Aku bahkan seperti tidak bisa membedakan apakah aku berada di tempat yang nyata atau khayalan semata. Aku tidak bisa berpikir jernih saat itu sehingga aku tidak bisa membedakan apakah aku sedang bermimpi atau tidak. Aku yang selalu berpikir menggunakan logika yang ada, sepertinya saat ini aku tidak bisa memikirkan apapun. Aku membuka pintu dan aku berada seperti di sebuah hutan, padahal aku membuka sebuah pintu yang berasal dari sebuah gubuk tua. Apakah hal itu mungkin? Ucap Jopardi berbicara sendiri dalam benaknya. Jopardi masih berpikir bahwa dia sedang bermimpi pada saat itu padahal dia berada di dunia penyihir, dimana dirinya saat ini tengah dikelabui oleh si pria bermata merah yang dia pernah temui sebelumnya.