Sesuai dugaan Luna, mereka makan di cafetaria dekat kantor. Dari sini matanya bisa menilai dan mengabsen siapa saja yang datang dan pergi. Kebetulan Dikta duduk dan memilih meja di sebelah kanan, paling sudut.
Di pikiran Luna sekarang adalah apakah Dikta sengaja mencari meja makan di pojokan gini agar tidak berpapasan dengan wanita yang ditolaknya di dalam lift. Semoga gak ketemu deh, minder duluan soalnya.
Sambil menunggu pesanan, Dikta sibuk dengan notebooknya, penggila kerja memang seperti itu. Makan pun tak bisa lepas dari kesibukan, karena bagi mereka, kehilangan satu menit saja, kesempatan tak akan datang lagi.
"Tadi aku pesan jus kiwi, kamu suka itu gak?"
"Aku omnivora kok, Kak."
"Setua itu ya, aku rada geli kamu panggil aku Kaka, jujur sih."
"Ya terus apa? Kan kak Dikta teman kak Leon, masa iya, Bang? Mang?"
"Terserah deh." pasrah Dikta.