Chereads / Garuda's Daughter Is THE King / Chapter 18 - Petir Axenor Ravenous

Chapter 18 - Petir Axenor Ravenous

Pintu kamar terbuat dari emas terbuka lebar. Memperlihat isi kamar dengan jelas.

Dinding nya berwarna putih bermotif mandala klasik emas, lantai berwarna coklat dengan efek seperti asap mengkilat, langit-langit nya putih juga.

Kamar luas yang di dinding tengah nya terdapat tempat tidur bertirai mewah berwarna merah-keemasan. Banyak bantal tertata rapi berbagai bentuk, selimut coklat terlipat rapi dan sangat senada dengan tempat tidur nya.

Terdapat juga meja belajar, meja khusus untuk menaruh makanan dan minuman nya. Kursi belajar mewah, karpet lembut berwarna hitam polos.

Di ujung kiri terdapat peti besar, carpet kuning telur dan beberapa bantal disana.

Di sisi kanan terdapat sofa untuk 2 makhluk, meja bundar sedang, 1 sofa single, dan rak buku lebar. Buku bersampul kulit berbagai warna tertata sangat rapi dan tinggi nya sampai langit-langit kamar, dan vas bunga antik penuh dengan mawar putih yang masih basah.

Lampu tertempel di dinding dengan terang dan tidak membuat kamar menjadi seram karena latar nya berada di daerah DeepDark.

Chandelier emas tergantung dengan cantik dan menyala meski masih siang.

Ini adalah kamar dadakan. Bukan terencana karena yeah Diandra hanya dititipkan pada Axenor sebentar. Bukan selamanya.

Ravenous yang menggendong Diandra terkesan ketika masuk dan disuguhkan kemewahan ruang kamar Raja nya itu.

ada 4 pelayan pribadi Diandra, 1 pelayan Axenor, dan Axenor berdiri ditengah ruangan. Axenor membelakangi Ravenous.

Raut wajah Ravenous berubah drastis ketika melihat ada Axenor disana dan ia berusaha mengabaikan makhluk yang sangat ia benci sampai tulang sumsum nya itu.

Ia berpaling ke Diandra, "Bagaimana menurut mu?"

Diandra terlihat mengantuk tapi ia melihat-lihat sekitar kamar baru nya. Hidung mungil nya mengendus-endus udara, "Aroma nya berbeda.."

Ravenous menatap wajah Diandra, "Berbeda bagaimana hm?"

Axenor berbalik badan dan sepertinya sedang membaca segulung daftar kertas. Ia tidak menatap yang baru datang tapi mendengarkan.

Ravenous mengeratkan gendongan nya, "Kamu tidak suka?"

Diandra menggeleng pelan, "Bu-bukan itu.."

"Aku mendengarkan.."

"Aroma nya berbeda ran.. Itu saja..."

Ravenous tersenyum lalu menempelkan dahi nya pada Diandra dan sedikit bersandar disana, "Tidak apa-apa. Nanti juga kamu terbiasa.. Aroma baru ya?"

Diandra bersandar ke bahu Ravenous karena mengantuk dan memeluk erat boneka nya.

Axenor menoleh pada Ravenous, "Dia belum makan siang?"

Ravenous buang muka, "Hm."

Axenor menepuk wajah nya sendiri, "Aku sedang mencoba perhatian."

Ravenous berjalan ke arah tempat tidur Diandra dan benar-benar mengabaikan Axenor.

Melihat itu, Axenor sedikit menggeram kesal, "Aku akan ada diruangan ku." Axenor kesal karena Ravenous sama sekali tidak mau diajak bicara. Tapi lucu nya ia tidak tahu kenapa.

Ravenous menurunkan Diandra dan mendudukan nya di atas tempat tidur, "Anda pindah alam pun saya tidak peduli."

Axenor menoleh pada nya, "Aku sedang baik sekarang. Jangan menguji kesabaran ku."

Ravenous ikut menatapnya emosi, "Dengar. Pergi saja. Tidak perlu izin. Tak sudi aku merasakan keberadaan mu dalam satu ruangan."

Axenor memberikan gulungan yang ia pegang pada pelayannya, lalu maju 2 langkah, "Aku hanya mencoba sopan disini. Bukan untuk apa-apa lagi. Tapi kurasa itu tidak bisa kau terima dengan baik-baik."

Ravenous mengedikkan bahu, "Aku harus bagaimana? Aura keberadaan mu saja sudah membuat ku ingin memanggil pengusir jin."

Axenor menutup mata lalu mencubit pertengahan mata nya dan tangan kiri nya ada dipinggang, "Aku saja tidak mengerti dimana letak salah ku pada mu dan sekarang aku sedang mencari alasan itu dengan berusaha bersikap baik, kau menolak ku mentah-mentah? Apa-apaan ini?"

Ravenous maju 4 langkah, "Masih belum sadar juga rupanya 'Tuan Axenor yang TERHORMAT'?!"

Tubuh Axenor mengeluarkan aura merah dan hitam menyala, "Aku tidak keberatan melenyapkan mu dari seluruh Dimensi."

Ravenous mengeluarkan pedang nya dari sarung, "Coba saja kalau bisa!" tubuh Ravenous ikut mengeluarkan aura namun berwarna biru langit seperti asap.

Axenor tersenyum meledek, "Kita lihat. Seperti apa kekuatan mu sebagai 'Pelindung Raja'~"

Para pelayan berlari keluar kamar karena takut.

Meninggalkan Axenor, Ravenous dan Diandra. 2 aura kuat sangat terasa dari dalam kamar dan beradu satu sama lain.

Diandra yang melihat itu tidak tinggal diam.

