"Amurwa, bangun! Aku sama sekali tidak mau kau menggodaku ya. Aku tidak suka kamu yang semau sendiri seperti bukan dirimu. Aku maunya Amurwa yang baik dan normal. Bukan Amurwa yang memiliki segalanya. Aku yakin kau akan menyukai aku yang berdiri sebagai pribadiku dimanapun posisiku.
Mendengar ucapan Padmasari, Amurwa yang masih belum sadar seratus persen karena dia sedang dihuni oleh kakek moyangnya segera bangun. Ia tatap Padmasari yang masih tidur dalam pelukannya. Sesaat Amurwa terpana menyaksikan wanita cantik di sebelahnya.
"Padmasari?"
Ia sadar tujuan awalnya datang ke kamar Padmasari adalah untuk menghibur wanita itu agar tidak sedih karena merasa ditolak oleh dirinya saat di taman belakang. Amurwa menatap mata Padmasari dengan tatapan lembut membuat Padmasari menyipitkan matanya.
"Siapa yang ada di dalam tubuh laki-laki yang sedang memelukku ini ? Apakah kau Amurwa Bhumi yang asli atau yang palsu? Tadi kau mengatakan bahwa kamu memiliki dua kepribadian dan aku sudah merasakan keduanya. Sekarang jawab pertanyaanku, siapa yang ada di dalam tubuhmu saat ini Amurwa!".
Amurwa tersenyum mendengar pertanyaan Padmasari. Senyum manis yang selalu muncul ketika ia bersama dengan Andika dan Padmasari paham sekali bahwa Amurwa yang saat ini sedang menghuni tubuh laki-laki yang sedang memeluknya adalah Amurwa asli. Laki-laki yang selalu dikaguminya karena selalu menampakkan sikap lembut kepadanya. Padmasari menggelengkan kepalanya seolah ia tidak percaya bahwa apa yang terjadi padanya saat ini adalah nyata. Amurwa makhlukNya kemudian menatap manik matanya dengan tatapan lembut dan bukan hanya itu kali ini amurwabhumi beranikan diri untuk mencium bibirnya.
Bibir Amor Wali yang menempel pada bibir fatmasari benar-benar membuat padmasari mabuk kepayang Iya sama sekali tidak pernah membayangkan bahwa dirinya akan disayang sedemikian rupa oleh laki-laki yang selama ini selalu melindunginya wajah fatmasari merona semerah tomat mengkal hatinya benar-benar bahagia merasakan betapa lembut kasih sayang amurwabhumi kepadanya saat ini amurwabhumi yang menyadari kondisi fatmasari juga merasakan hal yang sama jantungnya berdegup kencang salah ntar loncat dari peraduannya sedangkan mantap amurwabhumi sama sekali tidak mau ia alihkan memandang ke arah lain.
"Apakah kau sadar dengan apa yang kau lakukan kepadaku Amurwa Bhumi?".
"Apakah menurut kamu aku sedang mabuk? Aku sadar Padmasari. Sadar sepenuhnya bahwa apa yang aku lakukan saat ini adalah semata-mata ingin membuat kamu senang. Tidak marah seperti saat kamu menerima penolakanku di taman belakang."
Mendapatkan jawaban dari Amurwa Bhumi, Padmasari hanya mengerucutkan bibirnya. Amurwabhumi terpana menyaksikan kekesalan Padmasari. Ia segera bangun dan membawa tubuh Padmasari ke dalam pelukannya lalu duduk di ranjang .
"Sejak dulu sebenarnya, aku ingin melakukan hal seperti ini kepadamu, namun aku takut karena kau bukan milikku dan Aku takut engkau akan menganggap aku sebagai laki-laki kurang ajar yang hanya akan menggodamu."
Padmasari menggeleng. Ia merasa sangat senang karena perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan pada Amurwa Bhumi.
"Apa maksudnya? Apakah dulu kau memang sudah mencintaiku Amurwabhumi?" Amurwa Bhumi mengangguk lalu ia ulurkan tangannya untuk mengelus kepala Padmasari dan menyebabkan anak rambut yang menutupi wajah cantik wanita yang kini ada dalam dekapannya.
"Jangan pernah berpikir kalau aku menolakmu. Semua aku lakukan semata-mata karena aku menghargaimu sebagai seorang wanita. Bukan karena aku tidak mau. Jangan pernah berharap lebih dari hal ini, karena aku sama sekali bukan laki-laki brengsek yang hanya akan memanfaatkan situasi apalagi memanfaatkan tubuhmu. Sekarang bangun dan temui Andika di luar. Aku akan ke kamar mandi dan jangan kau biarkan dia melihat aku di kamarmu."
