Ravenous berdiri dan menggenggam erat tangan mungil Diandra. Mereka mulai berjalan menjauhi Axenor, Diandra menahan nya, "Tunggu.."
Ravenous menoleh, "Ada yang tertinggal hmm?"
"Ada.. Mawar ku.." Diandra menoleh ke pelayan yang membawa mawarnya.
Merasa terpanggil, pelayan pribadi baru Diandra berjalan mendekati nya. Melewati Axenor dan memberikan setangkai mawar merah berkilauan pada Diandra, "Ini.. Yang mulia.." pelayan itu memberi hormat sambil berjalan mundur.
Diandra menerima mawar itu, "Sudah."
"Kalau begitu kita pergi sekarang~" Ravenous kembali tersenyum lembut.
Diandra mengangguk.
Mereka mulai berjalan menjauhi Axenor.
Entah harus bagaimana Axenor. Marah? Senang? Kesal? atau??
Baru saja mau membuka mulut untuk bicara, Ravenous, yang sudah sedikit jauh dari Axenor, melirik nya dari ekor mata kiri nya dan mendelik pada Axenor lalu kembali menatap ke depan.
Axenor semakin tidak mengerti.
'Malient.. Ravenous.. Sebenarnya dimana kesalahan ku dan apa itu? Kalian menjauhi seakan aku ini penghuni permanen Neraka. Kenapa?? Tapi tidak pernah memberi ku petunjuk..'
Axenor menarik nafas dalam, "Pelayan Raja pergilah bersama Ravenous dan siaplah ketika Raja memerlukan sesuatu. Pelayan ku, kalian boleh pergi. Aku akan pergi ke ruang kerja ku." perintah Axenor.
Rombongan itu pun langsung terpecah dan mengikuti perintah Axenor lalu kembali pada tugas mereka hari ini.
_
Sampai di ruang Herbal.
Bau tanaman yang kaya akan oksigen. Harum bunga herbal memenuhi ruangan itu.
Melihat ada yang masuk, dan itu adalah Raja bersama Ksatria nya, Para Herbalist berhenti melakukan apa yang mereka lakukan lalu berjalan ke arah datang nya Raja mereka. Begitu juga para pelayan.
"Salam.. Yang Mulia Raja.. Dan Ksatria.." ucap mereka berbarengan.
Diandra mengangguk sebagai jawaban.
Ravenous meminta mereka untuk kembali pada apa yang mereka lakukan, "Untuk pelayan Raja, cukup 2 saja bersama ku.. Sisa nya siapkan kamar Raja.."
"Baik tuan.." 2 pelayan pergi dan 2 pelayan bersiap menerima perintah.
Ravenous berlutut pada Diandra, "Jadi, ada perlu apa kamu disini?"
Diandra melihat sekitar nya, lalu berjalan ke salah satu meja kayu tempat pembuatan herbal.
Karena meja itu lumayan tinggi, saat Diandra sampai kesana, hanya sampai dahi dan matanya yang terlihat.
Ravenous tersenyum ingin tertawa melihat itu. Raja nya sangat mungil.
Ravenous mendekatinya, "Perlu bantuan?"
Diandra menoleh dan mengangguk.
Ravenous tersenyum lalu menggendong anak mungil itu.
Herbalist yang dekat dengan meja itu menoleh dan menghampiri Diandra dan Ravenous, "Ada yang bisa hamba bantu yang mulia?"
Diandra malah menatap Ravenous takut.
Ravenous menatap nya balik, "Kenapa malah menatap ku begitu?"
Druid Herbalist itu tersenyum lembut, "Apa yang mulia takut? Tenang saja ya.. Hamba tidak akan melakukan apapun."
Diandra menoleh pada Druid itu lalu mengangguk pelan, "Aku.. Ingin.."
Druid itu menunggu kemauan Diandra dengan sabar.
"Ini.. Dijadikan..He-herbal.." Diandra menunjukan mawar berkilauan yang ia bawa sejak tadi.
Druid yang melihat mawar itu, mata nya melebar dan benar-benar penasaran, "Wahh darimana itu Raja?"
"Uhm.. Darah ku.."
Ravenous dan Druid itu terkejut berbarengan, "Jadi, Yang mulia terluka?" ucap Ravenous khawatir.
Diandra menunjukan jari manis nya yang sudah dibalut perban kecil, "Anne.. sudah mengobati nya.."
Ravenous mengambil nafas lega, "Syukurlah.."
Druid itu menerima mawar yang diberikan Diandra, "Ini. benar-benar indah Raja.. Hamba belum pernah melihat mawar secantik dan seberkilau ini." puji nya.