Ia berdiri dari tempat tidur baru nya. Boneka nya terjatuh ke lantai karena ia lepaskan begitu saja.

Tiba-tiba langit berubah hitam dan gemuruh petir dalam gumpalan awan terdengar. Tanah bergerak pelan namun terdengar suara retakan dari jauh.

Lantai kamar itu mendadak seperti basah dengan cairan hitam pekat setinggi mata kaki makhluk yang ada disana. Cairan itu naik ke kaki Axenor dan Ravenous. Menyerap energi mereka perlahan-lahan namun dengan paksa.

Karena 2 makhluk itu adalah makhluk kuat, energi mereka tentu lebih banyak. Tapi kalau ditarik paksa keluar pun akan sakit.

Merasa ada yang menarik energi mereka secara paksa dari bawah, 2 makhluk itu menoleh kebawah dan mendapati ke2 kaki mereka ada sebuah cairan hitam pekat.

Ravenous terkejut. Begitu juga Axenor. Mereka berusaha melepaskan diri dari cairan itu karena semakin naik dan sudah mulai sampai paha mereka.

Diandra mengangkat tangan kanan nya dan membuat cairan hitam itu seperti ular lalu membelit pemimpim DeepDark dan Ksatria Raja itu hingga mereka meringis kesakitan dan dalam keadaan berlutut juga terbelit cairan hitam.

Diandra berjalan ke dekat mereka dengan mata merah menyala. Jelas tidak suka dengan konflik diantara 2 itu, "Aku tidak peduli dengan apa yang telah terjadi pada Kalian!" ucap Daindra dengan suara tegas dan bukan suara manis nya beberapa menit yang lalu. "Kamar ini adalah wilayah ku! Bukan arena bertarung makhluk-makhluk seperti kalian!!" Diandra mencekik Axenor dan Ravenous emosi.

'Sialan.' batin Axenor namun ia tidak bisa berbuat apa-apa karena terperangkap, energi nya sedang diserap dan leher nya dicekik keras.

Sedang Ravenous hanya bisa pasrah dan menjawab semampu nya, "Ugh... I..ini... Ti-tidak..akan.. Ukh.... ter..terjadi..lagi....Rajaa..."

Diandra melirik Axenor. Menunggu jawaban.

"Ti-ti..dak..akan.." ucap Axenor terpaksa walau sebenarnya ia ingin sekali menghabisi Ravenous. Tidak tahu mengapa.

"Aku hanya ingin istirahat! Bukan menonton kalian berdua saling membunuh!!" Diandra kembali membentak 2 makhluk itu.

Diandra melepaskan 2 makhluk itu dan mereka langsung lemas dan menarik oksigen sebanyak mungkin. Wajah mereka pucat dan hampir putih.

Diandra turun ke lantai. Darah mengalir keluar dari mulut dan hidung nya. Kilauan matanya berkurang dan menjadi sedikit kosong.

Ravenous menoleh pada Diandra dan menyadari keadaan nya, langsung menghampiri nya tidak peduli keadaan nya sendiri, "Raja. Ada apa? Kenapa bisa seperti ini??"

Diandra melangkah mundur, menjauhi Ravenous dengan tatapan datar.

Langit tidak gelap lagi namun awan menyisakan mendung. Tapi tak ada tanda akan hujan.

Axenor buru-buru keluar kamar. Tak ingin membuat masalah lagi. Ia sempat melirik Diandra dan Ravenous namun acuh lalu menutup pintu rapat.

Diandra berjalan ke sebuah rak disamping tempat tidur, dan mengambil beberapa lembar kertas tissue yang terlipat rapi diatas rak nya. Tangan mungil nya mengelap darah yang keluar dari hidung dan mulut nya. Ia mengerti sendiri.

Ravenous berlutut dibelakang Diandra, "Raja.. Maaf telah membuat masalah.."

Diandra tidak menjawab dan sibuk sendiri.

Seekor gagak bermata ungu yang sepertinya mengawasi seluruh kejadian sejak awal secara sangat diam-diam, terbang menjauh dari bangunan.

Ravenous mencari akal agar Raja nya itu tidak merajuk lagi. Tapi ia harus apa? Ia belum terlalu kenal dan Ravenous tahu betul, Jika ada Raja yang masih anak-anak, kepercaan mereka pasti menjadi hal pertama yang mereka utama kan. Dan kalau itu hancur, ucapkan selamat tinggal pada Ketenangan Hidup.

_____

Axenor berjalan resah menuju ruang makan. Memikirkan yang baru saja terjadi.

Memang tadi itu, salah satu salah nya juga karena bertingkah seperti anak kecil dan menyerang Ravenous tanpa alasan. Tapi Ravenous juga membenci nya tidak tahu kenapa. Sekarang ia harus bagaimana?

'Kalau kepercayaan Diandra tidak ada dipihak ku, mati aku dan Roanne akan menuntut ku pasti.' batin Axenor frustasi.

Tapi ia juga harus bagaimana hah?

Tiba-tiba ada segaris cahaya masuk lewat jendela yang sedang dibuka oleh pelayan.

Cahaya berwarna kuning membawa sebuah kertas dan mengarah pada Axenor. Membuatnya berhenti berjalan.

Axenor membuka tangan kirinya dan cahaya itu hinggap disana. Muncullah segulung kertas diikat pita merah.

Axenor menarik nafas dalam lalu membuka gulungan itu,

-Selamat!-

Kau membuat masalah lagi~ Nikmatilah mendung nya wilayah mu sampai kau berhasil membuat Nya kembali seperti saat aku mengirimnya pada mu~ :)

-*Roanne J. Catra*

Axenor meremukan kertas itu lalu melempar nya kembali keluar jendela.