Chapter 22 - Susu

Ryou melongo, sebuah pemandangan yang memanjakan matanya terpampang jelas di dalam kamar tersebut.

"SIALAN!!! KAU MAU MENGINTIP HAH?!"

DORR

DORR

DORR

Ryou lari tunggang-langgang dari tempat ia berdiri tadi, ia sampai terjatuh sendiri saking takutnya. Alyosha mengamuk karena Ryou masuk ke dalam kamarnya saat dirinya dalam keadaan tak berbusana sehelai kain pun.

Ia sempat melihat seluruh bagian tubuh seksi Alyosha yang telanjang bulat di hadapannya tadi. Tapi bukan saatnya untuk mengingat momen berharga tadi itu. Yang terpenting sekarang bagi Ryou adalah menyelamatkan nyawanya sendiri dari kejaran maut.

Maut yang mengejarnya dengan sehelai handuk di tubuhnya. Lucu sekali. Siapa lagi kalau bukan Alyosha si maut tersebut.

DORR

DORR

DORR

Ryou yang tersandung kakinya sendiri jatuh tak jauh dari sana. Ia memegangi dadanya yang naik turun dengan cepat. Dadanya terasa sesak saking sesaknya yang ia rasakan sekarang di dadanya. Nafasnya tersengal-sengal, wajahnya ketakutan menatap Alyosha yang sudah menggenggam sebuah revolver Smith and Wesson Model 29.

Ryou tidak tahu bagaimana kekuatan revolver yang ada di tangan Alyosha, karena ia tidak hapal dan mempelajari jenis revolver. Tapi yang ia yakini adalah revolver itu bisa menembus tubuhnya dalam sekejap mata bila Alyosha menarik pelatuk pistol itu.

"A-aku t-tadi diajak Tuan Elisio. Dia... dia bilang kalau ruangan ini adalah ruangan untuk berolahraga. Jadi aku percaya dan mengikutinya saja." Ryou berusaha menjelaskan hal yang sebenarnya, setidaknya itu bisa dijadikan pembelaan untuk dirinya sendiri.

"Ya, dan kau akan berolahraga sebelum ajal menjemput dirimu," ucap Alyosha. Ia sudah menodongkan senjata di tangannya ke depan wajah Ryou. "Aku tidak melihatnya di sekitar sini, beraninya kau membohongi ku dengan membawa nama saudaraku. Kau memang lelaki tidak tahu diri. Pantas untuk dibunuh."

"Tadi dia ada di sana..." Wajah Ryou berubah menjadi wajah yang tidak punya harapan hidup setelah melihat Elisio tak ada lagi di tempat ia berdiri lagi. Dan sekarang keadaan ini semakin menyudutkan dirinya.

"Simpanlah pembelaan mu itu di neraka."

Bruk

Ryou yang memejamkan matanya perlahan mengintip dari sudut matanya. Tapi sesuatu yang mengejutkan terjadi pada saat itu. Bahkan mata Ryou langsung mmebulat lebar tanpa permisi merekam momen berharga itu menggunakan lensa matanya sendiri.

"Ups! aku tidak sengaja," ucap Elisio pura-pura tidak bersalah.

Entah kapan datangnya, Elisio menyenggol Alyosha dari belakang dan membuat Alyosha jatuh ke depan tepat di atas Ryou. Posisinya seakan mengungkung Ryou yang berada di bawahnya.

Sebenarnya posisi itu tidak terlalu ambigu bagi mereka berdua. Tapi yang membuat suasana semakin memalukan adalah, handuk yang melilit tubuh Alyosha terlepas.

Dua buah gunung yang ranum dan sintal itu menggantung tepat di depan wajah Ryou. Membuat wajah Ryou seperti seseorang yang baru saja mendapatkan hadiah lotre sebesar 100.000 dolar.

"Besarnya...." Ryou tak sadar menggumam, wajahnya hanya berjarak beberapa sentimeter dari dua buah dada Alyosha.

DUAGH

.

.

.

.

.

"Hehehe, bagaimana? enak tidak susunya?" tanya Elisio. Mendengar itu, Alyosha langsung menjambak saudaranya itu dari belakang.

"Susu apa yang kau maksud hah? dasar sialan!" hardik Alyosha pada Elisio. Rasanya Alyosha menyesal punya adik seperti Elisio.

"Ya susu milikmu Alyosha, susu yang mana lagi hm?" tanya Elisio. Dia mengatakan hal itu dengan sangat santai, ekspresi nya mirip seperti seorang guru yang mengajari anak muridnya tentang sistem reproduksi manusia.

