Goresan 21 ; Bisakah?
Bisakah ku milikimu, bisakah kau cinta aku, karena cuma kamu yang bisa buatku hampir gila.
- Devano Danendra
Setelah kejadian mengejutkan yang gadis itu dapatkan dari dua orang yang terduga. Iya, sosok Sandyakala dan Alterio, disinilah gadis itu berada.
Kantin dengan suasana yang tidak pernah sepi, begitu ramai sampai banyak yang tidak kebagian duduk disini. Ah, sayang sekali Arunika kali ini harus bergabung bersama mereka dikantin, padahal biasanya Arunika jarang sekali menginjakan kaki dikantin jika dia tidak mepet harus membeli makanan dari sana.
Lebih baik Arunika bawa bekal, atau membeli makanan yang bisa mengganjal perutnya hingga pulang nanti. Di minimarket sebelah sekolahan.
Dan hanya berbeda tiga bangku dari tempat Arunika dan Alterio, ada sosok kembaran dan sahabat-sahabat Alterio disana.
"Kembaran gue gercep bener, gue kira bakal cuman dirumah aja dia berani." Sandyakala yang sibuk mengaduk minuman didepannya, seketika menghentikan adukannya pada minuman itu.
Kemarin ia sudah bertanya pada Ardan, namun sayang sekali anak laki-laki yang selalu bersama Arunika jika pulang sekolah itu, tidak mengetahui dimana keberadaan Arunika. Dan sekarang, Alerio jika Arunika bersama dengan Alterio dirumahnya?
"Setelah sekian lama." Sahut Zidan, membuat Sandyakala mengerutkan dahinya bingung.
"Alterio suka sama Arunika?" Pertanyaan yang hanya tercekat pada tenggorokannya begitu terucap, membuat Alerio dan Zidan sontak melihat kearah Sandyakala bersamaan.
"Lo nggak tau? Kembaran gue itu udah suka dari lama sama Arunika, semenjak kita kecil. Arunika aja yang biasa sama Alterio." Jawaban Alerio membuat Sandyakala mengerti, tatapan dingin namun tersirat sesuatu jika Alterio menatap Arunika.
"Oh." Sandyakala kembali meminum jus jeruk didepannya dan menyuap batagor kesukaannya, dengan tatapan yang sesekali melihat kearah Alterio dan Arunika yang sedang berdebat kecil.
"Al, kenapa kita harus kekantin sih? Kan bisa beli makan aja terus makannya ditempat lain." Akhirnya Arunika mengutarakan perkataan yang tercekat pada tenggorokannya pada Alterio didepannya.
"Kenapa?" Alterio menatap Arunika bingung, dengan perkataan gadis itu.
Gadis itu ingin merasa bodo amat dengan bisik-bisik yang terdengar ditelinganya, bahkan tatapan sinis dari mereka. Membuat Arunika sedikit merasa risih?
"Gue nggak masalah sebenernya kalau harus dilihatin atau diomongin gini, karena udah biasa. Cuman gue lebih suka hidup aman tanpa jadi pusat perhatiaan banyak pasang mata." Arunika memakan batagor didepannya, dengan tatapan dinginnya. Ah, bagaimana ya Alterio kan memiliki banyak penggemar laki-laki itu masuk dalam jajaran most wanted SMA Guardian.
Alterio terkekeh pelan dan mulai mengacak pelan puncak kepala Arunika.
Sial! Alterio memang gila, lihatlah sekarang banyak yang berteriak histeris karena tawa sekaligus sikap yang Alterio berikan padanya, sebentar lagi Arunika akan terkenal karena Alterio, bukan lagi karena bandel.
"Al, jangan gitu. Gue nggak mau berurusan sama fans-fans lo yang kaya singa itu." Arunika menepis tangan Alterio pada kepalanya.
Alterio beralih menatap siswi-siswi SMA Guardian dari berbagai angkatan, dengan tatapan dingin namun tajam yang mampu menghunus siapa saja jika itu diibaratkan laser, seketika mereka menatap kearah lain tidak lagi menjadikan mereka berdua sebagai pusat perhatiaan.
Arunika tertawa pelan dengan, tingkah laku laki-laki didepannya ini.
"Takut kok sama Alterio," Arunika menggelang-ggelengkan kepalanya takjub.
Gadis itu berdiri dan langsung menarik lengan laki-laki itu, supaya bisa mengikuti dirinya. Dan ya, mereka kembali menatap kearah Alterio dan Arunika yang berjalan keluar dari kantin. Begitu juga sosok Sandyakala, yang sejak tadi melihat kearah Alterio dan Arunika.
