Chereads / MY ANNOYING BOY FRIEND / Chapter 27 - MENJADI PUSAT PERHATIAN SATU SEKOLAH

Chapter 27 - MENJADI PUSAT PERHATIAN SATU SEKOLAH

Mobil hitam melaju begitu cepat, sesuai intruksi seseorang yang berada di dalam mobil tersebut kepada sopir yang mengemudikan nya.

Tujuan utama nya adalah mendatangi sekolah tempat Daffa menimba ilmu, yaitu SMA Kartini.

"Drrrrrtt."

Handphone di saku kemeja nya bergetar, Pak Adi melihat Daffa mengirim pesan padanya, namun ia menghiraukan bahkan isi pesan nya tak dibaca sama sekali.

Sesampai nya di depan gerbang sekolah, sang sopir diperintahkan oleh majikan nya untuk turun dan meminta izin masuk ke dalam area sekolah karena ada urusan penting dengan kepala sekolah.

Security sekolah membuka gerbang seluas-luas nya agar mobil milik Pak Adi bisa masuk.

Pak Adi memerintahkan Sopir nya untuk menunggu di luar saja, kemudian ia bergegas menuju ruang kepala sekolah SMA Kartini.

Saat ini pukul sembilan pagi, seluruh siswa SMA Kartini masih sedang mengikuti pembelajaran, lingkungan sekolah nampak sepi, hampir tidak ada yang berlalu lalang disana.

Selama tiga tahun Daffa bersekolah di SMA Kartini, baru kali ini Pak Adi menginjakkan kaki nya disana, bahkan Daffa tidak pernah bercerita apapun mengenai keadaan sekolah nya.

Pak Adi memperlambat langkah nya, ia nampak tak habis fikir bahwa Daffa memilih sekolah yang dinilai sangat biasa itu untuk tempat nya menimba ilmu.

Pasal nya, sejak kecil, Nadya dan Daffa selalu di masuk kan ke sekolah Internasional yang sangat bergengsi, Namun setelah ibu nya meninggal dan Daffa memilih hidup bersama Bi Marni, ia meninggalkan semua kemewahan yang di miliki nya untuk memulai kehidupan baru bersama Bi Marni dan Nadya.

***

Daffa mengemudikan mobil mewah milik nya dengan cepat, berharap Ayah nya belum sampai di sekolah. Dalam hati ia berharap ban mobil milik ayah nya tiba-tiba menginjak paku atau mogok begitu saja di pinggir jalan.

Ia tak membayangkan sebelum nya bahwa kepura-puraan nya selama berada di SMA Kartini bisa terbongkar karena kedatangan ayah nya ke sekolah.

"Semoga Papa Belum sampai di sekolah." Gumam nya dalam hati.

***

Pak Adi berjalan melewati setiap kelas yang sedang melakukan pembelajaran, sudah sekitar sepuluh menit ia belum juga menemukan ruangan kepala sekolah. Namun setelah beberapa langkah menuju ruangan terakhir di ujung bangunan sekolah, Pak Adi melirik ke sebelah kanan dan terlihat Ruangan Guru dan kantor Kepala sekolah yang terpisah dari bangunan kelas.

Ia kemudian bergegas menghampiri ruangan tersebut.

"Permisi.."

Pak Adi berdiri di depan pintu kantor kepala sekolah, namun tidak ada seorangpun disana.

Ia lalu berpindah ke sisi ruangan tersebut yaitu ruangan guru. disana terlihat hanya ada beberapa guru yang sepertinya sedang mendiskusikan sesuatu.

Melihat Pak Adi yang berdiri di depan pintu, seorang guru menghampiri nya.

"Selamat pagi pak? Cari siapa ya? ada yang bisa kami bantu?." Tanya Pak Rudy.

Pak Adi kemudian menyampaikan maksud nya, ia dan Pak Rudy duduk di ruangan guru karena kepala sekolah sedang rapat.

Sekitar lima menit berbincang, Ia menyampaikan maksud dan tujuan nya kesana, namun sepertinya Pak Adi merasa belum mendapat keadilan.

"Begini Pak, kalau memang ini kebijakan dari sekolah, apakah tidak ada toleransi untuk anak saya?."

"Daffa sudah melakukan kesalahan yang fatal menurut kami Pak. dia melakukan kekerasan di area sekolah, sampai teman nya, Kevin dilarikan ke Rumah Sakit."

Pak Adi menghela nafas nya dalam-dalam, ia bahkan tidak tahu persis masalah yang sebenarnya terjadi, tapi yang ia tahu dari Bi Marni adalah ini hanya sebuah kesalahpahaman.

