Ketika mereka sedang naik, tiba-tiba dari atas ada tiga atau empat orang anak yang berlarian turun. Sehingga menabrak tubuh Sinto. Untungnya dia dengan sigap dapat memepet tubuh Bu Evelin ke tembok. Sehingga ia dan gurunya itu tidak sampai terjatuh karena anak-anak itu.
"Tuh, coba kamu lihat. Anak-anak kaya. Tapi liar seperti di sekolah murahan saja. Masih mending bersekolah di sekolah murahan, tetapi akhlaknya seperti orang-orang terdidik," ucap Bu Evelin gusar.
"Tapi, ibu sendiri tidak apa-apa kan?" tanya Sinto yang terlihat sedikit khawatir.
"Terima kasih, saya baik-baik saja." Jawabnya sambil bergegas naik dan langsung masuk ke dalam kelas.
Tak lama kembali bel berbunyi, tanda pergantian pelajaran.
"Baiklah anak-anak sekalian. Hari ini kebetulan Pak Matias tidak masuk. Sehingga Ibu yang akan menggantikannya."
"Berhubung Pak Matias sudah mengajarkan mata pelajaran sebelumnya, maka kita akan mengadakan ulangan."
Mendengar kata ulangan, "Ya Ibu. Kok ulangan sih." Teriak beberapa siswa dengan nada tidak senang.
Melihat itu Sinto bangkit berdiri, "Kalau kalian tidak mau ada ulangan, ya jangan sekolah. Pulang saja ke rumah."
Bu Evelin malah tertawa dan geleng-geleng kepala. Sedangkan sebagian dari mereka melemparkan beberapa benda ke arah Sinto.
Dengan kecepatan tangannya Sinto berhasil menangkap beberapa benda yang di lemparkan ke arahnya.
Akhirnya Greg dan teman-temanya masuk juga ke dalam kelas.
Begitu masuk dan sebelum ia duduk, "Liat saja nanti." ancam Greg terhadap Sinto. Setelah itu barulah ia duduk kembali.
"Anak-anak, karena ada temanmu yang berulah. Maka kita akan adakan dua ulangan sekaligus. Yaitu satu ulangan untuk mata pelajaran Pak Matias. Dan satu lagi adalah mata pelajaran saya ajarkan sendiri. Yaitu matematika." Kata Bu Evelin dengan suara tegas.
Mendengar itu semua siswa protes, kemudian Greg bangkit berdiri dan maju ke depan.
Ternyata ia langsung keluar kelas tanpa peduli teriakan Wali kelasnya.
Wali kelas itu berusaha mengejarnya. Tetapi begitu ia sampai di luar kelas, Greg sudah menghilang.
"Pasti dia ke kantin." Ucapnya pelan.
Lalu ia kembali masuk ke dalam kelas dan menulis dengan cepat di papan tulis.
Ada dua puluh soal matematika, sambil menulis ibu guru itu berkata, "Kerjakan di kertas kosong, kasih nama, tepat bel istirahat kedua, tolong di letakkan di meja ibu."
Tak berapa lama ia selesai menulis soal dan berbalik menghadap ke arah muridnya.
"Baiklah. Sekarang dua puluh soal untuk pelajaran Pak Matias." Kata Bu Evelin lagi.
Ia pun membalikkan badan kembali ke papan tulis.
Ternyata mata pelajaran yang diajar oleh Pak Matias adalah mata pelajaran Kimia.
Untuk soal ulangan Kimia hanya tujuh soal saja yang di tulis oleh Bu Evelin dipapan tulis.
Tetapi bagi sebagian siswa soal ulangan kimia itu sangat sulit.
Hanya beberapa anak saja yang dapat mengerjakannya.
Selesai menulis soal terakhir Bu Evelin kembali ke mejanya. Ia bersiap-siap hendak pergi lagi.
Pada saat itu Sinto bangkit berdiri sambil membawa kertas jawaban soal ulangan. Ia bergegas mendekati wali kelasnya. "Bu, aku sudah selesai."
Bu Evelin terkejut melihatnya, "Kamu...?!"
Salah seorang murid berteriak, "Jangan-jangan isinya asal-asalan."
Mendengar itu semuanya tertawa.
Bu Evelin berteriak histeris, "Semuanya diam!"
Mendengar itu seluruh siswa di kelas itu tiba-tiba diam semua.
Bu Evelin pun mengambil kertas jawaban dari tangan Sinto, ia membacanya sejenak, lalu tersenyum.
