19 TAHUN YANG LALU
"OM JAY!" teriak Ares dan teman-temannya yang kemudian tanpa peringatan menyerbu masuk. Jayden hanya bisa menghela napas mengibaskan tangan ke udara. Anak-anak anggota The Seven Wolves menyerbu datang ke apartemennya. Di belakang mereka, para Ibu datang untuk menitip anak-anak mereka pada Jayden. Claire, Vanylla dan Deanisa masuk sambil membawa bayi mereka bersama.
"Hi, Jay!" ujar Claire memeluk dan mencium pipi Jayden seperti biasa, begitu pula dengan Vanylla. Deanisa memeluk Jayden beserta bayinya yang bernama Putri Alexander.
"Hai, Om Jay!" Deanisa meniru suara bayinya yang tertawa lebar pada Jayden. Mau tak mau Jayden hanya bisa tersenyum miris dan menghela napas. Ia memiringkan wajah dan mencium pipi gembul Putri yang cantik.
Jayden hanya bisa menggaruk kepalanya melihat rumahnya telah ramai dengan seluruh pasukan lengkap. Tak ada gunanya punya Penthouse semewah dan sebesar apapun. Semua sudut kecuali kamarnya dikuasai oleh seluruh putra-putri anggota The Seven Wolves.
Seluruh anak dimulai dari Rei, Venus dan Chloe. Lalu anak kembar Mars yaitu Jupiter dan Ares, ditambah anak Caleb yaitu Arion yang datang bersama Brema, putra Arya Mahendra. Tak hanya itu, Andrew anak semata wayang Shawn ikut datang membuat keriuhan makin lengkap. Tak lupa ada Jewel dan Cass yang hanya selisih beberapa bulan.
Sedangkan Vanylla membawa anak milik Aidan yang bernama Aldrich Tristan yang seusia Chloe. Chloe bahkan ikut membawa boneka kesayangannya untuk bermain bersama Mila dan Izzy.
"Aku berencana untuk tidur. Tapi ya terima kasih sudah datang," ujar Jayden dengan sarkas sambil tersenyum. Nisa dan Vanylla hanya bisa menyengir dan duduk dengan santainya di lantai berkarpet untuk bermain bersama bayi mereka.
Jayden hanya bisa menghela napas melihat ke segala arah. Sampai ia melihat Aldrich dan Jay memicingkan matanya.
"Uh, anak itu mengapa selalu usil!" gerutu Jayden langsung berjalan ke arah Aldrich yang mengambil boneka Chloe diam-diam dan menyembunyikannya di balik tirai. Jayden menangkap basah Aldrich yang kaget lalu menyengir lebar.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Jayden sambil berkacak pinggang dengan Aldrich kecil menengadah padanya.
"Aku tidak melakukan apa pun!" jawab Aldrich berbohong. Jayden makin memicingkan mata dengan ekspresi begitu menghakimi. Aldrich seperti ayahnya, ia pintar memasang wajah super imut menggemaskan yang akan membuat seseorang jadi luluh. Tapi tidak dengan Jayden. Ia sudah biasa menghadapi banyaknya trik dan taktik anak-anak sahabatnya. Terlebih saat Jayden mendengar Chloe menangis mengadu pada Claire karena bonekanya hilang.
"Jangan pasang wajah seperti itu pada Om Jay!" ujar Jayden memperingatkan. Aldrich jadi memipihkan bibirnya kesal.
"Lihat kamu sudah membuat Chloe menangis. Ambil bonekanya, kembalikan dan minta maaf!" sambung Jayden lagi dengan wajah serius. Aldrich terpaksa berbalik dan mengambil boneka yang ia sembunyikan lalu memberikannya pada Jayden.
"Bukan pada Om. Kembalikan pada Chloe dan minta maaf!" Aldrich terpaksa berjalan ke arah Chloe dan dengan wajah cemberut datang memberikan bonekanya. Chloe yang kesal malah memasang wajah marah pada Aldrich dengan matanya yang berurai air mata.
"Bonekanya sudah dikembalikan oleh Aldrich, jadi jangan menangis lagi Sayang!" bujuk Claire, sang ibu sambil tersenyum.
"Dasar jahat! Kamu pencuri!" sembur Chloe mengatai Aldrich. Aldrich kaget dan langsung membalas.
"Aku tidak jahat!" balas Aldrich dengan nada tinggi yang sama. Claire terpaksa menenangkan keduanya agar tak bertengkar. Jayden terpaksa menarik Aldrich agar ia tak mengambek.