"Boleh saya bertemu dengan Kevin? Barangkali ada hal yang tidak ia bicarakan dengan jelas kepada pihak sekolah, karena saya yakin, anak saya tidak akan menyerang teman nya di area sekolah apalagi tanpa alasan yang jelas."

Pak Rudy dan rekan guru yang lain saling menoleh, mereka bahkan tidak punya kewenangan untuk menindaklanjuti masalah siswa nya tersebut, terlebih guru bimbingan konseling juga sedang tidak masuk sekolah.

***

Bell tanda waktu istirahat berbunyi, karena tidak ada keputusan lain, Pak Rudy akhirnya memanggil Kevin yang baru saja masuk hari ini, untuk menemui nya di kantor.

Pak Adi menunggu dengan tenang didalam ruangan tersebut ditemani beberapa guru yang masih terlihat sibuk dengan laptop nya.

Lima menit berlalu, Kevin memenuhi panggilan Pak Rudy di ruangan guru.

ia tidak tahu bahwa orang yang akan ia temui adalah ayah Daffa.

"Kevin, silahkan duduk." pinta Pak Rudy.

"Nak Kevin, Perkenalkan saya ayah Daffa."

"Oh, iya." Kevin membalas jabatan tangan Pak Adi dingin.

"Saya dengar anak saya di skors, karena memukuli kamu sampai masuk kerumah sakit. tapi sepertinya terjadi salah faham disini, apa kamu mau menyampaikan sesuatu pada kami disini?" Pak Adi memancing Kevin untuk berbicara terus terang mengenai masalah nya dengan Daffa.

***

Daffa akhirnya sampai di area sekolah.

Ia melihat Pak Tri, Sopir ayah nya sedang menunggu di samping mobil ayah nya sambil merokok.

"Pak Tri.. Papah kemana ya?"

"Pak Adi ke dalam den, tapi saya tidak tahu kemana, sepertinya mau ke kantor kepala sekolah." Jawab Pak Tri.

"Ok! Makasih Pak!."

"Den!.. Tunggu, den!" Panggilan Pak Tri tidak membuat langkah Daffa terhenti.

Ia terus berlalu dengan buru-buru berharap ayah nya belum sampai menemui siapapun disana.

***

"Ini cek kosong, sudah ada tanda tangan saya disana, kalau memang perlu, boleh kamu isi berapapun nominal nya. anggap saja, ini sebagai ganti rugi atas kelakuan anak saya."

Kevin dan semua guru disana termasuk Pak Rudy sampai terbelalak.

"Ini beneran orang tua Daffa yang anak kelas XII IPS itu kan?." Seorang guru magang yang masih muda berbisik kepada Pak Rudy.

Ia dan guru-guru yang lain tidak pernah tahu kalau Daffa adalah anak seorang pengusaha kaya raya.

"Nggghh... Sa-saya.."

"Sepuluh juta cukup?." Tanya Pak Adi.

Kevin mengernyitkan dahi.

"Sepuluh Juta? Untuk luka yang hanya seujung kuku ini?" Pikir Kevin dalam hati.

Suasana diruangan tersebut menjadi sangat canggung. Kevin tampak sangat dipermalukan disana, rasanya ia ingin segera melepas kepura-puraan nya dan mengambil uang sepuluh juta yang ditawarkan Pak Adi. tapi ia terus berfikir dua kali, ia tidak boleh gegabah.

"Papah!." Suara itu mengagetkan seisi ruangan.

Pak Adi menoleh, seketika ia terperanjat.

"Daffa, Apa-apaan kamu!."

Pak Adi menghampiri Daffa yang masih terlihat ngos-ngosan didepan pintu.

Semua pandangan mengarah pada satu titik yaitu Daffa. tak terkecuali seluruh siswa SMA Kartini yang berlalu lalang karena sedang istirahat, mereka hampir tidak berkedip melihat kedatangan Daffa yang tidak wajar.

"Daffa." Betrand memanggil Daffa dari kejauhan, disusul Aldo dan Ridho yang juga berlari menghampiri Daffa ke depan Pintu ruangan guru.

"Daffa Lo sakit?." Betrand refleks memegang kening Daffa penasaran.

Daffa menepis.

"Apaan sih Lo Beth! Lo gak liat gue lagi ada urusan sama bokap gue!"

"Daffa! Lo Gak lagi mabok kan? Hahaha." Betrand sampai tidak bisa menahan ketawa nya.

Pak Adi menggeleng.

"Coba Lihat penampilan kamu!"