Chereads / Who is a Psychopath? / Chapter 4 - Psychopath?

Chapter 4 - Psychopath?

Abi sedang menangis di dalam kamarnya. Dia terduduk sambil menyembunyikan wajahnya ke dalam lipatan tangannya. Dia terisak saat mengingat kejadian tadi. Darah yang keluar dari tubuh orang tadi, lalu mengalir di lantai membuat Abi ketakutan.

Saat Abi masih terisak, tiba tiba dia merasa, seperti ada seseorang yang sedang berdiri di hadapannya. Dengan perlahan Abi mengubah pandangannya ke arah depan. Dan Abi langsung terlonjak kaget saat dia melihat Zion berdiri di hadapannya dengan tangan terlipat di depan dada.

"Ka... Kakak sedang apa di,sini?" Tanya Abi dengan suara serak.

"Jangan bunuh aku. Aku mohon." Ucap Abi lagi sambil berdiri dengan perlahan.

"Sayangnya aku sangat ingin membunuh untuk saat ini."

"Jangan..... Aku mohon jangan bunuh aku."

"Moodku sedang tidak baik hari ini. Jadi siapa pun yang ada di hadapanku akan aku bunuh saat itu juga." Ucap Zion yang langsung membuat Abi ketakutan. Saat Abi masih terus berjalan mundur disusul oleh Zion yang semakin maju ke hadapan Abi.

"Apa kau serius akan membunuhku sekarang?" Tanya Abi lalu dibalas anggukan oleh Zion sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Kakak akan membunuhku? Apa kau tidak takut dipenjara? Asal kau tau, penjara itu tidak enak."

"Jadi lebih baik kau lepaskan aku saja ya." Ucap Abi sambil memasang wajah memelas.

"Apa kau sudah pernah dipenjara? Atau kau mau merasakan bagaimana rasanya di penjara?." Tanya Zion dengan senyum smirknya.

"Di penjara itu lumayan enak, kau akan bisa hidup hanya dengan makan dan tidur tanpa susah susah bekerja. Dan aku ingin memberitahukan sesuatu padamu, mau tau apa itu?" Lalu dibalas anggukan ragu dari Abi. Zion berhenti di tempat lalu menyuruh Abi untuk mendekat dengannya lalu Abi berjalan perlahan memperkecil jarah di antara mereka. Lalu Zion mendekatkan wajahnya ke hadapan Abi. Zion semakin maju dan memperkecil jarak di antara mereka.

Abi mundur ke belakang saat jarak dia dan Zion sudah semakin dekat. Sialnya, baru beberapa langkah Abi mundur, tubuhnya langsung terbentur ke dinding yang ada di belakangnya. Zion tetap maju, sedangkan Abi sudah tidak bisa melakukan apa apa lagi selain berdiri diam di tempatnya.

Tubuh Abi dan Zion kini sudah saling menempel. Zion mendekatkan wajahnya kembali kepada Abi dan lalu memiringkan wajahnya. Bibir Zion sudah sangat dekat, bahkan Abi sudah bisa merasakan hembusan nafas Zion saat ini.

Saat bibir Zion semakin dekat kepada Abi, refleks Abi menutup kedua matanya seakan akan pasrah dengan apa yang akan Zion lakukan padanya. Zion tersenyum tipis melihat reaksi gadis kecil yang ada di hadapannya saat ini. Apa yang gadis ini pikirkan tentang nya hingga dia bisa menutup matanya seperti itu.

Setelah beberapa detik berlalu, Abi merasa heran mengapa belum terjadi apa apa pada mereka. Dengan perlahan dia membuka matanya dan melihat Zion yang masih ada di hadapannya seperti tadi. Zion langsung beralih mendekat ke arah telinga Abi dan membisikkan sesuatu yang langsung membuat Abi bergidik ngeri saat mendengarnya.

"Aku sudah sering di penjara, jadi jangan pernah mengancamku menggunakan kata kata itu." Ucap Zion sambil memperluas jarak di antara mereka dengan berjalan ke arah ranjang Abi.

"Dan kenapa kau menutup mata tadi? Apa kau berpikiran yang aneh aneh? Sepertinya kau sudah sering melakukannya? Dasar gadis nakal. Apa seperti itu didikan orang tua mu yang banyak hutang itu?" Ucap Zion yang langsung membuat Abi emosi.

