Chereads / Let Go (Omegaverse) / Chapter 46 - Nala's Feeling

Chapter 46 - Nala's Feeling

"NALAAA!!" Teriak Nuri dari kejauhan.

Nala yang mendengar panggilan itu langsung berdiri dari duduknya dan berjalan menuju ke arah Nuri.

"Bagaimana sekolahnya, hmm?" Tanya Nala sambil menyambut uluran tas dari Nuri. Nala kemudian menggenggam tangan Nuri dan mengajakanya berjalan menuju mobilnya.

"Ada tugas menggambar dan juga mengarang." Jawab Nuri lemah.

Melihat wajah Nuri yang terlihat tidak bersemangat membuat ide muncul di kepala Nala, "Mau main ke rumahku? Nanti aku bantu Nuri buat menggambar."

"Benarkah?" Tanya Nuri antusias.

"Iya. Nuri mau beli snack dulu atau langsung ke rumahku?"

"Mau, Nuri mau beli banyak camil-." Nuri berhenti dan kemudian menutup mulutnya cepat.

"Nuri?"

"Daddy bilang aku tidak boleh makan banyak camilan." Nuri menundukkan kepalanya, raut wajahnya terlihat sedih.

Nala langsung menghentikan langkahnya dan berjongkok menyesuaikan tinggi badan Nuri. "Ssstt.. Ini rahasia kita berdua. Nuri boleh beli camilan yang banyak dan aku janji tidak akan mengadu pada Daddy asalkan Nuri tidak nakal. Bagaimana?"

Wajah Nuri langsung sumringah, "Janji, Nuri bakal jadi anak yang baik."

Keduanya kemudian ber-hi-five dan kembali berjalan menuju mobil sambil bergandengan tangan.

Hari ini Nala menjemput Nuri atas permintaan Eckart. Untung kelasnya dibatalkan, jadi Nala langsung meng'iya'kan permintaan Eckart tersebut. Nala sempat ragu, dia takut Nuri tidak ingin dijemput olehnya, tapi ternyata rasa takutnya itu hanyalah bayangan Nala semata. Nuri justru terlihat senang melihat Nala.

Sebelum ke apartemen Nala, dia mengajak Nuri membeli banyak camilan. Mulai dari coklat, permen, biscuit, hingga cookies, semua di beli Nala untuk Nuri. Bahkan, Nala juga membelikan macaroon untuk Nuri.

Setelah membeli camilan, Nala mengajak Nuri untuk menemaninya berbelanja sebentar. Dia membeli beberapa bahan untuk membuat dim sum. Aelius merepotkan itu memintanya untuk membuat dim sum kali ini.

Sesampainya di apartemen Nala, keduanya langsung disambut dengan gembira oleh Aelius. Adik Nala yang satu ini memang menyukai anak kecil. Nuri dan Aelius langsung akrab begitu saja. Keduanya duduk di ruang keluarga, Nuri mulai berceloteh dengan gembira.

Merasa Nuri sudah ada pawangnya, Nala kini mulai sibuk menyiapkan makan siang dan juga dim sum untuk Aelius.

Acara masak memasak Nala tidak memakan banyak waktu. Kini makan siang sudah siap dan dim sum juga sudah matang, tinggal mengajak kedua orang yang sekarang tidak terdengar suaranya lagi itu untuk menikmati hidangannya.

"Nuri, Al, ayo kita makan siang!" Teriak Nala dari dapur dengan tangan yang masih sibuk membereskan peralatan yang dia pakai untuk memasak.

Saking fokusnya dengan mencuci alat masak, Nala tidak menyadari seseorang berdiri tepat di belakangnya. Sebuah tangan sukses melingkar di pinggang Nala dan memeluknya erat.

"Al, jangan peluk-peluk. Kamu bukan anak kecil lagi tau."

"…"

Nala membeku karena tidak mendapatkan respon dari sosok yang memeluknya. Walaupun samar, hidungnya menangkap aroma yang sangat familiar dan juga sangat ia rindukan.

