Chereads / Single Father / Chapter 28 - HARI PERTAMA DI KELUARGA ORION.

Chapter 28 - HARI PERTAMA DI KELUARGA ORION.

KEDIAMAN CLAUDE CAVERO ORION.

"Selamat pagi semua... " Sapa Briella Amora seraya membungkuk memberi hormat kepada keluarga Orion yang tengah lagi ini tengah melakukan sarapan bersama.

"Kau... Apa yang kau lakukan pagi-pagi? Berkeliaran di sini seenaknya?" Tanya Kenzo Aristide yang tidak bisa menyembunyikan ekspresi keterkejutannya. Bahkan ia belum sempat meminum teh hangat yang pinggiran cangkirnya sudah menempel di bibirnya.

"Kakak Malaikat.. " Seru Raynand Sky berbinar, bahkan langsung beranjak kegirangan dan berlari memeluk tubuh Briella Amora yang sudah berjongkok sambil mengulurkan tangan untuk menyambutnya.

"Pagi!!" Jawab Claude Cavero yang hanya membalas dengan anggukan perlahan sambil menyesap kopinya.

"Selamat pagi nona Briella." Sapa Aksel Regan dengan senyum khasnya.

"Apa hari kakak akan mulai menemani Ray?" Tanya Raynand Sky memegangi pergelangan tangan Briella Amora dan menuntunnya menuju meja makan berukuran besar dengan 12 kursi yang tertata rapi, bahkan hanya ada 4 kursi yang terpakai di sana. Claude Cavero yang duduk di kursi single hingga nampak terlihat sebagai dominant, dan di sebelah kanan, ada satu kursi kosong yang jejerannya di duduki oleh Kenzo Aristide. Sedang di jejeran sebelah kiri, kursi di duduki oleh Raynand Sky, berdampingan dengan Aksel Regan. Dan sebagai karyawan baru, atau lebih tepatnya pengasuh sang tuan muda, Briella Amora harus menghafal bahkan tahu, tata letak tempat duduk mereka. Ia pun tidak perlu bertanya lagi, siapa pemilik kursi kosong tersebut.

"Apa kita akan mulai bersama?" Tanya Raynand Sky dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya.

"Iya, apa tuan muda senang?" Jawab Briella Amora sedikit berbisik.

"Of course, karena Ray sudah lama menunggu kakak." Jawab Raynand Sky.

"Iya sudah, sarapan lah dulu, kakak akan menunggu tuan muda di sana." Balas Briella Amora yang merasa sedikit canggung mengobrol di antara mereka yang tengah sarapan, dan langsung menuju ke arah ruang tengah.

"Kakak tidak ikut sarapan?" Tanya Raynand Sky menghentikan langkah kaki Briella Amora.

"Kakak sudah... "

"Tidak perlu!! Dia lebih suka sarapan mercun di bandingkan roti." Sela Kenzo Aristide.

"Ken," Tegur Claude Cavero.

"Sebaiknya saya permisi Tuan, lanjutkan sarapan kalian," Ucap Briella Amora perlahan.

"Duduklah!!" Pinta Claude Cavero mengalihkan pandangan ke arahnya.

"Ha?"

"Sarapan bersama Ray," Ucap Claude Cavero memalingkan pandangannya ke arah Ray yang sengaja menarik kursi untuk Briella Amora, tepat di samping Aksel Regan, hingga berhadapan dengan Kenzo Aristide yang kini sudah menatapnya tajam.

"Tapi saya sudah... "

"Duduk!!" Perintah Claude Cavero tegas.

"B-aik Tuan," Balas Briella Amora pasrah dan langsung menarik kursi perlahan, berusaha untuk tidak menimbulkan suara dan membuat keributan yang dapat memancing perhatian mereka padanya.

Kenapa jadi canggung seperti ini, bisakah aku menelan saja semuanya dan langsung pergi dari sini, sungguh ini terlalu canggung. Batin Briella Amora merasa tertekan saat mendapati Kenzo Aristide yang masih menatapnya. Tentu saja, sebab untuk kali pertama Briella Amora tidak memakai apapun untuk menutupi kepala dan wajahnya, bahkan ia menguncir rambut panjang kecoklatannya. Begitu juga dengan Raynand Sky yang masih mempertahankan senyum bahagianya, dan untung saja Claude Cavero tak seperti keduanya, sebab sejak tadi ia hanya fokus pada sarapannya, bahkan tidak menyadari jika saat ini Briella Amora tengah merasa gugup. Di tambah lagi saat ia kembali mengingat insiden pelukan dua hari lalu. Dan untung saja ia bisa mengatasi perasaan malunya dengan cepat.

"Kakak tidak suka telur?" Tanya Raynand Sky perlahan saat melihat Briella Amora menyingkirkan sebuah telur yang ada di dalam tumpukan sandwichnya.

"Iya, Kakak alergi telur." Jawab Briella Amora sedikit berbisik kearah Raynand Sky yang langsung mengangguk.

"Benarkah? Mommy juga alergi telur, sama seperti Daddy, dan hanya uncle Ken yang menyukai telur." Balas Raynand Sky.

