Padmasari terpana menyaksikan dua sisi berbeda yang ada pada Amurwa. Dengan takut-takut ia melangkah mendekati Amurwa yang duduk sambil melirik ke arahnya. Lirikan mata Amurwa benar-benar membuat Padmasari tertawan oleh kekuatan yang ada di mata laki-laki tampan itu. ia seperti tak bisa menolak pesona Amurwa Bhumi.
Melihat Padmasari melangkah dengan malu-malu, Amurwa Bhumi berdiri lalu mengulurkan tangannya menyambut wanita cantik yang mengenakan dress pendek warna navy. Padmasari tersenyum mendapat perlakuan manis dari Amurwa Bhumi. Perlakuan yang sama sekali tidak pernah ia dapatkan dari Tuan Kusuma suaminya.
"Sayang, ayo duduk sini.!" Padmasari memandang tangan Amurwa yang menepuk pangkuannya. Padma tahu kalau Amurwa memintanya untuk duduk di pangkuannya sehingga perlahan Padma melangkah dan mengikuti semua perintah laki-laki yang sudah menolongnya.
"Ayo jangan malu-malu seperti ini!." Tangan Amurwa terulur menarik tangan Padmasari dan langsung mendudukkan Padmasari di pahanya. Amurwa Bhumi yang merasakan ada hawa aneh pada dirinya terpana menyaksikan ia tiba-tiba menarik tubuh Padmasari. Tangannya gemetar, keringat dingin mulai merembes di telapak tangannya dan di sekujur tubuhnya.
"Ka-kamu, kamu kenapa duduk di pangkuanku, Padmasari?"
Mendengar pertanyaan Amurwa, Padmasari langsung bangun. Dengan wajah menunduk ia mencoba menunggu rekasi Amurwa Bhumi selanjutnya.
"Ta-tadi itu, bu-bukannya kamu . . . ."
Menyadari kebodohannya yang seperti wanita murahan, Padmasari berlari sambil menumpahkan air matanya meninggalkan Amurwa Bhumi
Inah yang melihat padmasari berlari dari taman belakang menuju ke tangga yang akan mengantarnya ke kamarnya terpana apalagi saat melihat Padmasari menangis. Inah tidak tahu apa yang terjadi pada Padmasari saat ini. Yang ingin ia tahu adalah mengapa perempuan itu berlari dan menangis setelah menemui Amurwa Bhumi di taman belakang padahal ia baru saja melangkah menghampiri Amurwa Bhumi yang ada di Gazebo.
"Mengapa Nyonya menangis? Apakah Tuan Amurwa Bhumi menyakiti hati Nyonya?"
Tanpa menghiraukan pertanyaan Inah, Padmasari terus melangkah meninggalkan dapur menuju kamarnya. Harga dirinya hancur sehancur hancurnya oleh laki-laki yang selama ini selalu bersikap baik kepadanya. Sampai di kamarnya, Padmasari langsung membanting pintu dan menguncinya dari dalam kemudian berlari menuju ranjang King size dan menghempaskan tubuhnya sambil menumpahkan segala keluh kesahnya di sana.
Padmasari merasa bahwa dirinya sama sekali tidak ada harganya di depan laki-laki, baik di hadapan Tuan Kusuma Wardana maupun di hadapan Amurwa Bhumi. Tangisnya semakin pecah ketika mengingat bahwa posisinya di rumah Amurwa hanyalah sebagai wanita yang tidak memiliki status jelas. Dia sudah diceraikan oleh Tuan Kusuma Wardana namun dia belum dinikahi oleh Amurwa Bhumi. Padmasari ingin sekali meninggalkan rumah yang hanya membawanya pada kenangan paling mengenaskan sepanjang hidupnya, namun ia tidak tahu daerah mana yang bisa membuat dia menyembunyikan dirinya dari jangkauan Amurwa Bhumi. Pengalaman melarikan diri dari rumah Tuan Kusuma Wardana yang gagal, membuat ia harus bertindak lebih hati-hati dan waspada terhadap Amurwa Bhumi karena laki-laki yang hari ini membuatnya menangis bukan lagi laki-laki biasa yang hanya akan diam kala harga dirinya terkoyak. Amurwa Bhumi bisa bertindak lebih tegas saat ia mengetahui ada hal yang tak beres yang dilakukan oleh siapapun. Ia bukan Amurwa Bhumi seperti yang pertama kali dia lihat. Merasa aneh dengan sikap amurwa Bhumi yang seperti memiliki dua sisi yang berbeda yang kadang menampilkan wajah manisnya dan kadang pula dia menunjukkan sikap tidak acuhnya, Padmasari mendesah. Dua hal yang dimiliki Amurwa benar-benar membuat Permatasari seperti orang gila.
