Ajeng dan Kala terlihat sangat kaget atas apa yang baru saja kukatakan pada mereka. Ekspresi wajah mereka berdua telihat meragukan ku dan tidak percaya atas apa yang telah kuucapkan sebelumnya.
"A- Ap- apa maksud dari kata kata yang baru saja kau ucapkan itu, Sekar? Bukankah kau memerluan senjata untuk dirimu sendiri? Bukankah kau ingin meminjam senjata yang bisa kau gunakan selama pertandingan duel itu nantinya?" Dengan bertubi tubi, Kala melontarkan pertanyaan pada diriku.
"Yah it-"
"Tunggu! Tunggu tunggu! Tunggu sebentar!" Ajeng dengan sikap dan tingkahnya yang teramat sopan seperti biasanya, lagi lagi memotong dan menyela pembicaraan. "Jadi semua ini... Ini... Kamu berangkat ke sana hanya untuk meminjamkan pria ini sebuah senjata?" Tanya Ajeng dengan ekspresi wajah tak percaya. Satu jari telunjuknya sibuk mengarah dan menunjuk nunjuk ke arah Kala yang masih berdiri di samping sebelah diriku.
"Ya. Tentu saja. Bukankah hal itu sudah jelas?" Jawabku dengan santai.
