Mendapat jawaban seperti itu si Greg yang bertubuh besar itu tertegun. Kali ini terlihat Sinto yang tersenyum sinis kepada anak itu.
Sesungguhnya apa yang terjadi di dalam kelas itu?
Pada saat Bu Evelin keluar beberapa langkah. Beberapa anak yang duduk di dekat Sinto segera ramai-ramai memukulinya.
Tetapi Sinto dapat bergerak cepat mengelak dan mengeluarkan sebuah senjata double stick dari balik celana panjang sebelah kanannya.
Dengan senjata itu ia langsung menghajar setiap murid yang bergerak mendekatinya dan mencoba memukul dirinya. Dengan jurus seperti Bruce Lee menggunakan senjata Double Stick, Sinto berhasil menghajar para murid itu hingga babak belur. Walaupun dirinya sendiri juga beberapa kali terkena pukulan dari beberapa anak.
Selain itu gerakan Taekwondo milik Sinto pun juga sangat cepat dan tepat mengenai lawan-lawannya. Hingga terjadilah seperti apa yang di lihat Bu Evelin ketika ia kembali ke kelas.
Kemudian Bu Evelin bersama Sinto meninggalkan si Greg sendirian. Ia seperti sedang tertegun memikirkan perkataan Bu Evelin.
Tak lama kemudian kembali terdengar suara bel berbunyi, tandanya istirahat kedua.
Greg menunggu di ujung tangga. Ia tidak melihat satu pun teman sekelasnya yang turun ke kantin.
"Ada apa ini?" tanyanya dam hati.
Akhirnya ia bergegas naik ke kelas dan membuka pintu ruangan kelas itu, betapa terkejutnya ia melihat semua keadaan teman-temannya itu.
Lalu sambil berkacak pinggang Greg berteriak, "Elo-elo semua. Bukannya jelas apa yang gua suruh tadi!"
"Jelas bos." sahut anak-anak itu dengan suara meringis kesakitan.
"Kalau jelas. Kenapa kalian yang seperti ini. Apa kurang bayaran gue ke elo-elo sekalian." Maki Greg lagi.
"Dia hebat bos, selain itu matematika dan kimianya juga jago bos." puji John sambil mengangkat jempolnya.
Mendengar itu Greg maju mendekati John, "Sepertinya elo doang yang kagak luka-luka." setelah berkata demikian. Tangan kanannya menghajar perut anak itu. Kemudian menempeleng kedua pipi John bolak-balik.
"Duk."
"Plak, plak."
Tak berapa lama dua gigi anak yang bernama John itu lepas.
"Kalian semua engak ada yang becus." Omelnya sambil menunjuk ke semua teman-teman di kelasnya itu.
Setelah berkata demikian anak itu keluar lagi dari kelas. Sambil tangannya membanting pintu tersebut, "Brak!"
Ia bergegas kembali ke kantin, "Sudah lama aku tidak memperlihatkan powerku." ucap Greg sambil bergegas menuju kantin.
Begitu tiba di kantin, "Anak-anak!" teriaknya sambil bertepuk tangan beberapa kali.
Di kantin yang tadinya suasana sangat ribu sekali, langsung tenang dan menghadap ke arah Greg.
"Pengumuman, Sekolah kita hari ini kedatangan tamu istimewa. Dia menganggap dirinya hebat. Aku harap kalian dapat mengatasi anak itu tanpa aku."
Celetuk salah satu dari anak yang ada dikantin itu, "Bonusnya berapa bos."
"Kau juga anak baru ya." Tegur Greg.
Kemudian para murid yang berdiri mengelilingi Greg segera membuka jalan. Agar bos mereka dapat melihat wajah si penantang itu.
"Soal anak baru atau tidak. Bukannya urusan bos. Tetapi, aku dapat bonus per hari melindungi anak itu dua puluh juta. Dan jika saya berhasil menangkap orang yang menyakitinya, maka saya mendapatkan upah lima puluh juta. Bos berani bayar berapa untuk jegal dia. Bos aman tidak ada yang tahu."
Mendengar tawaran orang itu, Greg bertepuk tangan beberapa kali. Lalu katanya, "Gua suka gaya lo. Baik. ini uang mukanya." Ucap Greg sambil melemparkan sebuah amplop coklat ke arah orang itu.
Dengan gerakan yang tangkas. Orang itu menangkap amplop tersebut. Ia segera mengecek isi amplop tersebut.
Orang itu terlihat sangat puas dengan isi yang ada di dalam amplop tersebut. lalu tanyanya lagi, "Bonusnya bos?"
"Kalau kau percaya. Bonusnya tiga kali darinya." Sahut Greg juga terdengar puas.
