Chereads / Single Father / Chapter 13 - Bisakah kau mempercayaiku?

Chapter 13 - Bisakah kau mempercayaiku?

"Galen, Don't be stubborn! Kau bukan orang yang harus tahu masalahku," Ucap Briella Amora menatap wajah Galen Ray yang selalu berdebar saat melihat manik coklat keemasan itu.

"Kenapa tidak? Kau hanya butuh mempercayai seseorang Ave."

"Jadi kau ingin aku mempercayaimu? Atas dasar apa? Kita bahkan tidak sedekat itu." Balas Briella Amora masih menatap. Tidak peduli dengan debaran jantung Galen Ray yang semakin berdebar kencang.

"Jika memang itu alasannya, bisakah aku menjadi temanmu? Aku ingin lebih dekat denganmu, agar kau bisa mempercayaiku," Balas Galen Ray keras kepala.

"Ini bukan masalah besar, juga bukan hal yang harus di besar-besarkan,"

"Bisakah kau percaya padaku?" Tanya Galen Ray yang membuat Briella Amora hanya bisa menarik nafas panjang.

"Asal tidak menggunakan sebuah mobil atau apapun yang berhubungan dengan kendaraan lainnya, sebenarnya aku tidak masalah dengan itu." Ucap Briella Amora.

"Tapi kenapa? Bisa kau memberitahu ku? Kenapa?" Tanya Galen Ray semakin penasaran.

"Aku... Aku hanya pernah memiliki kisah masalalu yang buruk dengan itu Galen, bahkan sempat membuatku sekarat, sampai sekarang pun hatiku masih selalu merasa ketakutan, karena masih belum bisa melupakan kejadian buruk itu. Apa kau puas?" Tanya Briella Amora.

"Apa seburuk itu?" Tanya Galen Ray khawatir saat melihat mimik wajah Briella Amora yang seketika berubah, bahkan matanya terlihat berembun dengan bibir yang sedikit bergetar. Dan kembali menarik nafas panjang sambil mengepalkan telapak tangannya kuat.

"Sangat buruk, hingga membuatku masih merasa ketakutan hingga sekarang." Balas Briella Amora memalingkan pandangannya dan kembali melangkah.

"Ave," Seru Galen Ray.

"Apa lagi Galen?"

"Maaf, aku tidak pernah bermaksud untuk membuatmu kembali mengingat masa lalumu, dan.. Seburuk apapun, dan semenakutkan apapun masa lalumu, aku harap, kau selalu baik-baik saja." Ucap Galen Ray merasa menyesal.

"Hm," Angguk Briella Amora singkat.

"Dan itu.... "

"Apa lagi?" Tanya Briella Amora tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan raya.

"Ada apa dengan wajahmu?" Tanya Galen Ray seketika fokus pada luka memar membiru di sudut bibir Briella Amora yang polos tanpa lipstik.

"Aku terjatuh dan.... "

"Luka lebam itu sepertinya bukan karena kau terjatuh," Sela Galen Ray cepat.

"Lalu?"

"Entahlah, aku hanya merasa seperti luka pukul atau.... "

"Kau terlalu banyak bicara Galen." Sela Briella Amora memotong kalimat Galen Ray.

"Maaf, jika aku salah menebak."

"Tidak masalah. tapi sekarang, bisakah kau tidak mengikutiku?" Tanya Briella Amora lagi menatap wajah Galen Ray.

"Biarkan aku mengantarmu, aku akan menemanimu untuk berjalan."

"Apa kau gila?" Tanya Briella Amora lagi dengan kening menyatu.

"Yah mungkin, aku gila karena aku khawatir, lihatlah jam berapa sekarang, ini sudah cukup larut dan juga berbahaya untuk seorang gadis yang masih berada di luar rumah." Balas Galen Ray kekeh.

"Tapi aku bisa menjaga diriku sendiri Galen,"

"Aku tahu, kau bisa menjaga dirimu dari siapapun, tapi kau juga seorang perempuan Briella Amora, dan kekhawatiranku lebih besar sekarang. Dan.. Bisakah kau tidak menolakku kali ini saja?" Tanya Galen Ray balik menatap Briella Amora.

"Terserah, i give up," Balas Briella Amora  menyerah.

Langkah kaki mereka perlahan melambat, berjalan sambil menikmati udara malam yang sejuk. Melihat hamparan bintang yang mengelilingi bulan adalah pandangan malam yang paling menyenangkan buat Briella Amora, bahkan dengan tidak sadar ia mengulurkan tangannya ke atas seolah tengah menggapai bulan. Seketika senyum terukir di bibir Galen Ray saat melihat tingkah Briella Amora saat ini.

"Kau sangat manis Ave," Gumam Galen Ray yang terus menatap Briella Amora yang seolah-seolah tuli dan mengabaikan kalimat yang keluar dari mulut pria itu.

"Apakah kau begitu menyukai bulan?" Tanya Galen Ray ikut menatap bulan di atas sana.