"Ayah dan bunda selalu mendidikku dengan sangat baik. Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu. Apa orang tua mu tidak pernah mengajarkan padamu untuk berbicara yang sopan mengenai sesuatu hal kepada orang yang lebih tua?"

"Aku tidak tahu seberapa banyak hutang ayahku padamu. Tapi setidaknya, kau harus menjaga ucapan mu. Sekali lagi kau berkata seperti itu mengenai ayah dan bundaku, maka kau akan tahu akibatnya." Ucap Abi dengan wajah memerah karena emosi.

"Sepertinya kau sudah mulai berani berbicara kepadaku. Apa kau lupa dengan apa yang kau lihat tadi di bawah sana."

"Apa aku perlu menunjukkannya padamu? atau aku harus menjadikan kau sebagai contoh?" Tanya Zion dengan santai.

"Dan aku ingin tau, apa yang akan kau lakukan jika aku berkata seperti itu lagi tentang ayah dan bunda mu itu." Ucap Zion sambil menaikkan sebelah alisnya seakan menunggu jawaban dari Abi. Abi terdiam memikirkan jawaban apa yang akan dia berikan.

"Aku akan membunuh mu. Aku tidak akan membiarkan siapa pun berani berkata seperti itu tentang Ayah dan bundaku. Tidak terkecuali dengan kakak."Ucap Abi yang langsung mendapat senyuman sinis dari Zion.

"Aku rasa kau sudah melewati batas gadis kecil." ucap Zion sambil berdiri dari posisinya. Abi melihat tangan Zion yang sepertinya sedang mengambil sesuatu dari balik jas hitamnya. Dan Abi langsung terkejut saat dia melihat tangan Zion yang awalnya masih kosong, kini sudah memegang pistol, dan Abi makin terkejut saat Zion menodongkan pistol itu tepat di hadapan Abi.

Zion tersenyum seakan akan meremehkan Abi.

"Tolong jangan bunuh aku. Aku mohon."

"Aku belum mau mati. Aku masih perlu untuk hidup."

"Masih ada yang harus aku lakukan sebelum aku mati."

"Tolong kasihani aku." Mohon Abi kepada Zion. Abi sudah sangat ketakutan, tubuhnya gemetaran dan badannya di penuhi oleh keringat dingin. Air matanya perlahan keluar, pertahanannya hancur. Dia sudah tidak bisa menahan tangisnya lagi. Dia terisak saat Zion semakin maju mendekatinya, dan pistol tersebut masih tetap ditodongkan kepadanya.

"Kenapa aku harus membiarkan mu hidup?"

"Hal apa yang masih perlu kau lakukan sebelum kau mati?"

"Banyak hal yang harus aku lakukan sebelum aku mati, jadi tolong jangan bunuh aku sekarang tolong aku." Zion diam sambil terus menunggu jawaban gadis itu, dia terus menatap Abi seakan memberi kode agar Abi melanjutkan ucapannya.

"Aku masih belum bisa membahagiakan ayah sama bunda."

"Aku belum sempat minta maaf sama ayah bunda karena selama ini aku selalu nakal. Dan juga.. aku...."

"Aku..."

"Aku apa? Cepat jawab, atau pistol ini yang akan lebih dulu menjawab nya." Ancam Zion yang membuat Abi ketakutan.

"Aku.... Aku belum pernah pacaran. Aku belum pernah jatuh cinta, jadi aku ingin merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta sebelum aku mati."

"Dan masih banyak hal lagi yang harus kulakukan. Tapi setidaknya, ijin kan aku melakukan tiga hal tadi, sebelum aku mati. Dengan begitu aku akan tenang jika aku mati nanti." Ucap Abi ragu, sedangkan Zion masih terdiam di tempat. Dia terkejut dengan apa yang dikatakan gadis itu barusan. Dia tidak ingin mati hanya karena dia belum pernah jatuh cinta? Dasar gadis aneh, pikir Zion.

"Tapi sayangnya, aku tidak peduli dengan apa pun yang kamu katakan."

"Kamu harus tetap mati. Dan asal kau tahu, jika kau mati, kau akan lebih bahagia, karena kau tidak perlu sekolah, kerja dan berhadapan dengan orang orang munafik di dunia ini." Ucap Zion yang membuat Abi bingung.

