Arunika membuka matanya, ia langsung mendudukkan dirinya dengan nafas tersenggal karena merasakan ia memimpikan sesuatu yang salah.
Netra hitam pekat miliknya menatap kearah sekitar ruangan, ruangan bercat hitam putih dan segala buku-buku yang tertata rapi, juga wangi khas yang sangat ia kenali ini adalah wangi yang selalu Alterio pakai.
Lagi dan lagi, untuk kesekian kalinya ia kembali mengalami sesuatu yang seharusnya tidak ia alami seharusnya, memang bukan? Arunika menatap kearah pintu kala pintu dengan cat coklat itu terbuka, wanita yang sudah tidak lagi muda muncul dari balik pintu itu dengan nampan berisi mangkuk dengan bubur yang uapnya menguap, juga air putih.
Langkah kakinya menimbulkan suara, kala sepatunya bersinggungan dengan lantai. Tak lupa, senyum hangat yang wanita itu lontarkan membuat Arunika hanya menatap wanita itu tanpa membalas senyumannya. Ia masih terlalu kaget dengan apa yang baru saja terjadi.