Bab 41
Waktu tak Kembali (5)
Bimo tahu dia tak bisa terus larut dalam sesalnya, jika dia terus menuruti keinginannya untuk bersedih dia tidak akan bisa melakukan apa pun untuk membahagiakan orang-orang yang disayanginya.
Bimo terbangun dari tidurnya dan menenggak aspirin yang telah disiapkan Kaira di nangkas. Bimo langsung bergegas ke kamar mandi setelahnya berpakaian dan keluar kamar menghadapi Kaira.
Mungkin inilah saatnya. (Sedikit flashback dari bab 36-38)
"Mas Bim sudah mendingan?" tanya Kaira sambil meletakan cangkir kopi Bimo di samping Bimo saat dia telah duduk di kursinya. Melihat dari raut Bimo yang masih sayu kekhawatiran tergurat nyata.
"Hem." Dehem Bimo sekilas sambil memainkan ponselnya.
"Apa tidak sebaiknya mas Bim hentikan kebiasaan buruk mas Bim itu?" tanya Kaira hati-hati sambil meletakkan piza hangat dari microwave ke meja makan.
"Kebiasaan yang mana maksudmu?" cuek Bimo sambil mencomot satu potongan piza.