"Gue berharap kembaran gue, nggak berantem sama sahabat kita." Suara Alerio membuat Sandyakala menatap kearahnya, dengan tatapan sok tidak tau, yang mampu membuat Zidan tertawa, sedangkan Alerio mendengus sebal.
"Halah, udahlah kembaran sama sahabat gue sama-sama gengsi dan pura-pura bloon." Zidan kembali tertawa dengan perkataan Alerio yang sangat ceplas-ceplos itu, sedangkan Sandyakala hanya mengedikan bahu tidak mengerti dan tidak perduli. Ah iya, itu cuman pura-pura berbanding terbalik dengan hatinya. Ia mulai menatap kearah pintu kantin, sudah tidak ada siapapun lagi. Iya, sosok Alterio dan Arunika tentu saja yang laki-laki itu maksud. Sosok itu sudah pergi, dan Sandyakala hanya bisa menghela nafas.
Alterio dan Arunika berhenti ditaman belakang, yang hanya segelintir siswa dan siswi saja yang datang ketaman ini.
Arunika duduk digazebo taman dan mulai diikuti oleh sosok Alterio yang duduk didepan gadis itu.
"Kita kesini malah nggak bawa apa-apa, emang lo nggak laper?" Alterio menatap Arunika dengan tatapan sendu miliknya.
"Gue nggak tau deh, kenapa bisa gitu loh sosok Alterio yang dingin berubah jadi cowo yang banyak ngomong dan sering ketawa gini." Arunika kembali mengatakan apa yang sudah sejak beberapa jam yang lalu tersendat dalam tenggorokannya.
"Nggak tau gue juga." Alterio berkata dingin dan menatap kesembarang arah, membuat Arunika terkekeh.
"It's okay Al, kita dari kecil kan dah kenal dan lo terus yang selalu nolongin gue kalau gue ada masalah." Alterio terdiam, apakah Arunika mengetahui sesuatu?
"Inget nggak waktu TK gue didorong sama Angel, terus lo yang bantuin gue ngelawan mereka? Lo yang bilang kalau gue harus jadi cewe yang pemberani?" Alterio mengangguk mengingat kisah silam itu, sejenak ia bernapas lega karena ternyata maksud Arunika adalah zaman mereka TK.
"Inget gue inget banget, lo nangis nggak berhenti kan." Arunika memutar bola matanya malas.
"Nggak usah diperjelas juga Bambang."
"Tapi, gue bingung deh kenapa lo berubah setelah kita masuk putih biru dulu? Gue kira lo nggak pernah mau lagi berteman sama gue setelah itu jadi gue cuman bisa diem aja. Kita kaya orang yang nggak kenal." Arunika tertawa pelan.
"Ada sesuatu yang nggak bisa gue kasih tau sama lo." Arunika mengangguk, ia tidak mau melanjutkan pertanyaannya karena ia tau jika akan mungkin saja membuka luka lama atau malah ini adalah privasi laki-laki.
°°°
Alterio bersandar didepan kelas kembarannya sekaligus sosok yang ia tunggu kedatangannya. Iya, Arunika.
"Al.." Arunika menatap Alterio dengan senyum manis miliknya.
"Jadi?" Gadis itu mengangguk, ia melupakan satu hal yang juga menariknya untuk memilih keputusan.
Sandyakala keluar dari kelas dan mencekal lengan Arunika, gadis itu berbalik dan menatap sosok yang kurang ajar menarik lengan tangannya tanpa aba-aba.
Arunika terdiam, karena tau siapa sosok yang ada didepannya. Sandyakala Lazuardi.
"Lo lupa sama perkataan gue tadi pagi?" Arunika terdiam, sebelum akhirnya mengangguk.
"Sorry Kala, gue udah bilang iya duluan sama Alterio." Arunika menatap Sandyakala dengan tatapan meminta maaf nya.
Sandyakala tertawa renyah. "gue pikir lo bukan cewe gampangan."
Arunika terdiam, mencerna perkataan Sandyakala.
Bug!
Satu pukulan Sandyakala dapatkan tepat dipipi kanan laki-laki itu karena Alterio, darah segar keluar dari bibir Sandyakala, banyak pasang mata yang berteriak histeris karena apa yang terjadi didepan mereka.
Namun, Sandyakala tak mau kalah laki-laki itu kembali memukul Alterio balik tepat dihidung laki-laki itu, hingga darah segar mengalir dari hidung Alterio.
Zidan dan Alerio yang baru keluar dari kelas, buru-buru melerai mereka berdua.
••••