DUAGH

"Kalian berdua aku tandai sebagai orang yang harus mati sesudah aku menyelesaikan urusan tentang plural," ucap Alyosha geram.

"Santai saja Alyosha, aku tahu kau akan menikmati hidupmu bila kami berdua ada di sekeliling mu," ucap Elisio bercanda. "Apalagi kau bisa terus mendesah dan memamerkan buah dada mu di depan Ryou. Astaga kasihan sekali dia, padahal sedikit lagi dia bisa menghisap---"

"Tutup mulutmu sialan!" bentak Alyosha. Rasanya ia sudah frustasi menghadapi adiknya yang mulai menggila itu.

Entah kenapa ada euforia tersendiri bagi Elisio bila ia berhasil membuat suasana heboh antara Alyosha dan Ryou. Ia sangat bersemangat mengusili Ryou dan Alyosha, ia juga sangat bersemangat bila keduanya melakukan kegiatan intim yang bisa menghasilkan keponakan untuknya.

Pada intinya, Elisio itu sebenarnya suka menjodohkan makanya dengan Ryou. Memasangkan mereka berdua dalam ikatan cinta. Membuat kakaknya dan Ryou menjadi saling mencintai satu sama lain.

Tapi nampaknya Elisio masih harus lebih bersabar dan giat untuk membuat banyak momen seperti ini antara Alyosha dan Ryou. Semakin banyak kedekatan yang tidak disengaja, maka semakin cepat pula rasa cinta untuk tumbuh.

Hmm, rupanya bukan hanya dari cara kerja bisnis Elisio yang unik. Tapi caranya mencarikan jodoh untuk Alyosha juga unik.

Tapi apa dia tidak berpikir untuk mencarikan dirinya sendiri pasangan hidup? dia sampai lupa untuk mencari kekasih bagi dirinya sendiri.

"Aku muak dengan mu Elisio, kenapa kau jadi semakin aneh begini hah?!" ucap Alyosha emosi. Ia melangkah keluar dari ruangan itu tanpa mempedulikan Elisio yang sudah cekikikan karena puas menjahili Alyosha.

"Mau kemana kau Alyosha?" tanya Elisio.

"Bukan urusanmu! dasar adik bodoh!"

Mendengar itu, Elisio langsung tertawa menggelegar di sana. Semua sifat kalemnya luntur sudah bila berhadapan dengan Alyosha. Ia berubah 180 derajat menjadi sosok yang usil, kekanak-kanakan, dan tidak tahu diri saat berurusan dengan saudarinya tersebut.

"Hei Ryou," panggil Elisio sembari berpaling ke arah Ryou yang mengompres wajahnya lagi.

Entah sudah berapa kali Ryou kena pukul sejak ia berada di mansion ini.

Nampaknya Elisio punya sebuah ide konyol lagi. Telrihat dari wajahnya yang nampak senang dan bersemangat, ia memegang dagunya seakan menemukan sebuah cara baru untuk membuat Alyosha mengamuk.

"Ada apa Elisio? kau tahu bukan kalau wajahku ini sudah babak-belur?" ujar Ryou. Begitu sabar dan tabah dirinya menghadapi calon adik iparnya tersebut. Ia berharap nantinya anaknya tidak mewarisi sifat jahil Elisio dan sifat beringas Alyosha.

"Oh ayolah Ryou, Alyosha hanya berusaha menutupi rasa malunya. Sebenarnya dia sangat senang bila berada dalam situasi ambigu bersama mu. Hanya saja ia itu orang yang tsundere. Benar begitu bukan? aku pernah dengar istilah Jepang seperti itu," ucap Elisio.

Alis Ryou sedikit menukik, sejak kapan Elisio suka menelusuri istilah Jepang seperti itu? atau mungkin Elisio hanya sedang mencari tahu sesuatu yang berhubungan dengan Jepang? bisa jadi saat mencari informasi mengenai dirinya, Elisio juga sekaligus menelaah hal-hal yang ada di Jepang. Ryou yakin sebelum Elisio menjebak dirinya dalam perjanjian itu, pasti data tentang dirinya sudah dikuasai oleh Elisio.

Tapi terkadang ia curiga kalau calon adik iparnya itu seorang otakku, buktinya ia tidak menikah sampai sekarang. Bisa saja bukan dia lebih tertarik dengan yang virtual ketimbang yang nyata?

Oke lupakan itu, itu hanya gambaran Ryou yang suka berpikir berlebihan.