Padmasari mengangguk lalu menyorongkan bibirnya untuk mencium Amurwa Bhumi. Melihat keberanian Padmasari Amurwa Bhumi tersenyum. Ia mendekatkan wajahnya dan memberi akses agar Padmasari bisa mencapai tujuannya.
Cup
Awalnya Padmasari hendak menempelkan bibirnya di bibir Amurwa Bhumi sebentar, namun entah mengapa, Amurwa Bhumi justru melumat bibirnya dengan lembut membuat Padmasari tidak bisa menolak. Ia yang sudah haus kasih sayang karena dibiarkan berkarat di kamarnya oleh Tuan Kusuma Wardhana hanya bisa mengikuti permainan laki-laki yang sangat dicintainya.
Kini ia sudah tidak peduli siapa yang ada di dalam tubuh kekasihnya, yang ia inginkan hanya membahagiakan Amurwa Bhumi yang saat ini semakin menuntutnya untuk melakukan hal yang lebih dari sekedar melumat bibirnya.
Padmasari mengalungkan kedua lengannya ke leher Amurwa Bhumi dan membiarkan tangan Amurwa Bhumi untuk menggerayangi setiap inci dari tubuh yang kini semakin terekspos karena tangan AMurwa Bhumi menyibak gaun yang dikenakan Padmasari.
"Amurwa, Aku . . . ."
"Biarkan seperti ini sesaat, Sayang. kau sudah menggodaku dan aku tidak bisa mengabaikan godaanmu." Suara serak Amurwa Bhumi membuat Padmasari terpana. Ia tahu perubahan demi perubahan yang terjadi pada Amurwa Bhumi. Kepribadian ganda yang ada di tubuh laki-laki tersebut benar-benar membuat Padmasari gila menerima perlakuan Amurwa Bhumi.
"Amurwa, apakah kau . . . ."
"Em, iya. aku menginginkan sekarang, Sayang. Jangan penah dengarkan apa yang dikatakan Amurwa Bhumi kepadamu. Biarkan kau memiliki apa yang seharusnya kau miliki. Selama ini bukankah kau sama sekali tidak pernah disentuh oleh mantan suamimu yang lemah itu? Dia sama sekali tidak pernah bersikap manis kepadamu karena dia kesal setiap kali menginginkanmu, senjata andalannya sama sekali tidak bisa bekerja, kan? Jangan katakan kalau kau pernah merasakan tubuhnya."
"Amurwa, a-apa maksudmu? Apakah kau . . . ."
"Aku tahu sendiri, Padma. Selama ini aku mengawasimu dan aku yang membuat Tuan Kusuma tidak bisa mendirikan senjata andalannya. Ia selalu gagal karena aku menghalangi dirinya dan dirimu bersentuhan satu sama lain. aku tahu kamu adalah . . . ."
"Aku siapa, Amurwa? Kau juga siapa? Mengapa kau mampu membaca situasiku?"
Amurwa Bhumi tidak serta merta menjawab pertanyaan Padmasari, ia masih dengan kegiatannya mengabsen setiap inci dari tubuh wanita yang selalu dijaganya agar dia bisa memiliki tubuh Padmasari sepenuh hati. Padmasari yang mulai merasakan sensasi aneh dari setiap sentuhan Amurwa Bhumi berkali-kali mendesah. erangan kecil dari bibirnya membuat Amurwa Bhumi tergugah dan semakin bersemangat mengabsen bagian sensistif milik Padmasari. Tangannya kini meraih gunung kembar di dada Padmasai, membuat wanita itu semakin merasakan kenikmatan luar biasa yang selama ini ia rindukan.
"Amurwa. Kau bilang aku.. . . ah, aku harus membuat Andika pergi dari depan kamaku, kan? Mengapa kau sekarang nakal sekali?"
Amurwa yang mendengar permintaan Padmasari segera tersadar. Ia segera melepaskan tubuh Padmasai yang nyaris terekspos semuanya.
"Baiklah aku akan melakukan apapun yang kau perintahkan kepadaku, Padmasari. Maafkan aku karena aku sudah melakukan pelecehan kepadamu."
Amurwa Bhumi segera bangkit dan melangkah dengan segera meninggalkan kamar Padmasari, membuat wanita itu mendesah kecewa. Amurwa Bhumi yang melihat kekecewaan di wajah Padmasari hanya tersenyum.