Ares sedikit mendekatkan dirinya memberikan stik itu pada Putri yang terlihat begitu senang. Senyuman Ares begitu bahagia bisa memberikan sesuatu untuk bayi cantik itu.
Ares terkenal dengan kebandelannya, ia persis seperti Mars. Tapi begitu dekat dengan Putri dan ia berubah jadi perhatian. Jayden menangkap momen itu yaitu saat Ares memberikan kesukaannya pada Putri.
"Hey, Ares. Apa yang sedang kamu lakukan?" tegur Jayden pada Ares yang terus memandang Putri yang tengah berusaha memakan stik coklat itu. Senyum Ares langsung hilang dan ia menoleh pada Jayden.
"Tidak ada, aku cuma memberinya stik coklat," jawab Ares dengan wajah datar.
"Oh ya? Kamu menyukainya ya?" goda Jayden dan seketika wajah Ares berubah merah. Tanpa bicara apapun lagi, ia langsung berdiri dan pergi bermain kembali dengan Andrew dan Jupiter. Jayden jadi tertawa melihat Ares yang meninggalkan Putri begitu saja karena malu. Jayden pun akhirnya menghampiri Putri dan menggendong bayi itu sebelum membersihkan mulutnya.
"Ouch ... sini Sayang, biar Om Jay saja yang makan coklatnya ya. Kamu belum punya gigi kan?" ujar Jayden menggendong Putri yang memasukkan tangannya ke mulut dan sebelah lagi memasukkan stick coklat ke mulut Jayden. Jayden tergelak lalu mencium pipi chubby Putri dengan gemas.
Sedangkan Ares sudah berlari menarik tangan Jupiter ke arah ruang bermain.
"Ada apa?" tanya Jupiter setelah mereka berhenti.
"Tidak ada!" jawabnya singkat. Jupiter lalu melihat pada Ares yang tidak lagi memiliki stik coklat.
"Mana stik coklatmu?"
"Aku sudah memakannya!" Ares menyengir saja. Jupiter tersenyum dan memberikan stik coklat miliknya untuk Ares.
"Aku tidak begitu suka coklat, ambil saja untukmu!" ujar Jupiter memberikan miliknya. Ares tersenyum bahagia, dia sangat suka stik coklat.
"Terima kasih!" Ares mengambil snack itu dan menarik tangan Jupiter untuk kembali bermain.
Satu lagi hari berlalu begitu bahagia untuk seluruh anak-anak The Seven Wolves di kediaman Jayden. Malam harinya, mereka akan makan bersama di meja makan panjang yang memang disediakan untuk keluarga besar tersebut.
Saat berpisah untuk kembali ke rumah masing-masing adalah yang paling berat. Jika waktu 24 jam cukup lama bagi orang dewasa tapi tidak bagi anak-anak itu. Mereka malas pulang dan masih ingin terus bermain. Maka saat pulang adalah drama tersendiri. Beberapa seperti Ares dan Jupiter terpaksa harus digotong paksa oleh Jayden dan Mars agar mau masuk mobil.
"Bye ... Putri!" pekik Ares dengan keras dari balik kaca mobil pada mobil milik Bryan Alexander yang menjemput anak-anaknya. Nisa sempat melihat lambaian Ares lalu menaikkan bayinya sambil memegang tangannya untuk balas melambai sampai mobil tersebut berjalan lebih dulu.
"Ares, duduklah, Nak. Pakai sabukmu!" tegur sang Ayah Mars yang melihat Ares sibuk melambaikan tangan pada mobil milik Bryan.
Semakin Putri beranjak besar, ia semakin jadi bayi yang menggemaskan. Saat usia Putri menginjak usia 9 bulan dan sudah bisa duduk, Ares senang bermain bersama Putri jika mereka tengah berkumpul. Sampai suatu waktu, Nisa ingin mengabadikan foto Ares dan Jupiter bersama Putri. Ares begitu senang saat ditawarkan untuk di foto.
Tak tanggung-tanggung, Deanisa Alexander memakai studio foto profesional untuk mengambil foto dua putri kembarnya lalu Ares, Jupiter dan Putri.
"Boleh aku menggendong Putri, Aunty?" pinta Ares sebelum sesi fotonya bertiga Jupiter dimulai.
"Memangnya kamu mampu? Putri itu berat, Sayang," tanya Nisa dengan lembut sambil tersenyum. Ares mengangguk dengan yakinnya.
"Aku kuat!" Ares sampai memperlihatkan gaya seperti seorang binaraga dengan wajah yang sengaja ditekuk dan itu membuat Nisa seketika terkekeh.
