Chereads / MY ANNOYING BOY FRIEND / Chapter 26 - RINDU YANG TERBAYARKAN

Chapter 26 - RINDU YANG TERBAYARKAN

"BRUK!"

"BRUK!"

"BRUK!"

Telinga Daffa yang masih tertidur mendengar beberapa benda berat beradu dengan lantai. disusul beberapa orang yang berbicara silih bergantian, mata sipit nya masih terasa berat setelah semalaman pergi bersama ketiga sahabat nya. Tak seorangpun membangun kan nya. kemudian tanpa sadar Daffa kembali tertidur pulas di dalam kamar nya.

***

"Puji Tuhan, semua berjalan dengan baik Bi." ucap Seorang wanita sambil terus mengelus rambut gadis cantik disamping nya.

Gadis cantik bermata abu beranjak bangun dari tempat duduk nya, menyusuri setiap sudut rumah tua itu. sambil tersenyum ia mengingat, bahwa kepedulian orang di sekitar nya melebihi dari yang ia butuh kan.

Ia terdiam diantara jajaran bunga mawar putih yang mengelilingi setiap sudut rumah tua itu.

"Mas, hari-hari ku selanjut nya mungkin akan terasa berat, tapi seperti yang kamu bilang dulu, Life must go on karena setelah gelap pasti akan terang." Ucap nya dalam hati.

"Daffa belum bangun Bi?."

"Sepertinya belum pak! kalau dia sudah bangun, pasti langsung memeluk Mbak Nadya saat ini juga." Bi Marni terlihat antusias atas kedatangan Nadya kembali kerumah nya.

Nadya melihat ke arah dapur. mengingat semua hal yang pernah ia bicarakan dengan adik semata wayang nya, Daffa.

"Mbak kangen sekali sama Daffa." Batin Nadya.

"Mah, Pah.. Nadya boleh Bikin sarapan buat Daffa?." Pinta Nadya.

Kedua orang tua nya tersenyum.

"Boleh dong sayang! Mamah bantu ya." Melly bergegas menemani Nadya di dapur.

Sementara Pak Adi masih duduk di kursi tua itu sambil berusaha beradaptasi dengan suasana kampung yang padat penduduk. sesekali beberapa tetangga sengaja berlalu lalang saat Pak Adi mengunjungi rumah Bi Marni, melihat mobil mewah berjejer disana, para tetangga yang belum mengetahui asal-usul Daffa dan Nadya itu pun hanya saling berbisik.

Pak Adi berusaha memaklum dan sudah berusaha membiasakan diri menjadi sorotan warga sekitar. Pak Adi menanyakan beberapa hal tentang Daffa dan Nadya serta berkali-kali mengucapkan terimakasih pada wanita tua yang sudah di anggap ibu oleh kedua anak nya, Kemudian, karena melihat Daffa tidak pergi ke sekolah hari ini, Pak Adi mengira bahwa Daffa belum berhenti dari pekerjaan nya dan terlambat bangun untuk sekolah hari ini. Namun Bi Marni menjelaskan cerita yang sebenar nya, Daffa di skors dari sekolah nya, karena sebuah kesalah fahaman.

Pak Adi yang tahu putra semata wayang nya menjadi korban fitnah seseorang, langsung bergegas menuju sekolah Daffa di antar sopir pribadi nya. Bi Marni membiarkan Pak Adi berlalu begitu saja, supaya ia bisa menyelesaikan masalah Daffa di sekolah.

***

Di tempat yang berbeda, Jelita terlihat sedang berbincang dengan kekasih nya. Kevin masuk sekolah dengan santai nya, seolah tidak tahu bahwa ada seseorang yang menjadi korban dari kebohongan nya.

Aldo, Ridho dan Betrand tidak berani membuka kedok Kevin, ia menuruti instruksi Daffa untuk harus tetap menjaga sikap saat mereka berada disekolah. Mereka bertiga terus memperhatikan Kevin yang sedang bercerita pada Jelita dengan wajah memelas, seperti nya sedang mengarang cerita lagi. Sesekali Jelita terlihat ingin menyentuh luka yang masih ditutupi kain kasa di dekat bibir nya, Namun segera ditepis Kevin Karena takut Jelita melihat tidak ada luka parah di wajah nya.

"Kok bisa separah ini sih Vin? emang Daffa pukulin Lo dimana pas hari Sabtu? bukan nya Lo Pulang bareng sama Jelita ya?." Tanya Lolly penasaran.

Tiba-tiba Kevin mendesis kesakitan. Hal ini membuat Lolly tidak menunggu jawaban nya lagi, Bahkan Lolly dan Jelita tidak menaruh curiga sedikitpun pada nya.

