Keesokan paginya, ketika Jin-Ae terbangun Karena sinar mentari mengusik matanya. Dia Dengan tertatih memilih menggerakkan tubuhnya yang terasa pegal sekali. Indra penciumannya terasa lebih aktif saat mencium aroma makanan yang sepertinya enak.
"Kakak? sudah bangun, ayo sarapan bersama. Aku sudah bawakan makanan yang kakak suruh semalam, kita bisa makan sekarang." Jin-Ae yang mendengar suara adik perempuannya, langsung mengangguk dan memilih bangun. Dia berjalan ke arah kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi, tak lama dari itu dia langsung keluar dari sana dan berjalan ke arah kedua adiknya.
"Kalian beli yang banyak? makanlah, kakak cari uang memang untuk kalian. Jangan dikit-dikit makannya, yang banyak." Ujar Jin-Ae yang sudah menyuruh kedua adiknya makan, mendengar perintah dari kakaknya. Kedua ada remaja yang masih polos itu langsung menyantap makanan yang telah mereka beli dengan sangat lahap.
Jin-Ae hanya melihat saja, dia tersenyum senang karena dapat melihat kebahagiaan kecil dari wajah adik-adiknya. Dia mengambil satu mangkuk sup daging dengan potongan kentang dan wortel. Baginya itu saja sudah cukup, yang terpenting adik-adiknya makan lebih banyak. Apa yang di inginkan seorang kakak di dunia ini? pasti dia hanya ingin menjadi seorang kakak yang bisa berguna bagi adik-adiknya.
"Kakak? aku sudah membeli kasur seperti apa yang kakak perintahkan semalam, Nanti siang kasurnya akan di antar oleh kurir. Kami juga sudah memilih beberapa pakaian dan peralatan sekolah terbaru, kami juga membeli laptop dan handphone. Seperi apa yang kakak Inginkan, Kakak? terimakasih ya.. Kakak bekerja sangat keras pasti, hingga bisa mengumpulkan banyak uang. apakah hari ini kakak akan kerja lagi?." Tanya Adik perempuannya.
"Sama-sama, kakak akan bekerja sangat keras. Untuk Kalian, yang harus kalian lakukan hanya satu. Belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai terbaik, kalian harus bisa masuk universitas terbaik. Mendapatkan beasiswa dan bisa bekerja di perusahaan yang besar. Jadi suatu hari nanti kakak lelah bekerja, kakak bisa menumpang pada kalian." Jin-Ae berkata sambil tertawa kecil, kedua adiknya menganggap hal itu serius. Tentang kakaknya yang pasti akan lelah bekerja.
"Tentu, kami akan belajar dengan baik. Kakak akan kami berikan uang bulanan setelah kami mendapatkan pekerjaan yang bagus Nantinya." Adik laki-laki Jin-Ae langsung memberikan jempolnya sebagai tanda yakin. Dia memakan lagi ayam panggang dan beberapa lauk lainnya.
Jin-Ae hanya tersenyum kecil, mengelus pelan satu persatu Kapala adiknya.
"Katakan pada kakak, jika Kalian butuh sesuatu. Oh ya.. kakak hari ini mau ke perpustakaan nasional, mau mencari beberapa buku. Kalian di rumah jaga ibu ya, jika salah satu mau keluar. Yang satu harus di rumah oke?." Jin-Ae memang selalu mengingatkan apa yang harus di lakukan adik-adiknya.
"Ok kak!." Jawab adiknya bersamaan, mereka kembali melanjutkan acara makan pagi itu dengan hati yang gembira. Untuk pertama kalinya mereka bisa makan banyak lauk dan tidak harus memikirkan nanti makan apa. Kebahagiaan orang-orang kecil seperti mereka memang sangat sederhana.
Di lain tempat...
Mansion besar keluarga Hideyoshi, para pelayan sibuk menyediakan sarapan dengan sangat baik. Mereka semua berdiri menyambut satu persatu anggota keluarga inti yang berjumlah kurang lebih 10 orang. Semuanya terdiri dari Tuan Besar keluarga Hideyoshi, Nyonya Besar Hideyoshi, Lalu Nona dan Tuan muda mereka.
