"Ya ampun masih sakit," gumam Jingga, dia terbangun dengan benda berat ada di atas perutnya, mau bergerak dan memindahkan kaki yang terbujur semalaman saja rasanya berat dan sakit sekali. Sepertinya dia harus membeli salep peregang lebih dulu agar ototnya lemas di bawah sana, atau lebih baik dia berendam cukup lama di air hangat setelah Andra pergi bekerja.
Jingga cubit-cubit pipi suaminya itu, semalam sebenarnya Andra meminta lagi karena dia tak ke luar rumah dan bisa bermalam dengan istrinya tanpa fikiran berat, tapi kesakitan yang Jingga keluhkan membuatnya berhenti untuk melakukan dan meminta haknya itu, entah dia yang terlalu kuat atau Jingga memang sangat menggoda sampai dia ingin dan terus ingin mendekat pada istrinya itu.
"Kak, bangun ayo kan kerja ini!"
"Hem?" Andra buka matanya, sudah pagi, perasaan dia baru saja bisa tidur di pelukan istrinya itu. Andra teguk air putih yang ada di nakas samping ranjangnya, lalu beringsut memeluk dan mencium Jingga sebelum turun.