"Bagus." Puji Bu Evelin lagi.
Lalu ia menoleh ke arah muridnya yang lain sambil berkata, "John. Kamu harus hati-hati sama anak ini. rangking satu kamu bisa saja diambil olehnya."
"Maksud ibu?!" tanya anak itu jadi tak tenang. Ia segera bangkit berdiri lalu menghampiri mereka berdua.
"Coba aku lihat?!" tanya John penasaran.
Bu Evelin memberikan kertas jawaban Sinto kepada si John
Anak itu melihatnya sekejap, "Gile. Cepat dan tepat. Selamat ya. Aku mengaku kalah."
Setelah melihat hasil jawaban Sinto atas ulangan matematika dan kimianya, John geleng-geleng kepala saja.
"Hajar, bro!" teriak beberapa temannya yang lain.
Sebelum duduk John berkata, "Dia memang pintar dan tidak dapat di sogok." Kata John sambil memberi jempol kepada teman barunya itu.
Sinto membalas dengan cara membungkuk setengah badan.
John pun juga melakukan hal yang sama.
"Ya sudah anak-anak. Masih setengah jam lagi bel istirahat kedua. Ibu tinggal dulu," ucap Bu Evelin sambil melangkah keluar kelas.
"Bu." panggil Sinto dengan wajahnya terlihat sangat khawatir.
"Kamu di sini saja. Jangan ke mana-mana." Tegas Bu Evelin. Kemudian ia bergegas keluar. Setelah itu ia menutup pintu dari luar.
Begitu ia tiba di kantin, terlihat Greg sedang menghisap sebatang rokok.
Dengan beraninya Bu Evelin mengambil rokok tersebut dari mulutnya. Yang kemudian dibuang ke lantai serta langsung diinjak dengan kaki kanan guru itu.
Greg menoleh dan memandang guru itu sambil tersenyum. Lalu ancam anak itu sambil menunjuk ke arah wajah guru itu, "Mati kau."
Setelah berkata demikian ia hendak menampar wajah guru itu. Tetapi dengan sigap guru itu memegang tangan anak tersebut dan langsung membantingnya ke lantai, "Auw!" jerit Greg kesakitan.
Greg memang sengaja menjerit kesakitan. Karena beberapa temannya yang sedang asyik mengobrol di kantin. langsung menoleh ke arah mereka berdua.
Greg tersenyum sinis, lalu katanya perlahan, "Bersembunyilah, kalau kau tidak mau mati." Kembali anak itu menebar ancaman kepada Bu Evelin.
Setelah berkata demikian, seluruh murid yang ada di dalam kantin tersebut perlahan-lahan berjalan mendekati mereka berdua terutama sekali yang di tuju adalah Bu Evelin.
Melihat itu, Bu Evelin segera lari keluar dari kantin dan kembali ke kelasnya. Tak berapa lama. Terdengar suara gema tawa dari dalam kantin itu.
Bu Evelin semakin tergesa-gesa lari menuju ke kelas, ia justru saat itu sangat mengkhawatirkan Sinto.
Begitu ia membuka pintu kelas. Ternyata ia dibuat tertegun kembali.
Kali ini yang membuat dirinya tertegun bukan satu orang yang terluka, tetapi semuanya satu kelas hampir terluka babak belur.
Melihat kejadian itu, yang pertama-tama anak yang di datangi adalah Sinto. Karena ia lihat anak itu di hidungnya kembali mengeluarkan darah.
Bu Evelin membopong tubuh Sinto keluar dari kelas itu. melihat Bu Evelin hanya menolong Sinto. Semua murid yang lain berteriak-teriak, "Bu. Ibu. Tolonglah kami!" tetapi wali kelas itu mengacuhkan mereka semua. Karena ia yakin sekali, Sinto terluka lagi Itu semua perbuatan mereka.
Memang benar. Semua siswa kelas itu mendapat kode instruksi dari Greg. Agar kalau wali kelas mereka keluar, habisi anak itu.
Tetapi sayangnya yang di hadapi adalah juara taekwondo se-Jepang selama lima tahun berturut-turut. Dan juga juara samurai se-Jepang selama dua tahun berturut-turut.
Saat mereka berdua turun tangga untuk kembali ke ruang P3K, mereka berdua berpapasan dengan Greg.
Greg memandang sinis kepada Sinto lalu bisiknya, "Itulah akibatnya menentang aku."
Tetapi yang jawab malah Bu Evelin, "Urus sendiri tuh anak buahmu."