Lu Junhan tidak berkata apa-apa lagi. Ia menyalakan dan mematikan pemantik api di tangannya beberapa kali dengan jari-jarinya. Raut wajahnya dingin, membuat kepala pelayan sulit melihat apa yang dipikirkan majikannya.
Kepala pelayan melirik sang majikan. Saat melihat Lu Junhan tidak menghentikan tindakannya, ia melanjutkan kalimatnya dengan mata tertutup.
"Gadis kecil itu mengganggu Anda saat perjamuan ini. Anda sudah mengusirnya. Keluarganya pasti sudah memperhatikan sejak lama, tapi mungkin mereka merasa gadis kecil ini tak bermanfaat dan memberatkan mereka, sehingga mereka menyuruhnya mengurus dirinya sendiri. Tapi, dia hanyalah anak-anak. Jika dia kehilangan uang dan meninggal, itu bukan masalah besar."
Keluarga kelas atas sebagian besar adalah keluarga patriarki, termasuk keluarga Lu. Anak perempuan memang kalah status jika dibandingkan dengan anak laki-laki.
Klik! Lu Junhan menutup pemantik api di tangannya.
Lu Junhan tersenyum dingin. "Untuk apa kau mengatakan hal ini? Gadis kecil itu hidup atau mati, itu bukan urusanku."
Namun, cahaya redup yang terpancar dari bagian bawah matanya tenggelam.
Kepala pelayan tidak mendengarnya dan meneruskan ucapannya. "Kematian gadis itu bukan sesuatu yang paling saya takutkan. Yang saya takutkan adalah jika dia diculik dan dijual. Akan ada orang yang mematahkan kakinya dan menyuruhnya turun ke jalan menjadi pengemis atau menjadi orang lain. Orang-orang dengan kebiasaan aneh akan mengambilnya dan memaksanya melakukan hal itu … "
Kepala pelayan mengucapkannya dengan sangat lancar hingga membuat Lu Junhan hampir mempercayainya.
"Terutama lagi, sebagian besar tamu yang datang hari ini adalah orang-orang terkenal di Haicheng. Anda tahu kepribadian mereka. Anak itu berada di sekitar para tamu yang masuk dan keluar hari ini dan sangat mudah ditemukan. Bisa saja seseorang diam-diam menculiknya … "
Pandangan mata Lu Junhan menjadi gelap.
Ia berada di lingkungan yang seperti ini. Tentu saja ia juga melihat begitu banyak pedofil di sekitarnya … bahkan mempermainkan anak-anak ini, entah dalam keadaan hidup atau mati.
Lu Junhan mendadak teringat bagaimana gadis kecil itu mendadak muncul dari dalam air dan memanggilnya 'ayah' dengan gembira.
Belum lagi ia terpikirkan bahwa mungkin saja gadis kecil itu diculik orang lain, dilecehkan, dan diperlakukan sebagai mainan oleh para pedofil yang menjijikkan itu. Betapa sedih dan kesal hati Lu Junhan saat ia membayangkan gadis itu dipaksa melakukan hal-hal yang menjijikkan dan nakal.
Kepala pelayan akhirnya menskak mat Lu Junhan, "Tapi, omong-omong, gadis kecil itu pantas mendapatkan nasib seperti ini. Siapa suruh dia muncul di hadapan Anda … "
Lu Junhan meliriknya dengan dingin, seolah memperingatkannya. Kepala pelayan segera berhenti bicara dan memperlihatkan ekspresi penuh harap di wajahnya.
"Tuan Lu, apakah Anda punya perintah … "
Pandangan mata Lu Junhan mendadak kabur dan ia membalas kata-kata kepala pelayan dengan dingin, "Pergilah dan bawa dia kembali."
Lu Junhan berkali-kali merasa bahwa ini tidak normal, bukan karena ia tidak menyadari kelainannya.
Karena ia tidak yakin, yang bisa dilakukan Lu Junhan hanyalah menemukan gadis kecil itu kembali dan mencarikan keluarga yang baik untuknya. Namun, gadis kecil itu tak mungkin masuk ke rumah keluarga Lu!
Ia tak mau sepanjang hari diganggu oleh gadis kecil pembuat onar yang memanggilnya ayah.
Tentu saja, Lu Junhan saat ini sama sekali tak menduga bahwa pada suatu hari nanti ia akan memaksa Lu Li memanggilnya ayah sepanjang waktu, karena takut gadis kecil itu akan jatuh.
Kepala pelayan itu sangat gembira mendengar perintah dari sang majikan.
Ia hanya mencoba yang terbaik yang ia bisa, tapi ia tak menduga bahwa usahanya berhasil.
Gadis kecil, tunggulah Paman. Paman akan segera membawamu kembali!
Tepat pada saat kepala pelayan hendak meninggalkan ruangan itu ...
Ponsel Lu Junhan mendadak berdering nyaring.
Lu Junhan melirik ponselnya, memeriksa siapa yang meneleponnya. Ekspresinya langsung berubah suram dan sekujur tubuhnya lemas saat mengetahui siapa yang meneleponnya.
Ingin sekali ia berpura-pura tak melihatnya, tapi bunyi ponsel itu terus berdering.
Yang bisa membuat wajah Tuan Muda Lu menjadi seperti itu kemungkinan besar hanyalah keluarga Song.
Yaitu bibi Tuan Muda Lu, Song Qingwan.
Orang tua Tuan Muda Lu meninggal dalam kecelakaan mobil saat ia masih kecil. Di keluarga besar Lu, hanya Lu Junhan, yang berusia tujuh tahun, dan adiknya, Lu Anran, yang berusia lima tahun, yang masih hidup.
Bisa dikatakan bahwa Tuan Muda Lu dibesarkan oleh Song Qingwan sendirian. Keluarga Lu juga menggantungkan hidupnya kepada Song Qingwan untuk bertahan hidup di Haicheng, sebelum akhirnya bisnis keluarga Lu diserahkan kepada Tuan Muda Lu dan berkembang menjadi raksasa yang sama sekali tidak bisa diremehkan.
Tanpa Song Qingwan, hari ini pasti tidak akan ada Tuan Muda Lu.
Tuan Muda Lu saat ini menguasai bisnis di seluruh Haicheng. Meskipun tak ada yang memperhatikannya, tapi ia masih menghormati bibinya ini.
Kepala pelayan menutup pintu diam-diam, sementara Lu Junhan berbicara dengan bibinya di telepon.