Axenor menepuk-nepuk bahu Diandra pelan, "Hey.. Sudah pagi.. Ayo bangun.."
Diandra semakin meringkuk. Menolak dibangunkan.
Axenor berdecak malas, "Kenapa aku yang harus kena?" ia mengacak-acak rambut nya sendiri. Masih Frustasi.
"Awasi anak itu.." perintah Axenor pada pelayan pribadi nya.
Setelah pelayan itu pengangguk, ia pergi ke kamar mandi.
_
Belum lama Axenor dikamar mandi, pelayan pribadinya mengetuk pintu kamar mandi dengan agresif.
Axenor berdecak, "Ada apa??!"
"T-tuan.. R-Raja...hilang..."
"MAKSUD MU?!!"
"Diseluruh kastil.. Ra-Raja..ti-tidak ada tuan..."
"Kau bercandaaaaa!!!" Axenor semakin stres.
Mungkin besok dia gila.
_
Setelah berpakaian tugas, Axenor menghubungi Roanne dengan cermin ajaib.
Roanne menerima panggilan nya, "Jangan tanya aku."
"Bagaimana kau-"
"Lapangan pedang."
"Ken-"
"Ssssttt!! Pergi sana sebelum ada bencana alam." Roanne terlihat sedang mengerjakan banyak sekali tulisan disebuah kertas. Menatap Axenor seperti ingin tertawa.
Di non-aktifkan nya cermin itu, Axenor buru-buru menuju ke lapangan latihan pedang dimensinya.
_
*Tang ting tang ting
Suara pertemuan pedang terdengar dari lapangan.
Seorang panglima sedang beradu pedang dengan anak kecil. Terlihat, kalau anak itu lebih mahir dari panglima itu sendiri. Entah kenapa dan bagaimana dan apa alasannya. Atau hanya si panglima yang sengaja tidak serius?
Anak itu semakin serius dan terus memberikan serangan dari segala arah. Pengawal dan panglima lain hanya melihat. Kemampuan Anak Raja itu.
Panglima yang melawan Diandra kewalahan menangani serangan nya. Melihat musuhnya kerepotan, Diandra mengambil langkah cepat dan merebut pedang panglima itu.
Pedang panglima itu terlepas dari pegangannya dan terlempar ke udara.
Axenor yang baru sampai ke tempat kejadian perkara, langsung mencari anak yang dititipkan padanya. Matanya menangkap Diandra di tengah ring latihan.
Diandra menyeleding panglima itu sampai jatuh tiduran lalu melompat tinggi, mengambil pedang panglima yang ada diudara. Mengarahkan nya ke leher panglima itu, "Aku. Menang."
Axenor melotot melihat itu. Darimana Diandra tahu teknik itu? pikirnya dalam diam. Axenor menyadari kalau suara Diandra berubah dari terakhir kali ia bicara. Sangat berubah. Dingin, singkat, padat, jelas, dan tegas. Nada tak ingin di debat.
Diandra memutar pedang itu dengan jarinya dan melemparnya jauh. Pedang itu sampai dekat kaki Axenor. Tertancap ditanah.
Panglima Axenor bangun dengan sedikit merintih. Diandra mendekatinya dan membantunya bangun.
Awalnya, panglima itu sedikit terkejut, namun karena Diandra sudah menarik baju jirah tangan nya, ia menerima bantuan Diandra dengan malu-malu.
Panglima itu berlutut agar bisa bicara dengan Diandra, "Dimana Raja belajar semua gerakan itu?"
Diandra menatapnya kosong, "Pemimpin Darkside mengajari ku.."
Diandra menoleh ke belakang dan menangkap keberadaan Axenor. Diandra menghampirinya.
Kerumunan pengawal-panglima bubar.
Beberapa langkah lagi sampai ke Axenor langkah Diandra terhenti. Rahangnya mengeras, matanya melebar, tangan nya mengepal kuat, dan tertunduk.
Axenor yang menyadari ada yang salah dengan Diandra, menghampirinya, "Ada apa?"
Diandra menoleh padanya lemah, lalu menjulurkan kedua tangan nya. Meminta Axenor menggendong nya.
"Jangan bercanda. Kau it-!!!"
Diandra oleng ke depan dan Axenor buru-buru menangkapnya, "ADA APA DENGAN MU?!!"
"A...nne..." lirih Diandra lalu kesadarannya pergi.
Nafas anak itu berderu kecang. Hanya dengan merangkulnya, Axenor sedikit panik. Mata Axenor melebar ketika memegang tangan Diandra dan tidak menemukan suara nadi nya.
Petir bergemuruh pelan. Langit pagi menjelang siang yang semula cerah, kini berubah abu-abu.
Axenor menengadah melihat langit lalu melihat Diandra. Masih tidak menyangka kalau Alam sangat memihaknya.
Tiba-tiba disekeliling tanah tempat Axenor berpijak muncul lingkaran merah menyala. Lingkaran itu mengirimnya ke suatu tempat.
_____
Axenor membuka matanya dan menyadari kalau ia, Saat ini ada di Kamar Roanne. Matanya melebar.
"Berikan dia pada ku!!"
Axenor tidak sadar kalau Roanne berdiri didepan nya dan merebut Diandra dari rangkulan nya.
Roanne menggendong nya dan membawa anak yang kelihatan nya sesak nafas itu ke tempat tidur nya.
Axenor terkejut melihat Diandra yang kejang-kejang. Ia ingat betul, Diandra tidak seperti itu tadi. Beberapa menit yang lalu.
Roanne menidurkan anak itu ditengah tempat tidur nya. Membuka kancing depan baju nya dan menempelkan beberapa Pad kabel setrum jantung.