Sejak kejadian makan malam waktu itu, komunikasi Nala dan Eckart tidak begitu lancar. Bahkan sebenarnya untuk menghubungi Nala untuk menjemput Nuri saja rasanya Eckart butuh keberanian lebih. Padahal dia tidak seperti ini sebelumnya.

"Eckart." Gumam Nala pelan.

"…"

"Bisa lepas-"

"Biarkan seperti ini dulu, Nala, biarkan aku memelukmu sedikit lebih lama. Kamu tahu? Aku sangat merindukanmu."

Mendengar pernyataan dari Eckart, Nala membalikkan tubuhnya. Keduanya saling berhadapan dengan Nala masih berada dalam dekapan Eckart. "I-I miss you too." Ucap Nala pelan.

Eckart membulatkan matanya, "What? Can you say it again, please?"

"I miss you too, Eckart."

Setelah mendengar penuturan Nala, Eckart tersenyum lebar. Melihat senyuman itu, Nala merasa ada ribuan kupu-kupu berterbangan di dalam perutnya. Geli sekaligus menyenangkan, hangat juga. Dapat dipastikan pipinya sangat merah sekarang.Nala mengulum senyum malu.

Melihat semburat merah di wajah milik Nala membuat Eckart tidak bisa menahan diri untuk tidak mengecup bibir yang sekarang terlihat sangat menggoda. Dengan perlahan Eckart mendekatkan wajahnya, Nala dapat merasakan sapuan nafas Eckat yang menerpa pori-pori di wajahnya.

Bibir keduanya bertaut mesra. Saling melumat seolah ingin menyalurkan banyaknya perasaan yang beberapa hari ini terpendam dalam diri masing-masing.

"Ewww.. Get a room please." Suara Aelius tiba-tiba saja menyadarkan mereka berdua bahwa sekarang, ada orang lain yang juga berada di apartemen Nala. Keduanya lantas melepaskan tautan bibir yang sebenarnya belum ingin dilepaskan.

Seperti sedang tertangkap basah, keduanya menunduk. Suasana canggung tidak dapat dielakkan. Eckart mengusap tengkuknya untuk membuang rasa canggung itu dan Nala berpura-pura sibuk kembali dengan cucian piringnya yang hanya menyisakan spatula dan fry pan saja.

"Ehem." Dehaman dari Elatha yang baru saja datang sambil menggendong Nuri sukses mencairkan suasana yang sedikit canggung.

"Aku lapar." Ucap Aelius sambil duduk di meja makan. Omega satu ini merasa tidak berdosa sama sekali. Padahal dia baru saja menginterupsi keintiman kakak dan calon kakak iparnya.

Keduanya saling merindu. Baik pihak sang omega maupun sang alpha. Eckart sadar, dia sudah jatuh hati pada Nala. Jatuh hati pada matanya, senyumnya, bibirnya, tawanya, bahkan sepertinya Eckart jatuh hati pada semua yang ada pada diri Nala.

Jujur, awalnya Eckart sebenarnya tidak menuntut perasaannya ini langsung berbalas. Dia juga tidak menuntut Nala untuk mempunyai perasaannya yang sama untuknya. Namun, Eckart tetap berharap perasaan itu benar-bernar berbalas.

Namun, seiring berjalannya waktu Eckart yakin perasaannya ini tidak hanya dia yang merasakannya. Semua ini dapat dilihat dari bahasa tubuh Nala. Hanya saja, sepertinya ada sesuatu yang membuat keduanya masih mengurungkan niat untuk saling jujur atas perasaan keduanya.

Eckart sadar, bahkan tau mereka saling suka. Eckart juga tahu mereka saling merindukan. Tapi, Bagaimanapun Eckart masih tahu batasannya. Walaupun berbagi perasaan yang sama Eckart sadar bahwa hubungan mereka tidak seintim itu.

Bahkan saat ini ingin rasanya Eckart menginap saja. Dia tidak ingin pulang, Eckart masih ingin melepaskan rindu yang sebenarnya belum terbalaskan sepenuhnya. Tapi dia siapa? Mungkin hubungan mereka baru sebatas teman.

