Sudah sepuluh tahun berlalu semenjak Freya menikah dengan Tristan. Hidup mereka sangat harmonis dan penuh dengan kebahagiaan. Bahkan sekarang mereka sedang menanti kelahiran anak kembar laki-laki mereka.
.
.
.
Setelah kurang lebih setengah jam berkendara, akhirnya Tristan dan Freya sampai di kediaman mereka yang nyaman dan hangat. Jam tangan Tristan sudah menunjukkan pukul sebelas malam lewat. Seperti tahun-tahun sebelumnya, acara ulang tahun perusahaannya memang berlangsung sampai malam. Kali ini, Tristan bahkan sengaja undur diri lebih dulu karena Freya sedang hamil tua. Sedangkan dua anak laki-lakinya masih di sana bersama dengan kakek dan neneknya.
"Anak-anak jadi menginap di rumah ayah?" tanya Freya saat Tristan membangunkannya karena di sepanjang perjananan wanita tersebut tertidur.
"Iya."
Walaupun mereka sudah menikah selama sepuluh tahun lebih tapi Tristan masih sangat romantis. Lihat saja, laki-laki itu keluar dari mobil kemudian memutar dan membuka pintu mobil penumpang kemudian menarik tangan istrinya pelan. "Ayo, hati-hati jalannya."
"Iya," balas Freya kemudian merapatkan tubuhnya pada tubuh Tristan.
"Kau masih kelelahan?" tanya Tristan yang dijawab dengan gelengan Freya.
Sepasang suami istri itu kemudian masuk ke dalam rumah dan naik ke lantai dua. Begitu sampai di dalam kamar yang sudah mereka tempati selama sepuluh tahun itu, Tristan tiba-tiba saja memeluk Freya dari belakang sambil menenggelamkan kepalanya di lekukan leher Freya.
"Sayang?" panggil Freya. "Kau kenapa? Lelah?" tanyanya sambil mengusap kepala Tristan dengan lembut.
Kedua tangan Tristan merambat ke perut buncit Freya dan mengelusnya perlahan. Ujung bibirnya tertarik ke atas saat merasakan pergerakan di dalam perut istrinya. Freya juga ikut tersenyum.
"Freya," panggil Tristan. Wajah Freya sedikit memerah saat merasakan napas hangat Tristan berhembus di lehernya. "Aku ingin bertemu mereka," lanjut Tristan.
Tanpa menunggu persetujuan dari Freya, Tristan sudah mengecup area leher Freya dengan lembut. Salah satu tangannya menurunkan resleting belakang gaun Freya. Sedangkan tangannya yang lain masih setia membelai perut besar Freya.
"Shh..." Freya mendesah pelan. Tak perlu menunggu banyak waktu sampai akhirnya gaun Freya lolos dari tubuhnya. Menyisakan bra dan celana dalam yang masih melekat di tubuh Freya.
Kedua tangan Tristan sudah berpindah pada kedua bahu Freya. Mulutnya masih terus menambah wilayah jajahannya dengan mengecup sekitar punggung Freya. "Freya..." desah Tristan saat nafsunya sudah mencapai ubun-ubun.
"Hmm... Tris-tan? Teruskan saja," sahut Freya kemudian membantu Tristan melepaskan bra dan celana dalamnya sendiri.
Tristan segera menuntun Freya untuk berpegangan pada meja rias sehingga posisi Freya sekarang menungging. Laki-laki bernama lengkap Tristan Dierja Wijaya itu terlihat sangat tergesa-gesa saat melepas dasi dan jas yang ia kenakan. Tangan kanannya sekarang sedang meremas payudara montok Freya. "Huhh..." lenguh Freya.
Tangan kiri Tristan sedang membuka celana kain dan celana dalamnya sendiri. Dan tampaklah penisnya yang sudah menegang, siap untuk menjelajahi vagina Freya. Tapi bukannya segera memasukannya, Tristan malah kembali bermain dengan punggung Freya menggunakan bibirnya. Freya terus dibuatnya mendesis dengan kecupan-kecupan erotisnya.
Lama kelamaan ciuman Tristan akhirnya turun hingga sampai pada vagina Freya. Mata hitamnya dapat melihat vagina Freya yang sudah berkedut-kedut dan mengeluarkan cairan pelumas. "Dasar tidak sabaran!"
Freya yang wajahnya sudah memerah itu melirik ke bawah dan dapat melihat wajah suaminya yang tenggelam di selangkangannya. "Shh-ah!" pekik Freya saat klitorisnya dihisap Tristan. "Uhh..." dia masih terus berusaha menahan desahannya.