Axenor kembali terkejut dengan apa yang dilihatnya.
Roanne memberikan nya masker oksigen.
Untuk fantasi, ini modern.
Diandra mulai bernafas teratur dan tenang. Ia membuka matanya perlahan. Roanne duduk disamping nya khawatir.
Axenor menghampiri mereka perlahan-lahan.
Merasakan ada aura lain yang menghampirinya, nafas Diandra kembali berantakan dan ia mulai kejang lagi. Tangan nya meremas tempat tidur.
"Axen mundur 7 langkah.." Roanne menegangi tangan Diandra.
Axenor melakukan apa yang di pinta Roanne. Pertanyaan kembali berputar-putar di otak nya.
"Sayang.. Cantik.. Aku disini..." Roanne mencium punggung tangan Diandra.
Nafas Diandra mulai normal. Kejang nya berhenti.
Diandra mencoba duduk dan Roanne membantunya.
Roanne melambaikan tangan nya pada Axenor, "Kemari... Pelan-pelan..."
Axenor mendekati Roanne dan Diandra perlahan-lahan, "Tidak apa-apa?"
"Jangan bergerak tiba-tiba.."
Diandra menoleh ke Axenor perlahan dengan ekspresi datar dan kelam. Seperti akan memakan Axenor.
Axenor ragu.
Roanne menangkup wajah Diandra, "Sayang.. Ini Axenor.."
"Xe....no..."
Roanne mengangguk, "Iya sayang.. Dia juga akan menjaga mu.."
Diandra mengangguk pelan.
-Kalau kau ingin bicara, Telepati saja.- Roanne menatap Axenor.
Axenor balik menatap nya, -Dia tidak bisa mendengar kita?-
-Tentu saja bisa.-
Dahi Axenor mengerut, -Lalu apa gunanya Telepati?-
-Sudah lah. Jangan bahas. Apa yang mau kau tanyakan?-
-Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa anak ini bisa seperti ini?-
-Jadi..-
Axenor menyimak serius.
Diandra merangkak ke Axenor lalu memegangi tangan nya dan menatap wajah Axenor lemah.
Axenor menoleh kebawah dan mendapati Diandra memandangi wajah nya.
"Ia meminta mu menggendong nya.." Roanne menatap tetangganya dan anak asuh nya itu.
Axenor menatap Diandra datar, "Raja tapi sangat manja."
Tiba-tiba Diandra cegukan seperti sangat kehausan. Melihat itu Roanne panik, "PELAYAN!! AURE!!" panggil nya panik.
"Kenapa?" Axenor merasa seperti bocah polos tidak tahu apa-apa.
Aure dan 1 makhluk pelayan wanita masuk. Mereka kaget melihat ada Axenor juga disana. Tapi tidak berani berpikir macam-macam.
Mereka membungkuk hormat karena juga melihat ada Raja.
"Kalian ini! Ada yang lebih peting!! Bawakan kantong muntah!! CEPAT!!" Roanne kesal.
Makhluk yang lain berlari keluar kamar. Aure diam menunggu perintah selanjutnya.
Diandra semakin cegukan.
Roanne memeluk anak itu dari belakang dan mengusap-usap punggung nya, "Axen, jangan lepaskan tangan nya."
Axenor menatap Roanne risih, "Astaga. Memang kenapa?" Axenor mengibaskan tangan yang dipegang Diandra agar terlepas.
Seperti kucing muntah, Diandra memuntahkan cairan hitam bercampur darah setelah Axenor melepaskan tangan nya. Dan tidak berhenti muntah hingga masker oksigen nya penuh dengan cairan itu.
Axenor terkejut hingga mundur 2 langkah.
Roanne membuka masker oksigen Diandra dan membiarkannya memuntahkan apa yang ia mau keluarkan.
Pelayan yang disuruh mengambil kantong muntah, masuk dengan terburu-buru, namun kaget tidak karuan melihat apa yang ada didepan nya. Tempat tidur majikan nya basah oleh cairah tidak dikenal nya. Sontak kesadaran nya hilang saat itu juga. Ia jatuh tanpa ada yang menangkap nya.
Axenor hanya mampu melihat dengan ekspresi benar-benar tidak percaya dengan apa yang dilihat nya. Semua kacau sekali. Namun yeahhhh ia masih tidak tahu menahu ada apa gerangan.
Selesai memuntahkan apa yang ia mau, Roanne menarik Diandra dalam pelukan nya. Diciumnya kepala anak asuh kesayang nya itu.
Aure membangunkan yang tidak sadarkan diri meski ia pun berkeringat dingin setelah melihat apa yang terjadi.
Mata Diandra tertutup dan terbuka perlahan sekali. Kesadaran nya akan pergi liburan ke Dimensi lain sepertinya. Ia menangkap gambaran Axenor. Awalnya jelas, lalu semakin buram dan blur.
Tangan nya terangkat lemah. Terjulur ke arah Axenor.
Mata Axenor melebar melihat itu tapi ia menjadi salah tingkah lalu memilih diam ditempat ia berdiri saat ini.
Air mata merah Diandra mengalir perlahan.
Roanne semakin merangkulnya dan mencoba menahan kesadaran nya agar tidak jadi liburan.(:v)
Roanne mengikuti kemana mata Diandra pergi dan apa yang ditatapnya begitu ingin sekali.
Roanne menatap Axenor yang menatap Diandra tidak mengerti. Raut wajah nya tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
Karena tidak kuat lagi, Diandra tidak sadarkan diri...
Roanne panik
sedang Axenor tidak melakukan apa-apa