Diandra menyembunyikan wajahnya di bahu Ravenous karena malu.
Druid itu tertawa pelan, "Akan hamba lihat bisa jadi apa ini ya, Raja.." Druid itu memberi hormat lalu pergi menganalisa mawar itu.
Ravenous memeluk Diandra dalam gendongan nya, "Tidak perlu takut lagi ya. Semua yang ada di kastil ini akan baik pada mu."
"Tapi.. 1 tidak tuh.." Diandra mengingat Axenor.
"Dia tidak berguna. Biarkan saja."
"Tapi.. Kalau tidak berguna.. Kenapa ia bisa jadi pemimpin?.."
Ravenous tidak bisa menjawab..
_
Di lorong kastil menuju kamar Diandra, ia dan Ravenous banyak bicara dan bercanda walau Diandra berada dalam gendongan Ravenous.
Yang mereka bicarakan seperti nya penting namun diselingi dengan candaan Ravenous dan Diandra pun jadi tertawa.
Tak lama, ada elf bertelinga singa, wanita dewasa memegangi tangan seekor anak laki-laki yang mirip dengan wanita itu. Seperti nya ibu dan anak.
Sang ibu memakai rok hanya sampai lutut bawah nya berwarna coklat dan baju putih tak berlengan dengan kerah menutupi seluruh leher nya. Sedang anak nya memakai kaus berwarna hijau rumput dan celana hitam.
Menyadari keberadaan Diandra, ibu dan anak itu berlari kearah Ravenous.
Diandra yang melihat itu ingin turun dari gendongan Ravenous dan Ksatria nya mengikuti kemauan nya.
Ibu dan anak itu sampai di hadapan Diandra dan mereka langsung berlutut, "Maha Raja.."
Diandra memiringkan kepalanya bingung, "Kenapa?"
"Ha-hamba.. Istri dari.. Pengawal kastil.. Gonn.. Qza Gonn.." sang ibu memperkenalkan diri, "Da-dan.. Ini.. Putra hamba.. Qelias Gonn.."
Diandra sedikit tersenyum, "Aku ingat Qza."
Ravenous berlutut di belakang Diandra, "Siapa Qza Gonn?"
Istri Qza menoleh ke arah Ravenous, "Ampun tuan.. Begini cerita nya.."
Ravenous menyimak serius.
"Keluarga hamba.. Jatuh miskin dalam beberapa tahun terakhir.. Hingga kami benar-benar tidak memiliki apa-apa lagi... Kami menjual semua yang kami miliki.. Tanah, perhiasan, pakaian bahkan sampai persediaan makanan kami terpaksa kami jual tuan...."
"Aku turut prihatin.." ucap Ravenous iba.
"Terimakasih tuan.. Lalu, dimasa sulit kami, entah apa yang sudah suami ku lakukan.. Uang bagian nya ditahan setahun penuh oleh Tuan Axen.. Suami ku hanyalah pengawal biasa tapi aku tidak mengerti ia berbuat apa jadi sampai itu terjadi..."
"Lalu setelah itu bagaimana bu?"
Diandra angkat suara, "Aku melihat nya beberapa hari yang lalu? Sedang memohon-mohon pada pemimpin disini bersama dengan kawan pengawal nya yang lain.. Dan salah satu dari mereka adalah kusir.. Mereka angkat bicara saat terjadi masalah pada perjalanan mereka ke Wallace waktu itu.."
Ravenous menoleh pada Diandra takjup, "Kamu tahu itu dari?"
Sang istri terkejut. Sebegitu kejamnya kah pemimpin nya sampai-sampai suami nya angkat bicara saja salah?
Sedih hati nya mendengar suami nya diperlakukan tidak baik.
"Aku mencari informasi nya dari pemimpin itu.. Habis..pengawal-pengawal itu tidak mau memberitahu ku kenapa mereka bersedih."
"Apa yang kamu lakukan pada axen kalau begitu?"
"Aku menganalisa isi otak nya." jawab Diandra polos.
Ravenous terkejut tapi juga ingin tertawa.
Ibu dan anak itu dibuat bungkam. Ternyata ada yang berani menjelajahi otak Axenor. Entah isi nya apa selain darah, urat nadi, tulang, dan sel-sel intinya.
"La-lalu?" Ravenous benar-benar ingin tertawa namun ia menutup mulut dengan tangan dan menahan tawa nya.
"Aku membaca kalau itu yang mereka lakukan. Pemimpin itu menganggap apa yang mereka lakukan itu lancang, jadi ia menghukum mereka dengan menahan uang jatah mereka ber4."