"Tidak, kakak salah. Tidak semua orang itu munafik, dan aku tidak pernah merasa lelah untuk sekolah dan bekerja selama ayah dan bunda masih ada bersamaku." Ucap Abi tidak terima dengan perkataan Zion.

"Kalau begitu apa aku harus membunuh ayah dan bunda mu terlebih dahulu sebelum aku membunuh mu?" Tanya Zion yang membuat Abi melotot.

"Tolong jangan bunuh ayah dan bundaku. Aku mohon. Lebih baik bunuh aku saja, tapi tolong jangan sakiti mereka. Mereka adalah orang yang paling berharga di hidupku. Aku mohon."

"Jika kau ingin membunuh, bunuh aku saja. Jangan ayah dan bundaku. Biarkan mereka hidup bahagia."

"Mereka sudah cukup menderita."

"Aku mohon."

"Aku mohon..... Maafkan aku jika aku salah padamu. Maafkan aku kakak" Ucap Abi dengan suara terisak. Sejak tadi dia tak henti hentinya menangis sambil memohon belas kasihan dari Zion. Saat Abi masih menangis, Zion mengeluarkan senyum iblisnya.

"Tapi sayangnya, aku sudah berubah pikiran. Aku sudah tidak tertarik untuk membunuhmu sekarang. Aku lebih tertarik untuk membunuh ayah dan bundamu gadis kecil." Ancam Zion yang langsung membuat Abi semakin menangis.

"Tidak, kau tidak boleh melakukan itu. Tolong. Kau bunuh aku saja. Aku janji tidak akan dendam padamu."

"Aku mohon. Jangan bunuh ayah dan bundaku. Aku mohon ka." Ucap Abi masih dengan tangisnya.

"Bunuh aku saja. Di mana.... Di mana kau akan menembakku? Apa aku akan mati jika kau menembakku di sini? atau di sini?" Tanya Abi sambil menunjuk perutnya lalu beralih ke bagian dadanya.

"Kau akan langsung mati jika aku menembakkan senjata ini di sini. Apalagi jika sampai peluru ini tembus dari kepalamu." Ucap Zion yang kini sudah meletakkan moncong pistol itu tepat di dahi Abi.

Abi ketakutan, tubuhnya bergetar sambil mengeluarkan keringat yang sangat banyak. Kedua tangannya mengepal pakaiannya, berusaha menahan suaranya agar tidak keluar. Sedangkan air matanya tetap tidak mau berhenti. Tiba tiba Zion menurunkan senjatanya dan langsung membuat Abi kebingungan.

"Aku rasa kau ketakutan. Berarti ayah dan bunda mu yang harus mati terlebih dahulu. Kau tidak perlu takut, jika aku sudah selesai membunuh ayah bundamu aku akan langsung membunuh mu saat itu juga." Ucap Zion. Abi menggeleng dan tangannya langsung meraih tangan Zion yang memegang pistol tersebut. Dia mengarahkan tangan Zion agar menodongkan kembali pistol tersebut ke dahi Abi.

"Aku tidak takut. Jika kau mau membunuhku sekarang, bunuh saja. Tapi aku mohon, kau harus berjanji untuk tidak menyakiti ayah dan bundaku."

"Aku akan menerima apa pun yang akan kau lakukan padaku." Ucap Abi lalu perlahan menutup matanya. Dia bersikap seperti sudah siap dengan apa yang aka terjadi padanya. Dia terlihat lebih tenang dari sebelumnya, namun air matanya yang masih keluar walaupun dia sudah menutup matanya tidak bisa membohongi siapa pun orang yang melihatnya.

"Baiklah jika kau meminta seperti itu. Aku akan mengabulkan permitaan mu." Ucap Zion sambil menggerakkan jarinya secara perlahan untuk menarik pelatuk pistol yang masih tetap ada di dahi Abi.

"Selamat tinggal ayah bunda, Abi sayang ayah bun..."

Dorrr.... dorrr...

bersamaan dengan suara tembakan itu. Tubuh Abi langsung oleng dan terjatuh tepat ke pelukan Zion. Zion tersenyum puas saat melihat kondisi Abi saat ini. Dia mengeluarkan senyum iblisnya. Dia seorang psychopat yang tidak mempunyai hati nurani sama sekali. Dia benar benar iblis.