"Hm,"

"Tidak heran, wajahnya seindah bulan,"

"Ibu juga sering berkata seperti itu, kata ibu, mataku selalu bersinar seperti bulan," Jawab Briella Amora yang langsung tersenyum.

"Bahkan senyummu sehangat bulan," Sambung Galen Ray yang masih menatap wajah Briella Amora.

"Hentikan."

"Aku hanya ingin mengatakan kebenarannya," Balas Galen Ray.

"Kenapa kau tidak simpan kebenaran itu untuk dirimu sendiri saja?"

"Baiklah, lagi pula sudah sejak dulu aku menyimpannya sendiri." Balas Galen Ray  yang masih betah menatap wajah lebam Briella Amora yang begitu indah.

Bahkan saat ini Galen Ray tengah mengamati wajah itu, ia benar-benar sangat mengagumi semua yang ada pada diri Briella Amora. Dan malam ini ia bisa menikmati semuanya, hidung yang terlihat mancung dengan mata yang coklat keemasan, juga bibir yang terlihat tipis berwarna merah muda alami, dan jangan lupakan dagunya yang sedikit lancip. Dan jika di perhatikan dengan seksama, wajah Briella Amora memang terlihat cantik, jika saja ia tidak sering menutupinya dengan tudung hoodie juga topi.

"Ave, "

"Hm,"

"Apa kau akan terus menutup hatimu?" Tanya Galen Ray perlahan.

"Kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal seperti itu?"

"Bisakah kau menjawabnya saja tanpa bertanya kenapa?" Tanya Galen Ray lagi.

"Galen, kehidupanku sudah sangat sulit sekarang, aku nyaris tidak memiliki waktu untuk bermain-main seperti kalian, karena aku harus terus bekerja, aku sudah cukup di sibukkan oleh banyak masalah, aku tidak ingin terbabani oleh cinta dan sejenisnya, apalagi harus mengurus kehidupan percintaan yang rumit dan penuh dengan kesakitan, karena aku memang tidak percaya ada cinta tulus di dunia ini, semua hanya omong kosong. Aku harap kau bisa puas dengan jawabanku." Jelas Briella Amora.

"Tapi kau juga butuh cinta, dan seseorang untuk melindungimu, kau tidak bisa jika tidak mempercayai cinta, karena semua mahluk hidup membutuhkan cinta. Dan tidak semua kehidupan percintaan itu penuh dengan rasa sakit sperti apa yang kau katakan, kita juga bisa merasakan manis dan kebahagiaan dari cinta, tergantung dari kita yang menjalaninya,"

"Oh astaga, kau seorang pria yang ternyata memiliki pemikiran yang cukup dewasa Galen. Tapi pikiranku sudah sangat lelah untuk memikirkan hal yang menyangkut dengan perasaan. Dan cinta bukanlah satu-satunya hal yang bisa membuatku bahagia, aku juga masih melindungi diriku sendiri, aku tidak butuh seseorang." Balas Briella Amora terus berjalan, entah sudah sejauh apa Galen Ray mengikuti gadis yang sudah mencuri hatinya itu. Gadis yang berhasil membuatnya jatuh cinta setengah mati. Ia benar-benar menggilai gadis itu.

"Kau salah jika berfikiran seperti itu Ave,"

"Kita sudah sampai, pulanglah.. Terimakasih karena sudah mengantarku pulang, dan.. Kau adalah satu-satunya orang yang pernah mengantarku pulang." Jawab Briella Amora saat sudah berdiri di depan pagar rumahnya, mendorong benda berbahan besi tersebut dan melangkah masuk kedalam halaman rumahnya yang di tumbuhi beberapa tanaman mawar juga sebuah pohon maple berdaun orange.

"Tunggu.." Seru Galen Ray saat langkah Briella Amora mulai menjauh dari pandangannya yang masih berdiri di balik pagar.

"Apa?" Tanya Briella Amora menghentikan langkah kakinya dan perlahan membalikkan tubuhnya.

"Apa kau masih akan melanjutkan kuliah?"

"Aku rasa tidak. Aku lebih butuh pekerjaan, selamat malam Galen." Balas Briella Amora melambai dan langsung melangkahkan kakinya memasuki sebuah rumah yang sudah terlihat sepi.

"Sepertinya kau memiliki masalalu yang sulit Briella, sebenarnya apa yang terjadi denganmu? Bahkan sekarang pun kau terlihat sangat terbebani." Gumam Galen Ray yang terus menatap punggung Briella Amora yang bahkan sudah menghilang di balik pintu.

Lama Galen Ray terdiam di depan pagar rumah Briella Amora, hingga sorot lampu dari sebuah mobil membuyarkan lamunan Galen Ray yang langsung tersadar.

"Tuan muda," Panggil Supir Galen Ray yang ternyata mengikutinya sejak tadi, bahkan tiba-tiba muncul di hadapan Galen Ray yang seketika berbalik.

"Kita pulang sekarang," Ucap Galen Ray yang langsung melangkah memasuki mobilnya, hingga dalam beberapa saat saja mobil mewah itu sudah melaju meninggalkan rumah Briella Amora.

* * * * *

Bersambung...