Arunika menghela nafas, mencoba menetralisir debaran jantungnya dan rasa sesak yang perlahan memenuhi rongga dadanya, mengatakan hal yang paling ia benci adalah hal yang sulit. Sungguh.
Alterio memegang bahu Arunika, membuat gadis itu menghapus air mata yang jatuh secara kasar dan menatap Alterio.
"Nggak papa kalau lo nggak mau cerita, semua punya waktunya, lo bisa cerita sama gue kapan aja." Perkataan Alterio mendapatkan gelengan dari Arunika, membuat laki-laki itu hanya bisa tersenyum simpul dan mengangguk menyuruh Arunika untuk melanjutkan jika memang gadis itu bisa.
"Gue nggak akan maksa, apapun yang bakal lo lakuin mau cerita atau nggak itu pilihan yang baik buat lo silahkan." Arunika tersenyum simpul.
Berusaha membuat rasa sedih ini tidak terlalu menggerogoti jiwanya, yang mampu membuat rongga dadanya terlalu sesak.
"Gue tau Arunika, lo selalu jadi sosok yang kuat."