Chapter 35 - A Way Out

Ares bangun cukup pagi setelah istirahat yang tak begitu nyenyak semalam. Jadi ia memilih untuk berganti pakaian dengan hoodie dan celana olahraga panjang lalu memakai sepatu. Ares memasang musik pada earphonenya lalu mulai berlari mengitari taman kota di dekat apartemen mewahnya.

Ia juga ikut berjoging melewati beberapa toko dan cafe yang belum pagi karena suasana masih sangat pagi. Setelah cukup berpeluh, ia pun kembali ke apartemennya.

"Selamat pagi Tuan King!" sapa doorman yang membukakan pintu untuknya.

"Pagi!" jawab Ares sekilas tersenyum tipis. Kali ini ia masuk lewat lobi biasa. Sudah lama ia tak lewat sana. Beberapa petugas dan staf apartemen yang mengenalnya lantas menyapa dan ia pun tersenyum. Ares pun masuk lewat lift untuk penghuni dan naik ke lantai tempatnya tinggal.

Apartemen Ares memiliki dua pintu masuk. Tapi pintu masuk utama tetaplah dari lift yang langsung terhubung pada apartemennya. Pintu satu lagi adalah dari arah luar jika seseorang datang melewati lobi bawah.

Begitu masuk, Ares membuka hoodie beserta kaos lengan pendek yang telah basah oleh keringat. Masih terengah, Ares mengambil kaos bersih dan memakainya sambil berjalan ke dapur. Ia hendak minum saat melewati Andrew yang baru keluar dari kamarnya dengan penampilan kacau, rambut acak acakan dan sedikit terhuyung pusing.

"Pagi!" ucap Ares dengan santai mengambil botol susu lalu menuangkan ke dalam gelas. Andrew tak menjawab dan duduk di salah satu stoll di depan Ares. Ares pun menyodorkan segelas susu pada Andrew. Sambil menggaruk kepalanya, Andrew mengambil gelas itu dan meminum susunya sampai habis.

"Sudah lebih baik?" tanya Ares berdiri di depan Andrew memandangnya acuh.

"Kepalaku pusing." Ares tersenyum dan mengangguk.

"Itu tandanya kamu masih sehat."

"Kenapa aku bisa di kamarmu?"

"Jupiter yang membawamu kemari." Andrew mengangguk mengerti. Tentu saja Jupiter. Bukankah semalam mereka sampai melihat foto bersama. Ngomong-ngomong soal foto, Andrew jadi ingat sesuatu.

"Apa benar kamu menyimpan fotomu dan Putri di dalam laci meja dapur?" Ares mengernyitkan kening sambil menjilati bibir atasnya dari bekas susu. Andrew lalu menyengir dan menunjuk Ares.

"Pernah dengar seekor tupai yang jatuh dari pohon sewaktu ia melompat? Kamu adalah tupai itu. Sebentar lagi rahasia cintamu akan ketahuan oleh Jupiter. Dan dia tidak hanya akan memukul kepalamu tapi juga bokongmu!" umpat Andrew menyumpahi Ares. Ares hanya melihat dengan ekspresi datar dan dagu sedikit terangkat.

"Bisakah kamu tidak menyumpahiku?" Andrew terkekeh kecil.

"Aku lapar, buatkan aku makanan!" rengek Andrew membuat Ares kesal.

"Dasar gelandangan!" gerutu Ares dan Andrew malah tertawa. Ares pun membuka sebuah lembar dengan sentuhan tangannya dan mengambil setumpuk roti, selai coklat dan beberapa pisang.

"Kamu seperti orang goa, Ares. Mengapa kamu menyimpan makanan di dalam lemari?" Ares meletakkan roti di depan Andrew dan mulai mengolesi dengan selai coklat.

"Tempat itu adalah lemari kedap udara. Fungsinya sama seperti tempat penyimpanan makanan khusus dengan pengatur suhu sehingga makanan akan awet tanpa harus meletakkannya dalam kulkas," jawab Ares menjelaskan. Andrew membulatkan mulut dan menepuk tangannya.

"Kamu sangat berbakat menjadi seorang Leader, tidak salah jika Golden Dragon mengangkatmu sebagai seorang Leader. Apa kepala orang yang kamu bunuh juga bisa diawetkan di dalam lemari itu?" ejek Andrew sedikit memajukan wajahnya Ares yang sibuk memotong pisang.

"Tentu saja. Kepalamu adalah yang pertama kali bisa mencobanya!" jawab Ares santai dan Andrew hanya tergelak. Ia langsung mengambil roti coklat isi pisang itu dan memakannya.

"Hei, kita panggang dulu!"

"Tidak usah, aku sangat lapar!" jawab Andrew dengan cepat. Ares hanya bisa menghela napas melihat temannya yang sudah setengah seperti pengemis padahal ia adalah seorang polisi.

"Kapan kamu terakhir makan?"

"Kenapa?"

"Kamu tampak kurus dan kelaparan!" Andrew menghela napas dan terus mengunyah perlahan.

"Kamu tidak memakai narkoba kan?" tanya Ares lagi dan Andrew hanya diam saja.

"Bukan urusanmu!" Ares langsung memegang tangannya yang akan memasukkan roti lagi ke dalam mulut.

"Kamu sedang menyamar menjadi anggota kartel bukan berarti kamu ikut memakainya."