"Kenapa tidak setelah makan malam saja pulangnya?" Tanya Aelius dengan tatapan tidak rela jika Nuri harus pulang.

"Maaf Al, aku dan Nuri akan makan malam bersama keluargaku nanti malam. Nanti lain kali aku ajak Nuri kesini lagi. Itu juga kalau Nala mengizinkan." Ucap Eckart sambil melirik Nala. Walaupun tanpa diminta pun Eckart sebenarnya sudah tahu jawabannya.

"Aku akan sangat senang sekali jika Nuri mau main lagi kesini."

'Bingo!' Batinnya.

"Ah, kalau begitu nanti aku titipkan Nuri di sini saja nanti kalau aku tidak sempat untuk menjemputnya dan pengasuhnya sedang tidak ada."

Nala membulatkan matanya. "Hey, aku bukan pengasuh pengganti." Ucapnya

"Hahahaha." Eckart tertawa cukup keras. Padahal dia sedang bercanda, tapi Nala menanggapinya dengan serius.

Lain Eckart, lain Nuri. Omongan Nala tadi dia tanggapi dengan serius. Sekarang wajahnya tertekuk. "Nala tidak suka aku di sini?" Oke. Nuri hampir menangis sekarang. Nala terlihat panik.

"Tidak-tidak. Aku suka Nuri ada di sini. Aelius juga suka. Aku tidak bilang aku tidak suka. Aku hanya bercanda. Nanti kalau Nuri ke sini lagi, aku buatkan cookies dan juga cake kesukaan Nuri, Okay?" Jelasnya.

Nuri mengangguk, "Okay. Pinky promise." Nuri mengulurkan jari kelingkingnya yang mungil dan Nala menyambutnya. "Aku mau chocolate cookies yang seperti tadi. Nala buatkan untukku ya."

"Yup, pasti aku buatkan untuk Nuriku."

Keduanya kemudian berpelukan erat setelah melakukan pinky promise tadi. Namun, pelukan ini tidak bertaham lama. Dehaman dari Eckart sukses membuatnya melepaskan pelukan itu.

"Ayo, sekarang waktunya kita pulang. Nuri pamit dulu ke Aelius dan Eckart, Nala juga." Ucap Eckart pada anak kesayangannya. Nuri menuruti. Kini dia sedang berpamitan kepada semua penghuni apartemen Nala.

"Mari aku antar ke bawah." Tawar Nala.

"Tidak perlu, kamu pasti lelah setelah mengasuh Nuri dan juga memasak tadi."

"Aku memaksa." Ucap Nala final.

Akhirnya Eckart menuruti Nala. Dia mengantarkan ayah dan anak itu hingga ke mobil Eckart yang terparkir rapi di basement gedung apartemennya.

Nuri langsung masuk ke dalam mobil, duduk pada kursi depan di samping kursi pengemudi. Sedangkan Eckart masih di luar, berdiri berhadapan dengan Nala dengan tatapan merindu. Jelas saja, masih rindu. Pelukan hangat di dapur yang diinterupsi oleh Aelius itu belum melepas semua kerinduan mereka.

"Nala. Come here." Pinta Eckart sambil merentangkan kedua tangannya. Tanpa rasa malu akan dilihat Nuri, Nala memajukan tubuhnya dan jatuh kedalam pelukan Eckart. Keduanya berpelukan erat. Menyalurkan persaan rindu yang tiada habisnya.

"Hati-hati di jalan." Ucap Nala sambil melepaskan pelukan Eckart.

"Aku akan menghubungimu nanti ketika aku sudah sampai. Pastikan ponselmu selalu berada di dekatmu, okay?"

"Mmm.. Okay."

"Aku pulang dulu, Nala." Ucap Eckart sebelum akhirnya masuk ke dalam mobilnya.

Nala melambaikan tangan sambil menatap mobil itu melaju meninggalkan area parkir. Nala masih tetap mematung hingga mobil itu hilang sepenuhnya dari pandangannya.

"Eckart, I guess, I like you." Nala menggelengkan kepalanya. "No, no, I love you."