"Tidak heran, asal itu bukan batu dan kayu," Gumam Briella Amora asal yang membuat Raynand Sky terkekeh, dengan gumamannya yang tidak begitu nyaring namun terdengar cukup jelas di telinga mereka yang memiliki pendengaran yang tajam.

"Yaakk!!! Aku masih di sini dan mendengarmu." Seru Kenzo Aristide kembali dengan emosinya yang meletup, hingga membuat Briella Amora berhenti mengunyah dengan garfu yang masih menempel di bibirnya.

"Bagaimana denganmu yang tidak makan telur pun, wajahmu sudah bulat seperti sebuah telur." Ejek Kenzo Aristide mulai kumat.

"Setidaknya tidak pucat seperti pangsit rebus sepertimu." Balas Briella Amora kembali bergumam dan menyantap sarapannya, tanpa memperdulikan tatapan horor dari Kenzo Aristide yang memang memiliki warna kulit yang putih ditambah lagi dengan gaya rambut yang sedikit panjang berwarna platinum silver yang sering ia kuncir. Tidak jauh berbeda dengan kakaknya Claude Cavero yang juga memiliki kulit putih, meskipun tidak seputih Kenzo Aristide, namun warna rambut Claude Cavero yang hitam legam lebih membuat aura pria berkepala tiga itu lebih kuat dan sangat kharismatik, penuh pesona, maskulin dan memiliki visual yang menarik.

Briella Amora terus mengunyah makanannya dengan perlahan, dan menelannya tanpa menimbulkan suara sedikitpun, bahkan gesekan antara garpu dan piringpun nyaris tidak terdengar.

"Kau nampak tenang, tidak seperti biasanya, ini bukan seperti dirimu," Ucap Kenzo Aristide tak puas menggoda Briella Amora yang bahkan langsung tersedak.

"Maaf, saya tidak mengerti maksud anda," Balas Briella Amora perlahan. Nampak jengah dengan tingkah menyebalkan Kenzo Aristide.

"Benarkah? Apa kau lupa jika kau selalu meneriakiku, bahkan semua orang saat di kampus?"

"Itu karena anda pantas mendapatkannya." Jawab Briella Amora setenang mungkin.

"Apa? jadi kau.. "

"Ken, lanjutkan makanmu." Sela Claude Cavero yang akhirnya bersuara dan menengahi mereka.

"Briella, "

"Iya Tuan besar." Jawab Briella Amora dengan cepat, bahkan langsung mengangkat kepalanya saat mendengar namanya di sebut oleh Claude Cavero.

"Apa kau yakin sudah membaik?" Tanya Claude Cavero mengamati wajah Briella Amora yang kali ini nampak jelas gak tertutup tudung atau topi.

"Iya Tuan, saya baik-baik saja." Jawab Briella Amora mengangguk pelan.

"Baiklah, Kau sudah tahu kan jadwal Ray mulai senin sampai minggu?" Tanya Claude Cavero menopang dagu ke atas meja.

"Iya Tuan,"

"Iya sudah, hari ini sabtu dan Ray tidak ke sekolah, kau bisa mulai menemaninya, sampai saya pulang kerja." Sambung Claude Cavero.

"Baik Tuan,"

"Dan bisa saya meminta bantuanmu?" Tanya Claude Cavero sekali lagi.

"Tentu saja Tuan,"

"Tolong awasi anak itu. Dia masih menjalani sisa hukumannya. Kau tidak perlu takut untuk melaporkan kepada saya, jika dia melanggar aturan, dan berbuat ulah, " Ucap Claude Cavero yang langsung mengalihkan pandangan ke arah Kenzo Aristide yang tiba-tiba melongo.

"Ha?" Balas Briella Amora terlihat syok.

Ahh... aku baru saja berharap, bisa bekerja dengan tenang di sini tanpa berurusan dengannya, tapi kenapa? Aku malah di tugaskan untuk mengasuhnya juga. Batin Briella Amora menatap wajah melongo Kenzo Aristide yang tengah menatap kakaknya tak percaya.

"Kak, kenapa mesti mempercayakan aku kepada gadis aneh ini? Aku bukan bocah, apa kakak berniat untuk menjadikan gadis ini babysitterku?" Protes Kenzo Aristide yang membuat perut Aksel Regan yang sejak tadi menyimak terasa menggelitik.

Aku juga tidak sudi menjadi Babysittermu. Batin Briella Amora.

"Diamlah!!? Dan sebaiknya kau tidak berbuat ulah." Jawab Claude Cavero yang langsung beranjak dari duduknya.

Sedang Aksel Regan hanya bisa menahan tawa saat kembali melihat wajah Kenzo Aristide yang di penuhi dengan kekesalan dan wajah Briella Amora yang di penuhi dengan kemenangan.

Selamat datang di dunia perbudakanku, di mana aku akan membuatmu menuruti semua kata-kataku hahahahaaha. Batin Briella Amora layaknya psikopat yang langsung menunjuk kedua matanya sendiri, berpindah ke arah Kenzo Aristide sebagai tanda peringatan, hingga membuat pria berkuncir itu semakin geram namun tak bisa berbuat apapun.

* * * * *

Bersambung...