Duduk dengan rapih satu persatu ke bangku mereka masing-masing. ada 2 Nona muda dan 3 Tuan muda. Keseluruhannya menatap Tuan besar yang sudah tersenyum ke arah mereka semua.
"Bagaimana tentang kelanjutan kompetisi itu?." Tuan besar sudah bertanya, dia mengambil beberapa potong buah dan menatap ketiga anak laki-lakinya yang sibuk meminum jus milik mereka masing-masing.
"Biasa saja, Tidak ada yang menarik. aku rasa tidak ada wanita yang cocok untuk kami pilih menjadi seorang istri Tahun ini." seorang laki-laki dengan mata berwarna coklat Berkata dengan sedikit malas dan tidak berminat.
"Aku dengar kalian sempat memulangkan wanita cantik yang masih perawan? Memberikannya Uang yang tidak sedikit aku rasa. siapa dia dan kenapa harus dia?." Tuan besar itu masih bertanya, dengan nada yang tenang dan tidak menekan psikis anak-anaknya.
"Kasihan saja, dia sepertinya mengikuti kompetisi itu hanya untuk uang. Dia saja tidak tau cara bercinta, Bagaimana bisa dia memuaskan salah satu dari kami? dan Lagipula, Daddy mencari wanita yang bisa kami nikahi dan melahirkan keturunan. Jadi tidak ada salahnya kami Memilih yang pantas dan cukup layak." ujar salah satu anak lelaki paling tua.
"Kasihan? aku tidak pernah tau kau punya rasa kasihan yang kau sebutkan tadi. Jadi? katakan alasan sebenarnya." Tuan besar Hideyoshi masih mencoba untuk mencari tau tentang alasan anak tertuanya melakukan hal yang terlihat sedikit aneh.
"Sudahlah, apakah hal seperti ini harus di bicarakan dengan jelas? lagipula uang yang berikan hanya recehan tidak berguna, tidak usah kita rusak sarapan pagi ini untuk Pertanyaan tidak penting Seperti itu." anak lelaki yang paling tua itu langsung Menghela nafas panjang karena merasa tidak nyaman dengan obrolan yang terjadi.
"Baiklah, jika itu yang kau inginkan." seorang ayah yang tidak mau terlalu mengusik ketenangan anaknya, dia memang jarang sekali berada di dekat anak-anaknya. jadi dia merasa tidak terlalu dekat secara hati ke hati pada mereka.
Sarapan pagi hari itu berlalu begitu saja tanpa obrolan yang serius, keheningan merayap dengan aneh di setiap sudut ruangan.
Mata cantik dari seorang wanita yang biasa di panggil ibu oleh anak-anaknya, saat ini sudah memegang tangan anak pertamanya dengan erat.
"Nak? Jangan terlalu sering emosi, kau harus mengontrol diri sendiri." dia adalah Nyonya Mansion itu, seorang ibu yang sangat di hormati oleh anak-anaknya. walaupun keberadaannya memang jarang Terlihat di dalam Mansion.
kenapa? karena memang dia sangat sibuk dengan beberapa urusan, Merupakan wanita yang diam-diam melakukan kegiatan amal untuk orang-orang membutuhkan, Hanya keluarganya saja yang tau. orang-orang di luar sana menganggap Nyonya Hideyoshi hanya senang berfoya-foya dan berlibur di suatu tempat mahal.
Ya.. Begitulah, Keluarga mereka jarang sekali mengekspos kegiatan yang sering di lakukan. hal-hal pribadi selalu di simpan rapat-rapat. bukan tanpa sebab, karena banyak orang yang akan mendapatkan keuntungan, jika mereka tau apa saja yang biasa di lakukan keluarga Hideyoshi.
Jarang sekali Ada wartawan yang bisa mencari berita tentang keluarga mereka, sekalipun ada.. Itu langsung di hapus oleh para Tim khusus pengamanan Keluarga. Dan orang yang berani menyebar hal tersebut, di pastikan langsung menghilang.
"Ya.. Mom, Aku tau. Terimakasih." ujar anak laki-laki itu, dia memegang kembali tangan ibunya dan menatap dengan penuh kasih sayang.
Seorang ibu memang punya cara tersendiri untuk dekat dengan Anak-anaknya, ibu adalah orang yang paling paham bagaimana caranya menenangkan buah hatinya.