Ravenous memeluk Diandra dari belakang, "Apa yang terjadi selanjut nya?" dengan wajah masih ingin tertawa sejadinya.
"Aku memberikan mereka gelang ku dan ku minta mereka menjualnya agar mereka bisa mendapat uang dari itu."
Ravenous manggut-manggut.
"Tuan.. Bukan gelang biasa tuan.." protes sang istri.
Alis Ravenous naik sebelah.
"Gelang yang diberikan Maha Raja, adalah gelang seharga 450ribu koin emas tuan.."
Rahang Ravenous terbuka lebar mendengar harga gelang Diandra.
"Itu yang dikatakan penjaga penggadaian tuan.. Hamba nyaris pingsan saat itu mendengar jumlah nya.."
Ravenous membalikan tubuh Diandra agar menghadap nya, "Kenapa kamu malah memberi mereka gelang mu dan bukan bilang saja pada Axenor untuk melepaskan hukuman mereka?"
Sang istri sadar kalau ia harus mengembalikan semua itu karna sepertinya Ravenous akan melakukan nya secara paksa. Ia terdiam dan hanya menunduk menatap putra nya.
Diandra menggeleng, "Itu tidak akan berhasil Ran. Lagipula, 450ribu koin itu, ku minta agar mereka bagi 4 untuk semua keperluan mereka. Bukan untuk Qza saja."
Ravenous tersentuh, "Calon Raja pintar." puji nya mengelus kepala Diandra.
Raja mungil itu tertawa pelan setelah dipuji.
Istri Qza angkat bicara takut-takut, "Apa..hamba perlu mengembalikan uang itu tuan..?"
Diandra dan Ravenous menoleh namun Diandra yang angkat bicara, "Tidak. Itu untuk kalian. Kalian ber4. Bagi rata."
Ibu itu pun menangis haru mencium kaki Diandra namun anak itu membangunkan ibu itu, "Kenapa ibu mencium kaki ku? Itu tidak perlu. Tugas ku menolong rakyat ku."
Sang ibu terus menangis haru. Diandra memeluk nya.
Putra Qza hanya menatap itu dengan bingung.
Ravenous tersenyum tersentuh melihat perilaku Diandra pada rakyat nya itu. Berarti, tidak salah anak ini menjadi Raja.
Tak lama, banyak ibu lain muncul dari belakang istri Qza, dari lorong lain. Mereka pun ikut mendekati Diandra dan berterima kasih pada nya. Karna Raja baru mereka, Mereka yang jatuh miskin mendadak karena bencana, tidak jadi miskin lagi dan hidup mereka bisa kembali jaya bahkan lebih.
Ravenous berdiri dan hanya bisa menatap yang berterimakasih pada Raja baru mereka. Ia meminta pengawal yang ada disana membiarkan apa yang sedang terjadi. Kalau Ravenous tidak ada disana, mereka sudah diusir dari sana.
Tak lama setelah itu, Satu-per-satu istri para pengawal yang telah Diandra tolong, pamit pulang dan mengurusi urusan baru mereka setelah ditolong.
Diandra hanya diam dan mengangguk pelan lalu ikut memberi hormat pada mereka.
Setelah semua bubar, Ravenous menggendong Diandra dengan senang dan bangga, "Aku benar-benar bangga pada mu!" diterbangkan nya Diandra ke atas lalu ia tangkap lagi.
Diandra tertawa senang.
Setelah beberapa kali, Ravenous memeluk nya dalam gendongan, "Kerja bagus. Aku akan memberi mu sesuatu. Kamu suka coklat?"
Diandra mengangguk cepat, "Aku suka sekali."
Ravenous tersenyum lebar, "Kalau begitu besok akan ku bawakan yang banyak."
Diandra tertawa senang.
Ada seorang pelayan Diandra menghampiri mereka, lalu ia memberi hormat, "Salam tuan.. Maha Raja.."
Diandra dan Ravenous menoleh.
"Kamar baru Raja sudah siap.."
Ravenous menoleh ke Diandra, "Mau lihat kamar baru mu hm?"
"Aku mau.. Aku lelah..."
Ravenous mencium lembut pelipis Diandra dan anak itu terkejut, "Maaf aku tidak bilang dulu.. Tapi kamu benar-benar baik hari ini~"
Wajah Diandra merah padam lalu ia sembunyi di bahu Ravenous dan yang disenderinya tertawa pelan, "Beritahukan jalan nya pelayan."
Pelayan itu tersenyum lalu mempersilahkan Ravenous jalan duluan, "Lewat sini tuan.. Maha Raja.."