"Jika aku tidak memakainya mereka tidak akan percaya padaku!" Ares mendengus tak percaya.

"Ikut aku kamu harus di rehab!" Andrew melepaskan cekalan tangan Ares padanya.

"Berhentilah mengurusi urusanku, Ares. Urus saja kisah cintamu!"

"Kisah cintaku sudah berakhir saat Putri memilih Jupiter. Kamu tahu itu? Sekarang urusan kita adalah kamu. Aku tidak mau kamu jadi pecandu. Kamu adalah seorang polisi dan kamu bisa dipecat gara-gara ini."

"Bukan hanya aku yang melakukan ini!"

"Aku tidak peduli pada yang lain, aku hanya peduli padamu. Kamu saudaraku!" Andrew terdiam memandang Ares. Segurat rasa sedih membuatnya menelan ludah.

"Habiskan makananmu. Aku akan pesan sarapan saja buat kita!" sambung Ares lagi dan ia hendak mengambil telepon untuk memesan makanan. Tapi bel depan berbunyi tanda seseorang ingin masuk. Ares mengecek kamera pengawas dan ternyata itu adalah ibunya Vanylla. Ares pun menekan tombol ijin sehingga lift tersebut membawa Vanylla masuk ke apartemen putranya.

"Mom?"

"Hai, Sayang. Selamat pagi!" sapa Vanylla masuk lalu mencium pipi Ares. Dengan penampilan modis dan formal, Vanylla masih sempat berbelanja bahan dapur untuk Ares.

"Andy?" panggil Vanylla terperangah. Andrew menoleh dan tersenyum. Vanylla langsung menaruh belanjaannya dan berbalik memeluk Andrew.

"Oh, Sayang. Kamu kemana saja. Aunty sudah tidak lama melihatmu!" Andrew hanya tersenyum saja. Vanylla terlihat begitu bahagia bisa melihat Andrew di rumah Ares.

"Betapa beruntung aku datang hari ini! Karena kamu melupakan janjimu pada Mommy!" tunjuk Vanylla dengan delikannya pada Ares sementara ia masih melingkarkan lengan separuh memeluk Andrew.

"Andy sepertinya kamu harus mandi. Ayo pergilah ke dalam, aunty akan buat sarapan pagi yang spesial untuk kalian berdua!" Vanylla tersenyum menarik Andrew lalu mendorongnya lembut ke arah kamar. Matanya beralih pada Ares yang hanya bisa menyengir.

"Dasar anak nakal. Kamu bahkan tidak menelepon Mommy sama sekali!" Ares makin menyengir dan menggaruk kepalanya.

"Pergilah mandi dan bersihkan tubuhmu. Kamu masih berkeringat, uuugh!" Ares pun dengan cepat mencium pipi ibunya dan berjalan cepat ke arah kamar.

"Thanks Mom!" Vanylla hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah Ares.

Dan seperti dua anak baik dan penurut, usai mandi serta berganti pakaian, Andrew dan Ares duduk berdampingan di depan konter meja makan di dapur dengan piring penuh makanan sehat.

"Masakan Mommy adalah yang terhebat!" puji Ares sambil mengunyah.

"Sayang sekali kamu bahkan tak bisa memasak sampai sekarang!" sindir Andrew.

"Jangan bicara, kamu juga tidak bisa!"

"Apa yang kamu tahu!" balas Andrew.

"Sudah jangan berdebat, Ares, Mommy harus bicara denganmu!" tegur Vanylla sambil memberikan segelas jus pada Ares dan Andrew.

"Soal apa?"

"Soal wanita yang mengaku hamil darimu!" Andrew langsung berhenti makan dan menoleh pada Ares.

"Wow!" ejeknya membuat Ares ikut mendelik.

"Mommy sudah mengatur agar dia menikah." Ares menoleh pada ibunya dan mengernyit.

"Apa maksud Mommy? Mommy ingin aku menikah dengannya?"

"Tidak. Tapi aku ingin kamu jujur padaku, Sayang. Apa kamu menggunakan pengaman?" Andrew hampir menyemburkan makanannya gara-gara pekikan pertanyaan dari Aunty Vanylla. Ares langsung mengibaskan kedua tangannya.

"Mom, aku tak akan pernah lupa itu. Lagi pula semua kekasihku mengonsumsi pil kontrasepsi. Itu mengapa aku tidak percaya jika dia hamil!" tukas Ares mulai kesal. Andrew mulai terkekeh tapi ia berusaha tak tertawa atau ia akan tersedak dan itu menyakitkan. Vanylla mengangguk mengerti, kedua lengannya masih terlipat di dada.

"Baiklah, setelah ini selesai, Mommy minta kamu berhenti pacaran dengan sembarangan gadis. Aku tidak mau hal seperti ini terulang lagi!" Vanylla memperingatkan Ares yang mendelik kesal. Ia menoleh pada Andrew yang menahan tawa pada si playboy yang tak bisa lagi pacaran.

"Lalu apa yang akan Mommy lakukan?" Vanylla tersenyum dan menambahkan beberapa menu pada piring Ares.

"Mommy sudah tahu siapa pria yang sebenarnya menghamili Elliot. Tugasmu adalah menemukan pria itu dan membawanya pada Elliot. Selesaikan masalah ini dengan baik, Ares. Jangan bersikap kejam. Mengerti?" Ares mendengus kesal di antara delikan ibu dan tawa mengikik Andrew.