Arunika menghela nafas, aneh karena ia begitu lepas mengatakan kekecewaan dirinya karena melihat bagaimana dengan mudahnya ia mengatakan jika gadis itu kecewa.
Sudah keberapa kalinya ia seperti ini? Ah lebih tepatnya sudah keberapa kalinya ia memendam semua ini tanpa kata bahkan terdiam seakan tidak pernah merasakan apapun sebelumnya.
Sandyakala hanya terdiam ditempatnya, ia pikir Arunika juga sudah kembali bisa menerimanya, setidaknya sebagai seorang teman dan nyatanya? Tidak seperti itu. Arunika menghela nafas, ia berbalik dan mulai melangkahkan kakinya masuk ke pelataran rumahnya, meninggalkan Sandyakala yang masih terdiam ditempatnya.
"Gue salah, gue emang selama ini yang salah karena udah terlalu banyak nyakitin lo." Sandyakala menatap punggung Arunika yang semakin kecil dipandangannya.
Mereka sama-sama tidak mengerti apa yang sama-sama mereka inginkan, apa yang mereka rasakan. Karena, Sandyakala ataupun Arunika sama-sama menyadari namun terus merasakan tidak mengerti.
***