"Tentu saja, kalau begitu setelah bersama Jupiter kamu bisa berfoto berdua dengan Putri, bagaimana?" Ares langsung menyengir mengangguk antusias. Vanylla yang melihat tingkah Ares begitu bahagia tak berhenti tersenyum melihat Putranya. Dalam hatinya ia berpikir jika Ares mungkin ingin seorang adik perempuan seperti Putri. Nisa pun menghampiri Vanylla saat anak-anak mereka tengah berpose bertiga.
"Aku rasa Ares sudah ingin adik baru!" goda Nisa pada Vanylla. Vanylla yang tersipu langsung mencubit gemas pinggang Nisa yang terkekeh.
Dalam foto itu awalnya Jupiter dan Ares berpose bersama Putri yang ada di tengah mereka. Lalu penata gaya memasangkan Ares dan Jupiter untuk sama-sama mencium pipi Putri bersamaan.
Baru setelahnya di foto ketiga, Ares benar-benar bisa menggendong Putri. Pose yang diberikan oleh Ares begitu natural. Keduanya tertawa dengan Putri menempelkan hidung mungilnya pada Ares yang tertawa lebar. Di foto selanjutnya, Ares bahkan bisa dengan leluasa mencium pipi Putri yang ia sukai.
19 TAHUN KEMUDIAN
Mobil Jupiter parkir dengan baik di garasi khusus mobil milik Ares King di salah satu apartemen termewah di New York. Ia mematikan mesin dan menoleh sambil tersenyum pada Putri yang memasang wajah cemberut.
"Ngapain kita kemari?" tanya Putri dengan pandangan kesal. Jupiter mendengus lembut dan tersenyum.
"Kak Jupiter harus ketemu Kak Ares dulu. Dia gak angkat telepon uda beberapa hari. Mungkin ada apa-apa," jawab Jupiter memberikan alasannya. Putri mendengus sinis dan menggelengkan kepalanya.
"Palingan sedang pacaran!" gerutu Putri sembari bergumam. Jupiter hanya tersenyum saja dan keluar dari kendaraannya. Putri pun ikut keluar dan menutup pintunya. Jupiter masih tersenyum manis lalu menjulurkan sebelah tangannya dan kemudian disambut oleh Putri yang ikut tersenyum.
Keduanya langsung masuk ke dalam lift pribadi yang menghubungkan langsung dengan apartemen Ares. Setelah menekan password dan menscan telapak tangannya, pintu lift tertutup dan Jupiter bisa menekan nomor lantai tempat Ares tinggal.
Bahkan di dalam lift pun, Jupiter dan Putri tetap berpegangan tangan dengan mesra sampai pintu lift terbuka dan langsung menuju ke apartemen Ares. Jupiter dan Putri keluar dari lift dan memeriksa ke sekeliling rumah.
"Sepi, kemana dia?" gumam Jupiter lalu matanya mengarah ke tangga menuju kamar Ares.
"Mungkin dia di atas, yuk!" ajak Jupiter membawa Putri bersamanya ke lantai dua. Putri hanya ikut saja dibawa oleh Jupiter. Ia sendiri belum pernah masuk ke dalam rumah pribadi kembaran calon suaminya itu. Rumah itu cukup lebar dan mewah untuk ditinggali oleh Ares sendirian. Tapi Ares tak pernah sendiri. Entah sudah berapa banyak wanita yang dibawa Ares masuk ke rumahnya.
Tiba di depan kamar Ares, Jupiter mengetuk pintu kamar. Suasana terlihat begitu lengang seolah tak ada penghuni. Dan itu membuat Jupiter mengetuk lagi pintu kamar itu.
"Ares ... apa lo di dalam?" panggil Jupiter masih menunggu dan mengetuk pintu beberapa kali. Tak berapa lama, pintu terbuka dan muncullah Ares di sana dengan sedikit sisa peluh tanpa atasan dan hanya memakai sweat pants.
"Aaa ..." Ares benar-benar tercekat melihat Putri dan Jupiter datang ke apartemennya tiba-tiba. Jupiter sudah mendelik dan menggelengkan kepalanya tak percaya melihat adiknya tengah asyik bermain dengan seorang wanita di kamarnya dan mengabaikan semua panggilan.
Putri langsung membuang pandangannya ke arah lain saat melihat Ares yang masih berkeringat dengan seorang wanita yang menarik selimut menutupi tubuhnya tak jauh dari tempat Ares berdiri.
Ares seketika salah tingkah dan baru sadar jika dirinya tak berpakaian. Ia lalu berbalik untuk mengambil jubah tidur miliknya. Saat itulah kening Putri sedikit mengernyit, di pundaknya terlihat pad luka berwarna putih yang tak lama kemudian tertutupi dengan jubah.