia baru saja bermimpi buruk.
Mata mulai melihat sekeliling. Ia berada di ruangan yang penuh dengan nuansa putih. "Aku di mana?" tanyanya. Rasanya ada yang aneh di tubuhnya.
Kyra kemudian menunduk dan mendapati perutnya mengecil. "A-apa yang terjadi? Anakku di mana?"
Di saat ia masih dalam keadaan bingung, pintu di depannya terbuka dan menampakkan wajah suaminya dengan diikuti seorang wanita di belakangnya.
"Tristan?" ucap Kyra.
"Hn. Kau sudah sadar?" tanya Tristan kemudian mendekati Kyra. "Baguslah kalau begitu. Aku ingin kau segera menandatangani surat perceraian ini."
Mata Kyra melebar. "Apa maksudmu, Tristan? Perceraian? Ada apa ini?"
Tristan menghela napas. "Apa kau lupa apa saja yang sudah terjadi? Kau jatuh di tangga, Kyra. Anakmu tidak selamat."
Kyra bagai disambar petir di siang bolong mendengar penuturan Tristan. Jadi semua itu bukan mimpi? Ia benar-benar melihat suaminya berselingkuh?
Tanpa sengaja mata Kyra bersirobok dengan mata wanita yang mengekori Tristan. "Ah, benar. Dia Freya. Calon istriku," ucap Tristan sambil menarik Freya mendekat. Freya hanya tersenyum manis sambil mengangguk sekali. "Dan dia juga sedang mengandung anak laki-lakiku," lanjut Tristan sambil mengelus lembut perut Freya dengan penuh sayang.
Air mata Kyra kembali jatuh saat mendapati kenyataan pahit di depannya itu. "Dasar sial! Pergi kalian dari sini!" teriaknya sambil melemparkan barang-barang yang ada di dekatnya ke arah Tristan.
"Tch! Pengaracaku akan mengirim berkas perceraian itu lagi ke rumahmu, Kyra. Kau harus menandatanganinya!" ucap Tristan sebelum menghilang di balik pintu ruang inap Kyra.
.
.
.
Ibu Kyra tersenyum sedih sambil menatap anak semata wayangnya yang duduk di kursi taman di halaman belakang rumahnya. Sudah sepuluh tahun berlalu semenjak peristiwa terkutuk itu terjadi. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan menantunya itu. Kyra bahkan mengalami goncangan jiwa karena peristiwa kelam itu.
Kyra harus terus meminum obat anti depresi saat ia kembali mengingat hari di mana ia kehilangan anaknya. Wanita yang sudah berusia lebih dari 60 tahun itu menghela napas kemudian masuk ke dalam rumah, ia ingin mengambil jus jeruk untuk Kyra.
Saat melewati ruang tengah, matanya tanpa sengaja melihat berita di televisi yang sedang menayangkan acara perayaan ulang tahun Perusahaan Wijaya. Ibu Kyra menggeram saat melihat Tristan sedang menggandeng mesra istrinya yang terlihat sedang hamil tua itu. Di sisi kanan Tristan ada anak laki-lakinya yang berumur sembilan tahun sedangkan di samping Freya berjalan seorang laki-laki mungil berumur lima tahun.
Seorang wartawan terlihat sedang mewawancari sepasang suami istri itu. "Sepertinya Anda terlihat sedang menanti buah hati Anda yang ketiga? Apa Anda sudah tahu jenis kelaminnya?"
Tristan mengangguk sekilas sambil menoleh ke arah Freya dengan senyum bahagia. "Ya, mereka laki-laki," sahut Tristan dengan mengisyaratkan bahwa istrinya sedang mengandung anak kembar.
Ibu Kyra menggeram sambil mematikan televisi itu dengan cepat. "Dasar laki-laki jahanam! Wanita jalang!" umpatnya.