"Kapan jadinya kita ketemu Jingga, Ra?" Sigit akan mengatur waktunya untuk menutup kedai ini karena bertemu dengan Jingga juga membutuhkan waktu yang lama, dia hanya ingin memastikan kkapan dan jam berapa agar dia tak kesiangan atau apa. "Ra?"
Aura mengangkat kepala, dia tertidur sambil memegang buah yang siap potong rupanya, beruntung pisau itu tak mengiris jarinya, hanya menggantung saat dia terlelap, tugas yang menumpuk di masa akhir memaksanya untuk terus belajar dan begadang lama, dia mengantuk saat di kampus dan kedai ini, maunya tidur seperti apa yang Sigit katakan, tapi dia tidak tega kalau kekasihnya itu hanya menjaga seorang diri.