"Aduh! Nggghh.. Sorry Vin kalo bibir Lo masih sakit, udah jangan banyak ngomong dulu gak apa-apa kok."

***

Meskipun mata nya masih terpejam dan kesadaran yang baru beberapa persen, penciuman tajam nya seperti menangkap sebuah sinyal yang sudah lama tidak ia terima. Hidung mancung nya mulai menebak

"Wangi apa ini?."

Tangan lembut tiba-tiba menyentuh area kepala nya, Daffa merasakan tangan itu mulai menyibak kan rambut dikepala nya yang mulai menutupi area mata.

"Daffa.." Suara paling indah yang tidak pernah ia lupakan.

"Mbak Nadya." Daffa membalik. Tubuh nya hampir saja menjatuhkan piring yang sedang di bawa oleh kakak nya.

"Aduh..!" Nadya menggeser tubuh nya dari tempat tidur Daffa.

Tubuh Daffa refleks terbangun dan langsung memeluk erat kakak semata wayang nya.

"Mbak Nadya cantik sekali." Daffa memuji penampilan baru Nadya dengan potongan rambut pendek nya yang terlihat elegan.

Mata abu nya berbinar, lama tak ia rasakan hangat nya pelukan kasih sayang dari saudara kandung satu-satu nya, yang telah menjaga nya bertahun-tahun, selalu menghibur nya saat ia didera keputus asaan. padahal, hampir setiap hari Daffa memeluk nya, namun seperti nya memori tersebut sudah ia lupakan. ia merasa terlahir kembali, seorang wanita yang baru saja terbangun dari sakit nya.

"Egois sekali aku, terus berlarut dalam kesedihan dan melupakan orang-orang yang menyayangiku." Nadya terisak.

"Mbak kangen sekali sama Daffa." Pelukan itu dibalas semakin erat.

Daffa tersenyum bahagia, beberapa tetes air mata nya jatuh ke pipi nya yang mulai memerah.

Melly dan Bi Marni memperhatikan kedua nya diluar kamar.

"Luka sesakit apapun akan sembuh dengan perhatian dan kasih sayang yang tulus." Senyum lega Bi Marni terpancarkan atas keberhasilan nya menjaga keutuhan keluarga Pak Aditama. Ia merasa sangat berbahagia atas kesembuhan Nadya dan keceriaan Daffa, Ia tak pernah membayangkan sebelum nya bahwa ia akan dianggap sebagai bagian dari keluarga Aditama yang Nama nya besar di ibu kota.

"Tidak banyak yang tahu soal kehidupan Daffa dan Nadya, Bu.. Daffa benar-benar tidak mau menunjukan identitas nya sebagai anak dari seorang Ayah yang kaya raya, Daffa tidak gengsi bekerja apapun untuk membiayai kami disini, Dia tumbuh menjadi anak yang sangat bertanggung jawab dan penyayang, Bu." Jelas Bi Marni kepada Melly.

***

"Omelette? Buatan Mbak Nadya?." Daffa terfokus pada Makanan yang hampir ia tindih.

Nadya mengangguk.

Sudah beberapa tahun Daffa tidak mencicipi masakan Nadya, padahal dulu, hampir setiap hari Daffa minta dibuatkan Omelette oleh Nadya.

"Mbak rindu sekali sama Daffa kecil yang dulu selalu suruh-suruh mbak bikin sarapan hihi.." Nadya tertawa sambil terus memperhatikan Daffa melahap masakan nya, sampai tak tersisa secuil pun.

"Terimakasih ya Mbak."

Seperti mimpi, Daffa kembali mencicipi masakan yang dibuat langsung oleh tangan Nadya. kedua kakak beradik itu pun hanyut dalam sebuah kenangan masa lalu yang begitu indah saat keluarga mereka masih utuh, dan nama besar Keluarga Aditama Kiran Wiguna dikenal sebagai keluarga yang sangat bahagia oleh semua orang. Tapi yang dulu tetaplah dulu, semua tidak akan pernah sama lagi, semenjak ibu mereka meninggal semua kehidupan yang terlihat indah perlahan berubah menjadi sebuah ketakutan yang dirasakan Nadya setiap hari.

Namun masa depan yang cerah, masih terbuka luas bagi siapapun yang mau menemukan jalan bahagia.

"Papah kemana Mbak.?" Tanya Daffa.

"Pak Adi sedang ke sekolah Nak Daffa!" Bi Marni menjawab dari luar kamar.

"Apa?.." Daffa terperanjat dari tempat tidur nya.