"Kamu harus mengalah karena kamu adalah seorang laki-laki ..." Jayden berjongkok sambil memegang kedua pundak kecil Aldrich. Tapi Aldrich masih terengah setelah tadi meneriaki Chloe.
"Ald ... lihat Om Jay!" Aldrich langsung berpaling menatap Jayden yang tersenyum padanya.
"Jangan marah, kendalikan emosimu hhhmm ... itu hanya Chloe," jelas Jayden pada Aldrich.
"Tapi dia mengataiku jahat dan pencuri!" rengek Aldrich begitu kesal dan marah. Jayden mengangguk masih tersenyum.
"Dia hanya marah dan kesal. Dia tidak bermaksud mengatakan itu padamu." Aldrich masih kesal dan mengernyitkan keningnya.
"Kita bermain bersama ... ayo!" ajak Jayden mengalihkan pembicaraan. Aldrich pun ikut dengan Jay yang membawanya ke kelompok anak laki-laki. Untuk sesaat ia menurut saja.
Ares yang merupakan salah satu siswa bela diri privat bersama Jayden, mulai mencari perhatian dengan memukul-mukul paha Jayden. Jayden memang tidak pernah bisa menahan keusilannya jika berhadapan dengan Ares. Ia mulai menepis pukulan Ares yang semakin hari semakin terasa kuat.
"Seperti apa Om Jay mengajarkannya padamu, pukul seperti ini!" Jayden memberi arahan. Ares memang anak yang sangat menyukai ilmu bela diri. Dari umur dua tahun ia diperkenalkan Mars pada Taekwondo dan sekarang ia sedang belajar Wing chun dari Jayden.
Beberapa menit kemudian, Jayden mulai dikeroyok oleh anak-anak lelaki sebaya Ares. Ada yang bahkan naik ke pundak Jayden dan terus bercanda dengannya. Sudah tak ada lagi rasa kantuk ataupun lelah karena mereka tertawa dan terus bercanda. Ares sendiri sampai naik ke pundak Jayden yang sudah jatuh ke lantai sambil tertawa keras. Dan sebagai balasannya, Jayden akan menggelitikinya sampai ia puas.
"Aaaahhhh ... Om Jay, hentikan ... geli ... ahhha hahaha ... Jupiter tolong aku!" Ares tak sanggup lagi menahan geli akibat gelitikan Jayden sampai ia terpaksa meminta bantuan Jupiter. Dan dengan sigap Jupiter membantu dengan membalas menggelitiki Jayden.
"Aaaahh ... Om Jay menyerah ... Om Jay menyerah!" Jayden menepuk-nepuk lantai karena sekarang tubuhnya ditimpa oleh semua anak laki-laki, termasuk Aldrich yang tadi sempat murung.
Mars dan Arjoona baru datang menjelang siang. Sedangkan Jayden sudah lelah bermain dan bergulat bersama anak-anak itu.
Nisa meninggalkan bayinya sementara ia tengah membuat susu untuk Mila dan Izzy. Jadi Nisa menitipkan bayinya pada Jayden yang sedang melepaskan lelah di sofa. Ia akhirnya kebagian tugas memperhatikan bayi milik Nisa tengah belajar merangkak. Tak berapa lama kemudian, Mars datang dan mengobrol dengannya.
Sedangkan di salah satu sudut, Nana Tantria membagikan cemilan stik coklat pada semua anak-anak. Itu termasuk Ares yang mendapatkan dua buah stik coklat.
"Berikan padaku satu lagi, Ares!" pinta Andrew yang telah memakan satu stiknya dan tinggal satu lagi tapi masih ingin. Ares menjauhkannya dan menggeleng.
"Ini milikku!" Andrew mengerucutkan bibirnya karena penolakan Ares. Ares lalu menjauh dari Andrew. Ditolak oleh Ares membuat Andrew meminta pada Aldrich yang tak begitu suka coklat. Ares lalu memperhatikan Putri yang tengah sibuk dengan mainan teething sementara ayah dan pamannya tengah mengobrol di depannya. Ares memperhatikan di sekeliling dan semua orang sedang sibuk.
Ia berjalan pelan untuk menghampiri Putri lalu duduk bersila di depannya. Senyum Ares lantas mengembang saat Putri menaikkan wajahnya lalu menyengir dengan sedikit liur di bibirnya.
"Apa kamu mau coklat? Aku masih punya satu lagi!" Ares menunjukkan pada Putri. Sebagai bayi, Putri pasti akan meraih apa pun dan memasukkannya ke dalam mulut. Begitu pula dengan stik coklat tersebut.