"Setuju." Sahut orang itu.
Sambil bangkit berdiri, "Beri aku waktu tiga hari dari sekarang.'"
Sebelum orang itu benar-benar pergi, "Terus apa yang harus gue lakukan bos. Hilangkan nyawa, atau buat dia cacat atau jera saja bos?" tantang orang itu lagi kepada Greg.
"Kalau buat cacat dia?" tanya si Greg hendak buat penawaran.
"Cukup bos. tiga hari lagi bonusnya, ya." Ucap orang itu sambil meninggalkan tempat itu dengan gayanya menepuk-nepuk amplop tersebut dengan kedua tangannya.
Setelah orang itu meninggalkan Greg.
"Gue belum percaya dengannya. Kalian nanti sore jegal dia di jalan." Perintahnya kepada seluruh anak buahnya sambil mengeluarkan satu buah amplop coklat dari kantong celana sebelahnya lagi.
"Bu. Uang ini buat semua yang makan hari ini. Kalau kurang, besok saya tambahkan lagi." Ucap Greg kepada pemilik kantin sekolah itu.
Setelah itu ia kembali ke kelas.
Begitu tiba di depan kelas kembali Ia berpapasan dengan Sinto bersama Bu Evelin.
"Kau jangan dekat-dekat dengannya." Ucap Greg. Sambil menarik tangan Sinto dari samping Bu Evelin. Sehingga anak yang bernama Sinto itu jatuh terjerembab ke depan dua temannya yang duduk paling depan dekat pintu kelas tersebut.
Tetapi kedua temannya itu segera bergerak cepat menangkap tubuh Sinto yang oleng itu. sehingga Sinto tidak sampai jatuh.
"Hei. Kalian berdua. Apakah takut dengannya." Tegur Greg sambil menunjuk ke arah Sinto.
Kemudian ketika Sinto hendak membalikkan badannya. anak yang bernama Greg. Kembali memukul punggung anak itu sehingga ia kembali jatuh.
Dengan amarah yang meluap. Bu Evelin mendorong tubuh Greg yang besar itu sambil berkata, "Menjauhlah dari dia."
"Gara-gara kau. Kelas kita tidak belajar sama sekali. Kalian semua boleh pulang. Besok tiga mata pelajaran semuanya ulangan." ucap Bu Evelin dengan penuh nafsu amarah.
"Pulang?" tanya si Greg dengan curiga.
"Lalu kalau kau tidak mau mengajar. Buat apa kami bayar. Betul ngak teman-teman." Ledek anak itu terhadap wali kelasnya.
Tetapi semuanya diam saja. Tidak ada yang berani menjawab.
"Oh. Jadi, kalian semua sudah takut dengan anak baru itu, baiklah." Ucap si Greg yang bergegas menuju mejanya. Lalu ia menyambar tas sekolah miliknya sendiri. Kemudian ia bergegas keluar.
Sebelum ia sungguh-sungguh keluar. Ia kembali mendekati Bu Evelin. Sambil mendekatkan wajahnya ke wajah gurunya. Ia berkata, "Semuanya ini akan aku adukan ke kepala sekolah. Aku hendak lihat. Besok kau masih berada di sini atau sudah tidak masuk-masuk lagi." Ucap anak itu dengan nada penuh ancaman.
Bu Evelin menarik lengan anak itu. Tetapi dengan kasar anak itu menepisnya. Kemudian ia benar-benar keluar dari kelas tersebut.
Setelah anak itu keluar, kelas itu sunyi sekali tidak ada yang berani bicara satu patah kata pun.
Akhirnya anak yang bernama John buka suara, "Kalian semua harusnya mikir. kita semua sekolah di sini tuh bayar. Orang tua kita bayar mahal untuk kita belajar. Bukannya untuk seperti ini. kita semua harus bersatu agar dia. Si Greg. Tidak semena-mena terus. Kalau sampai Bu Evelin di pecat gara-gara dia. Kita boikot. Kita keluar juga dari sekolah ini. aku akan masukkan berita ini dan gambar-gambar ini semua ke koran. Agar sekolah ini di tutup saja. Dan biar polisi menangkap anak itu."
Ternyata semua teman-teman yang lain berteriak,
"Setuju!"
"Setuju!"
"Kami semua mendukungmu!" teriak beberapa orang lainnya.
Kemudian anak yang bernama Sinto itu mengangkat kedua tangannya. Begitu ia mengangkat kedua tangannya semua diam. Tidak ada yang berani buka suara satu anak pun.
Mereka siap mendengarkan apa yang akan diucapkan oleh pimpinan mereka.