Di taman belakang, saat Amurwa Bhumi melihat Padmasari berlari meninggalkannya, dia hanya bisa meremas rambutnya. Ia merasa seperti laki-laki bodoh yang tidak bisa melindungi harga diri seorang wanita. Ia benci pada bisikan-bisikan yang selalu memintanya untuk mengganggu Padmasari, sedangkan sisi lain di hatinya memintanya untuk tetap menghargai Padmasari sebagai wanita seutuhnya yang tidak boleh diganggu sebelum adanya pernikahan di antara mereka. Amurwa Bhumi menggelengkan kepalanya lalu ia bangkit dari duduknya, Ia melangkah masuk ke dalam rumah. Ia ingin menjelaskan kepada Padmasari bahwa dirinya memiliki 2 kepribadian berbeda. Ia ingin meminta Padmasari mau memahami dan memaklumi keadaannya, namun sampai di dapur, ia melihat Inah sedang memandangnya dengan tatapan kesal. Tatapan mata Inah menunjukkan bahwa dia tidak menyukai perilaku Amurwa Bhumi yang sudah melukai hati Padmasari.
"Kenapa kau memandangku seperti itu, Inah? Apakah ada hal yang kau sembunyikan dariku?"
Inah yang kesal dengan tingkah laku Amurwa Bhumi yang sudah membuat Padmasari menangis, semakin melototkan matanya. Ia membanting serbet yang ada di tangannya, kemudian meninggalkan Amurwa Bhumi di tempatnya. Amurwa Bhumi semakin tidak mengerti pada tingkah dua wanita yang ada di rumahnya.
"Sebenarnya ada apa? Ada apa pada wanita-wanita di rumah ini? Mengapa mereka memandangku dengan tatapan tidak menyenangkan seperti itu? Apakah aku salah ? Kalau salah kata, kesalahanku di mana? Aku sendiri tidak tahu. Aku merasa sudah melakukan hal yang sesuai dengan apa yang seharusnya aku lakukan. Aku hanya ingin menjaga Padmasari agar tidak ternoda oleh kekuatan yang mendekam di tubuhku. Kalau saat ini Padmasari kesal semoga suatu hari nanti dia akan bisa memaafkannya dan memaklumi kondisiku. Amurwa terus melangkah meninggalkan Inah dan dapur menuju lantai dua. Ia ingin mencari ketenangan untuk dirinya sendiri dan menenangkan diri agar tidak selalu merasa bersalah pada apa yang ia lakukan terhadap Padmasari.
Amurwa Bhumi melangkah menuju kamarnya lalu membuka jendela dan ia duduk di kursi yang ada di balkon rumahnya. Ia pandang sekeliling, pemandangan yang ada dibawahnya, sambil melihat beberapa kendaraan lalu lalang di jalan raya. Berapa menit kemudian, ia memandang ke sisi kirinya, mencoba menyaksikan Padmasari dari balkon, mencoba mencari tahu apa yang sedang dilakukan oleh Padmasari di kamarnya, namun Amurwa Bhumi sama sekali tidak melihat ada pergerakan apapun di kamar Padmasari saat ini. Bingung dengan apa yang terjadi di rumahnya, Amurwa Bhumi akhirnya melangkah masuk ke kamarnya lagi dan ia mencoba untuk mencari kunci cadangan kamar Padmasari. Ia ingin memastikan bahwa wanita itu baik-baik saja di kamarnya. Ia juga ingin mengatakan kepada Padmasari bahwa ia memiliki kepribadian ganda yang sewaktu-waktu bisa menampilkan sikap yang berbeda antara satu kepribadian dengan pribadi yang lain.
Amurwa Bhumi membuka kamar Padmasari. Perlahan ia melangkah mendekati tubuh wanita yang kini sedang menangis di bed king size nya, menumpahkan segala kekesalannya. Amurwa Bhumi mendekat lalu duduk di ranjang Padmasari. Tangannya mengelus kepala wanita cantik yang kini terlihat acak-acakan.
"Padmasari, maafkan aku. Aku sama sekali tidak berniat untuk menghancurkan harga dirimu. Kalau tadi aku menginginkanmu lalu aku menolak, itu karena aku memang memiliki kepribadian ganda. Aku harap kau memaklumi aku, ya."
Padmasari bergeming. ia belum ingin berinteraksi dengan Amurwa Bhumi saat ini.