"Jangan ditahan, Sayang," ujar Tristan kemudian menjilat vagina Freya dan mengemutnya. Dihisapnya lubang vagina Freya dengan brutal.
Sedangkan Freya sudah merasa tidak tahan dengan kenikmatan yang ia rasakan. Sepertinya sebentar lagi ia akan keluar. "Tris, kumo-ahh... hon uhh..."
"Hn," gumam Tristan ambigu kemudian laki-laki itu berdiri. Tristan memegang pinggul Freya dengan erat sembari memasukkan penisnya perlahan agar tidak menyakiti anak mereka yang ada di perut Freya.
Freya terus mendesis saat merasakan batang keras Tristan memasukinya secara perlahan. Dalam hatinya ia ingin Tristan segera memulai permainannya, tapi Freya sadar kalau ia sedang mengandung dan itu membuat Tristan bermain lambat.
"Grhnn..." Tristan sendiri juga sedang menahan nafsunya yang ingin segera menusuk Freya berkali-kali. Ia masih memikirkan keselamatan bayi-bayinya yang sedang dikandung Freya.
"Akh!" pekik Freya saat seluruh penis Tristan berada dalam vaginanya. Mereka memang sudah jarang bersetubuh semenjak Freya hamil, karena itu Freya merasa sangat sesak pada kemaluannya. Rasanya sangat mengganjal tapi nikmat sekaligus.
Satu tangan Tristan meremas salah satu payudara Freya lagi. "Putingmu mengeras," ucapnya sambil memelintir pelan puting cokelat Freya. Mulut Tristan kembali bermain di area leher Freya setelah sebelumnya menjilat cuping telinga Freya.
"Triss... cepa-"
Belum selesai Freya berbicara, Tristan sudah lebih dulu menggerakan tubuhnya dan memulai kegiatan menusuknya dengan tempo cepat. Sepertinya nafsunya berhasil membuatnya lupa kalau Freya sedang mengandung.
"Akh! Akh! Tris... Ah! Ohh! Huh!" desah Freya terus menerus seiring dengan hentakan Tristan pada tubuhnya. Perasaan ingin meledak itu mulai muncul ke permukaan. Wajah Freya sudah memerah sepenuhnya dengan mulut yang terbuka lebar. Bahkan tanpa ia sadari ada saliva yang keluar dari mulutnya.
Tristan semakin mengeratkan pegangannya pada kedua pinggul Freya. Rasanya ia juga ingin meledak di bawah sana. "Guh!"
"Akh! Ah! Ah! Ah! Oh! Uhk!" desahan Freya semakin cepat karena tusukan Tristan yang semakin cepat. "Aku mau uhhh..." Freya melenguh panjang bersamaan dengan orgasmenya.
Penis Tristan yang merasakan cairan orgasme Freya semakin mengeras dan berkedut aneh, siap menumpahkan laharnya. "Tch!" decih Tristan sambil menggigit leher Freya dan mempercepat gerakannya.
"Hngg? Huhhh..." Freya kembali melenguh panjang begitu merasakan cairan semen Tristan meletus di dalam vaginanya. Entah berapa kali Tristan menyemprotkan spermanya.
"Hng! Hng!" Tristan kembali menghentak pelan tubuh Freya saat ejakulasinya mendekati akhir. Begitu selesai, ia segera mencabut penisnya dan membalik tubuh Freya.
Tristan dapat melihat wajah merah Freya yang sedang meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Tanpa peringatan, Tristan kemudian melumat bibir Freya dengan ganas. Ia ingin menciumnya, merasakan, dan menjelajahi bibir favoritnya itu. Bibir rasa peach kesukaannya. Freya sedikit kesusahan meladeni kecupan Tristan hingga membuat salivanya keluar dari mulutnya.
"Huhhh!" gumam Freya saat Tristan menghentikan lumatannya. Mata Freya melirik sekilas benang saliva yang terbawa oleh mulut Tristan. "Hmh!" dan Tristan kembali menginvasi mulutnya seperti tadi.
Tangan kiri Tristan turun ke bawah kemudian mengocok vagina Freya lagi. Ia masih ingin mencicipi rasa istrinya sampai hasratnya terpuaskan. Ia bahkan tak peduli akan melakukan berapa ronde malam ini. Yang ia inginkan saat ini hanyalah membuat penisnya merasa puas dengan terus menyelam di dalam vagina Freya.
"Tristan?"
"Kita ke kasur, Sayang," ucap Tristan kemudian mengangkat Freya dan membawanya ke atas tempat tidur. Ronde kedua pun siap dimulai.