Erlan pun menerima tantangan dari temannya itu, dan juga hati Erlan tak munafik kalau ia juga menyukai akan fisik Asya saat ini, sebagai laki-laki normal tentulah menyukai suatu keindahan dan kecantikan yang tersaji di depan matanya saat ini.
Namun memang sudah menjadi sifat Erlan, bila ia mendekati wanita maka ia tak ingin hanya main-main, mana bajunya perasaan wanita itu sangatlah sensitif, Iya sangat takut dan tak berani untuk menyakiti serta mempermainkan hati wanita, karena ia sangat paham bagaimana perasaan wanita, ia tak mau ada wanita yang tersakiti seperti ibunya dahulu.
"Kenapa diam, lo takut!" Teman Erlan masih bertanya kepada Erlan, yang saat ini terdiam memikirkan masa lalu tentang ibunya yang dulu selalu menangis karena ayahnya.
"Aku bukan takut, hanya sedang berpikir, kapan waktu yang tepat aku akan mendekatinya." Jawab Erlan santai